1. TAHUN 2002
NUGROHO, Estu
VARIASI GENETIS IKAN BAUNG, Mystus nemurus, DARI BEBERAPA LOKASI DI INDONESIA DIDETEKSI DENGAN MITOKONDRIA D-Loop MARKER = Genetic Divergence of catfish, Mystus nemurus, collected from several area of Indonesia inferred by Mitcochondria D-Loop markers / Estu Nugroho, Wartono Hadie dan Sudarto
Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2002
ABSTRAK : Variasi genetik beberapa ras ikan baung yang dikoleksi dari Jatiluhur, Cirata, Wonogiri dan Waslintang telah diteliti dengan menggunakan polimorfisme mitokondria DNA D-Loop. sembilan komposit haplotype terdeteksi dengan menggunakan 4 enzym restriksi yaitu Rsa I, Hae III, Mbol dan Alu I pada sekuens D-Loop. Diversitas haplotype rata-rata adalah 0.606. Terdapat perbedaan nyata secara genetik yang diamati antara populasi baung yang diuji.
Kata Kunci : VARIASI GENETIS, Mystus nemurus, Mt. DNA D-Loop
ABSTRACT : Genetic variability of catfish, Mystus nemurus, collected from Jatiluhur, Cirata, Wonogiri and Waslintang was examined using polymorphism of mitochondria DNA (MtDNA) D-Loop markers. nine composite haplotypes were detected following dogestion of D-Loop sequences with four endonucleases : Rsa I, Hae III, Mbol and AluI. The average Haplotype diversity was 0.606. Significant genetic difference was observed among Mystus nemurus populations.
Key Words : GENETIC DIVERGENCE, Mystus nemurus, Mt. DNA D-Loop
SURYANTI, Yanti
PENGARUH RASIO ENERGI DAN PROTEIN YANG BERBEDA TERHADAP EFISIENSI PEMANFAATAN PROTEIN PADA BENIH BAUNG (Mystus nemurus C.V.) =Effect of different energy-protein ratio on protein utilization efficiency of baung fry (Mystus nemurus C.V.) / Yanti Suryanti, Agus Priyadi dan H. Mundriyanto
Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2002
ABSTRAK : Penelitian mengenai kebutuhan nutrien ikan baung belum banyak dilakukan. Salah satu nutrien penting yang dibutuhkan ikan adalah protein. Oleh karena itu tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui rasio energi-protein optimum yang dibutuhkan oleh benih baung berdasarkan pemanfaatan protein.
Penelitian terdiri dari 2 kelompok, masing-masing kelompok menggunakan kadar protein berbeda dengan rasio energi-protein sama yaitu : (30%;6), (35%;6), (40%;6) dan (30%;8), (35%;8), (40%;8), setiap perlakuan 3 ulangan. Berat awal ikan yang digunakan 0,28 gram (umur 19 hari) dipelihara dalam akuarium dengan volume 100L. Padat penebaran ikan 100 ekor/akuarium. Jumlah pakan ditentukan secara ad-libitum yang diberikan 4 kali/hari.
Berdasarkan pada laju pertumbuhan, efisiensi pakan, rasio efisiensi protein, retensi protein dan lemak, maka benih baung membutuhkan protein 35% dengan rasio energi-protein 8 kkal/g protein.
ABSTRACT : Research on nutrition requirement of baung fry has not yet been conducted largely. One of important nutrient which is required for growth is protein. Therefore, the aim of this experiment was to know energy-protein ratio required by baung fry based on utilization protein.
There were two experimental groups; each experiment used different protein level with the same energy-protein ratio; (30%;6), (35%;6), (40%;6) and (30%;8), (35%;8), (40%;8), each treatment had three replication. Initial body weight of the fish was 0.28 g (19 days old) which was reared in aquaria of 100L capacity with stocking density was 100 fish/aquaria. Feeding rate were determined upon ad-libitum that was given four times daily.
based on the daily growth rate, the feed efficiency, the protein efficiency ratio, the protein and fat retention, baung fry required 35% protein level with energy-protein ratio 8 kcal/g protein.
Key words : PROTEIN REQUIREMENT, ENERGY-PROTEIN RATIO, BAUNG FRY (Mystus nemurus C.V.)
DJAJASEWAKA, Hidayat
PENGARUH PENAMBAHAN VITAMIN C DALAM PAKAN INDUK TERHADAP REPRODUKSI DAN KUALITAS TELUR IKAN BAUNG (Mystus nemurus) = The effect of ascorbic acid in form of Ascorbate Phosphate Magnesium supplementation in broodstock feed on reproduction and quality egg in Mystus nemurus C.V.
/ Hidayat Djajasewaka, Ani Widiyati, Baden Muharam dan Atmadja Hardjamulia
Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2002
ABSTRAK : Penelitian mengenai pengaruh penambahan tingkat penambahan vitamin C Askorbat Fosfat Magnesium (AFM) dalam pakan terhadap reproduksi dan kualitas telur induk ikan baung yang dipelihara dalam kolam tanah. Induk ikan baung betina dengan ukuran 192-248 gram dan induk ikan jantan dengan ukuran 300-350 gram yang diberi pakan dengan kandungan Askorbat Fosfat Magnesium dari 0,200, 400 dan 600 mg/kg pakan. Padat penebaran sebanyak 12 induk betina untuk masing-masing kolam percobaan, dan 112 induk jantan dipisahkan dalam kolam lainnya. Pemberian pakan dilakukan sebanyak 3% dari bobot total induk baung dan pemberian pakan 3 kali sehari yaitu pada jam 7.00 dan jam 17.00. Dari hasil percobaan ini menunjukkan bahwa pakan yang diberi tambahan 600 mg Askorbat Fosfat Magnesium memberikan nilai lebih baik pada pematangan gonad, jumlah telur, fertilisasi, daya tetas dan kelangsungan hidup larva baung dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
ABSTRACT : The study was cinducted on the effect of different levels of Ascorbate Phosphate Magnesium (APM) in the fed for reproduction and quality egg of Malaysian Freshwater Catfish broodstock reared in earthern pond. Brooders with a range about 192-248 gr for female and 300-350 gram for male, were fed diets containing different levels of Ascorbate Phosphate Magnesium, 0,200, 400 dan 600 mg/kg diet. The density of 12 female per pond, but 112 male in other pond experiment and daily fed ration 3% of body weight were fed to the fish three times a day. The result of this experiment indicate that supplementation 600 mg Ascorbate Phosphate Magnesium in diet give better effect og gonadal maturation, fecundity, fertility, hatching rate and survival of larvae than the others.
Key words : Mystus nemurus, REPRODUCTION, EQUALITY AND ASCORBIC ACID
HADIE, Lies Emmawati
PERTUMBUHAN UDANG GALAH GI MACRO DI TAMBAK SERTA EVALUASI KERAGAMAN GENETIKNYA / Lies Emmawati Hadie, Wartono Hadie, Sularto, Estu Nugroho, Irin Iriana K.
Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2002
ABSTRAK : Perbaikan Trait pertumbuhan udang galah GI Macro di air tawar dan payau serta evaluasi keragaman genetiknya, telah dilakukan di tambak daerah Betok Mati, Karawang. Penelitian ini bersifat eksperimental dengan faktor 1 strain (S. Musi, S. Barito, dan GI Macro) dan faktor 2 adalah salinitas (5%; 10%, 15 %). Pengamatan dilakukan selama 4-5 bulan hingga udang galah mencapai dewasa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di dalam ekosistem tambak dengan salinitas 5% strain GI Macro memperlihatkan pertumbuhan bobot yang lebih baik dan secara statistik berbeda nyata dibandingkan dengan strain Sungai Musi dan Barito ( P <> 0.05). Dengan demikian ketiga strain dapat dijadikan materi dalam pembentukan populasi dasar guna perakitan strain baru yang mampu tumbuh dengan baik di dalam ekosistem tambak.
KHASANI, Ikhsan
PENGARUH PERIODE PENYINARAN (FOTOPERIOD) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN SINTASAN LARVA UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii de Man) = The effect of photoperiod on the growth and survival rate of the freshwater giant prawn (Macrobrachium rosenbergii de Man) /Ikhsan Khasani, Bambang Gunadi, Lies Emmawati Hadie, Wahyu Pamungkas, Sularto
Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2002,
ABSTRAK : Budidaya udang galah (Macrobrachium rosenbergii de Man) di Indonesia masih mengalami banyak kendala, antara lain keterbatasan jumlah dan ketersediaan benih yang tidak kontinyu. Salah satu penyebab rendahnya produksi benih pada panti-panti benih udang galah adalah penerapan lama pencahayaan yang tidak sesuai. Untuk itu perlu dilakukan penelitian mengenqai peningkatan teknik pembenihan udang galah seperti pengaruh lama pencahayaan terhadap kecepatan metamorfose dan sintasan larva udang galah. Penelitian ini dilaksanakan selama 30 hari dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh lama pencahayaan (fotoperiod) terhadap sintasan dan kecepatan metamorfosis larva udang galah. Adapun perlakuan fotoperiod sebagai berikut : 6 jam terang : 18 jam gelap (6 L : 18 D), 12 jam terang : 12 jam gelap (12 L : 12 D); 18 jam terang : 6 jam gelap (18 L : 6 D); dan 24 jam terang : 0 jam gelap (24 L : 0 D). Masing-masing perlakuan diulang tiga kali. Wadah yang dilakukan adalah akuarium persegi panjang volume 20 liter sebanyak 12 buah. Bagian luar akuarium dicat hijau tua. Akuarium ditempatkan pada bak kayu 4 x 1 x 0,5 m berisi air sebagai buffer suhu. Kepadatan awal larva adalah 3000 ekor/akuarium. Pakan yang diberikan adalah naupli artemia untuk larva umur 3 hari dan pakan buatan setelah larva berumur 9 hari sesuai prosedur Aquacop (1983). Rancangan penelitian adalah rancangan acak lengkap. Hasil yang diperoleh berupa sintasan rata-rata 55,6%; 46,0%; 50,9%; dan 40,9%. Nilai LSI (Level Stage Index) yang diperoleh pada H-17 adalah 9,53; 9,07; 10,05; 10,04. Sedangkan jumlah pasca larva (PL) rata-rata pada hari ke 20 dan hari ke 27 (akhir penelitian) adalah 65 dan 1411,3, 187 dan 1185,00, 633 dan 1482,67 serta 411 dan 1209,00 ekor. Berturut-turut pada perlakuan 6 jam terang : 18 jam gelap (6 L : 18 D), 12 jam terang : 12 jam gelap (12 L : 12 D); 18 jam terang : 6 jam gelap (18 L : 6 D); dan 24 jam terang : 0 jam gelap (24 L : 0 D). Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa fotoperiod tidak berpengaruh terhadap sintasan (P>0,05), juga terhadap jumlah post larva pada akhir penelitian (P>0,05), namun berbeda nyata terhadap kecepatan metamorfose larva (P>0,05).
ABSTRACT : Giant prawn (M. rosenbergii de Man) culture in Indonesia is still have some problem, includes limiting and discontinue of seed are main issue for giant prawn farmers. To solved it, improvement of larvae rearingtechnology must be done, such as the effect of photoperiod on growth and survival rate of giant prawn larvae. The experiment was conducted for 30 days. The purpose of the experiment was to know the effect of photoperiod on survival rate and metamorfose rate of giant prawn larvae. Photoperiod treatment : 6 L : 18 D, 12 Light (L) : 12 Dark (D); 18 L : 6 D and 24 L : 0 D. Each treatment was applied in three replicates and arranged in a complete randomized design. The experiment was conducted in 12 aquariums of 20 litre each. A big tank filled of water (4 x 1 metres) was used as temperature buffer. Each tank was stocked with 3,000 larvae. Artamia naupli were given to D-3 larvae and egg custard as artificial for D-9 larvae according Aquacop (1983). The result showed that the main survival rate were 55.6%; 46.0%; 50.9%; and 40.9%. The value of LSI (Level Stage Index) were obtained at D-17 were 9.53; 9.07; 10.05; 10.04, and the main number of post larva (PL) at D-20 and D-27 were 65; 1411.3, 187; 1185.00, 633; 1482.67, 411; 1209.00 pieces for 6 L : 18 D, 12 L : 12 D; 18 L : 6 D and 24 L : 0 D treatment respectively. Statistical analysis showed that the survival rate of larvae was affected unsignificantly by photoperiod (P>0.05), so for the growth rate (P>0.05), but significantly for metamorfosis speed of larvae (P>0.05).
Key words : LARVA REARING, GIANT PRAWN, PHOTOPERIOD
MUHARAM, Baden
UJI MULTISISTEM BUDIDAYA IKAN NILA GIFT HASIL SELEKSI = Multi-culture systems tests on the nile tilapia GIFT obtained from selection process / Baden Mucharam, Otong Zaenal Arifin dan Titin
Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2002
ABSTRAK : Hasil penelitian T.A. 2001; ikan nila GIFT hasil seleksi menunjukkan peningkatan bobot biomas 18,37 %. Sebelum ikan tersebut di-release kepada masyarakat perlu diuji di berbagai sistem budidaya, sehingga dilakukan penelitian Uji Multisistem Budidaya ikan nila GIFT hasil seleksi dengan tujuan untuk mengetahui keragaan pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila GIFT hasil seleksi di berbagai sistem budidaya. Ikan uji yang digunakan adalah ikan nila GIFT hasil seleksi ukuran sekitar 2-3 gram/ekor yang diperoleh dari hasil pemijahan secara masal dengan jumlah induk 100 ekor jantan dan 200 ekor betina. Perlakuan dalam penelitian ini adalah sistem budidaya; pemeliharaan dengan kepadatan rendah (5 ekor/m2) di kolam air tenang dan kepadatan tinggi (60 ekor/m2) di keramba jaring apung dan kolam arus deras dengan masing-masing 3 ulangan. Awal pemeliharaan dilakukan dalam hapa (2 x 1 x 1,2 ) m dengan padat tebar 300 ekor, selanjutnya dalam waring (2 x 1 x 1,5) m dengan padat tebar 200 ekor, sampai diperoleh ukuran 2-3 gram/ekor. Parameter yang diamati pertumbuhan dan kelangsungan hidup.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelangsungan hidup di kolam air tenang paling tinggi (94,7%) dibanding di KJA (88,4%) dan di KAD (85 %). Sedangkan pertumbuhan di kolam air tenang 0.9875 kilogram per hari dengan produksi 0.765 kilogram/m2 dan konversi pakan 1.35, di Keramba Jaring Apung 0.9625 kilogram per hari dengan produksi 8.578 kilogram/m2 dan konversi pakan 1.39. Di kolam arus deras pertumbuhan 0.9375 kilogram per hari dengan produksi 8.275 kilogram/m2 dan konversi pakan 1.37. Dari hasil yang diperoleh ikan nila GIFT hasil seleksi mempunyai prospek yang cukup bagus sebagai komoditas budidaya untuk dibudidayakan di kolam air tenang, keramba jaring apung dan kolam arus deras.
ABSTRACT : Results of the year-2001 research showed that the biomass of the nile tilapia GIFT obtained from the selection process increased by about 18.37%. Before being released to fish farmers, it was considered necessary to test the fish under several culture systems and therefore multi-culture systems tests were conducted on the fish with the objectives to compare the growth performance and survival rates of the nile tilapia GIFT obtained from the selection process. The test fish used were the nile tilapia GIFT obtained from the selection process averaging 2 to 3 g in individual weight derived from a mass breeding involving 100 males and 200 females. The treatments tested were different culture systems with low stocking densities (5 fish/m2) for the floating net cage and running water pond culture, each treatment having three replicates. Initial culture was conducted in hapa (2 x 1 x 1,2 m each) at stocking densities of 300 fish/hapa, subsequently in fine-mesh net cages (2 x 1 x 1,5 m each) at stocking densities of 200 fish/cage, until the fish reached an average individual weight of 2 to 3 g. The test parameters evaluated were the growth and survival rate of the fish.
Results of the test showed that the highest survival rate (94.7%) was obtained for the stagnant water pond culture compared to the floating net cage (88,4%) and running water pond culture (85.0%). The growth rate in the stagnant water pond culture was 0,9875 kilogram/day with a production of 0,765 kilogram/m2 and feed conversion ratio of 1,35 compared to a growth rate of 0,9625 kilogram/ daya production of 8,578 kilogram/m2 and feed conversion ratio of 1,39 for the floating net cage culture and a growth rate of 0,9375 kilogram/ day with a production of 8,275 kilogram/m2 and feed conversion ratio of 1,37 for the running water pond culture. These results indicate that the nile tilapia GIFT obtained from the selection process has a prospect as a commodity for culture in stagnant water ponds, floating net-cage and running water ponds.
Key words : SELECTION, MULTI-CULTURE SYSTEMS, TILAPIA, GIFT
KURNIASIH, Titin
DETERMINASI KARAKTER GENETIK IKAN NILA GIFT MELALUI ANALISIS D-LOOP DNA MITOKONDRIA / Titin Kurniasih, Otong Zaenal Arifin dan Estu Nugroho
Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2002
ABSTRAK : Variasi genetik beberapa ras ikan nila yang digunakan dalam budidaya telah diteliti dengan menggunakan polimorfisme mitokondria DNA D-Loop. Ada empat komposit haplotype terdeteksi dengan menggunakan 3 enzym restriksi yaitu Mbo I, Hae III, dan Hinf I pada sekuens D-Loop.
ABSTRACT : Genetic variability of tilapia used as seed fish in aquaculture was examined using polymorfism of mitochondria DNA (MtDNA) D-Loop markers. Four composite haplotypes was detected following digestion of D-Loop sequences with three endonucleases : Mbo I, Hae III, and Hinf I.
ARIFIN, Otong Zaenal
ANALISA KELAMIN IKAN JANTAN F1 DARI KETURUNAN INDUK BETINA ALIH KELAMIN MELALUI UJI PROGENI UNTUK MENDAPATKAN IKAN NILA GIFT JANTAN HOMOGAMET (YY) / Otong Zaenal Arifin, Titin Kurniasih dan Baden Muharam
Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2002
ABSTRAK : Suatu penelitian mengenai uji progeni terhadap ikan jantan hasil dari ikan betina pengalihan kelamin, untuk mendapatkan ikan induk jantan homogamet YY telah selesai dilakukan. Penelitian dilakukan di Balai Penelitian Perikanan Air Tawar Sukamandi dan Inlitkanwar Cibalagung, Penelitian dilakukan dengancara pemijahan induk jantan hasil uji progeni sebelumnya dengan induk betina normal secara pasang per pasang dalam 100 buah hapa. Parameter utama yang diamati dalam penelitian ini adalah rasio betina-jantan dan derajat kelangsungan hidup dari anakan yang dihasilkan.
Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan indikasi adanya induk jantan homogamet YY yang dihasilkan pada uji progeni tahun sebelumnya yang dapat dilihat melalui populasi anakan yang dihasilkan, yaitu terdapat 15 ekor induk ikan nila jantan yang menghasilkan keturunan 100% jantan.
SUBAGYO
PEMBENTUKAN INDUK IKAN MAS GALUR BALITKANWAR GENERASI DUA (G-2) MELALUI KOMBINASI SELEKSI KELUARGA / Subagyo, Didik Ariyanto, Baden Muharam, dan Sidi Asih
Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2002
ABSTRAK
---------
ASIH, Sidi
PEMBENTUKAN FAMILI IKAN MAS (Cyprinus carpio) GALUR RAJADANU GENERASI SATU (G 1) / Sidi Asih, Jojo Subagja, Estu Nugroho, Didiek Haryanto
Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2002
ABSTRAK : Penelitian pembentukan generasi famili galur rajadanu generasi satu (G 1) dilakukan di BPBI Wanayasa mempunyai tujuan mendapatkan populasi beberapa famili galur rajadanu generasi pertama, estimasi nilai heritabilitas (h2) trait pertumbuhan sebagai tahapan awal penentuan program seleksi untuk menghasilkan induk yang unggul.
Penelitian telah menghasilkan benih umur 120 hari dalam famili sebanyak 9 famili halfsib, 18 famili halfsib. Pertumbuhan benih rata-rata dari seluruh famili menunjukkan pertambahan rata-rata individu 2,67 gram selama 120 hari dengan berat rata-rata 3,19 gr, ± 3,72 kisaran (0,55 – 40 g). Laju sintasan selama pemeliharaan larva sampai umur 120 hari yaitu 3,77 %.
Nilai estimasi heritabilitas trait pertumbuhan yang menunjukkan nilai yang rendah yaitu pada betina : (h2S) = 0.154, S.E. 0.104 dan pada betina (h2D) = 0.156, S.E. 0.11 serta pada nilai gabungan jantan betina h2 (S+D) = 0.155. Pengaruh maternal efek terhadap nilai heritabilitas rendah yaitu (C2).0096.
Program seleksi berdasarkan nilai heritabilitas, trait yang dipilih yaitu pertumbuhan, awal kematangan gonad dan perperensi masyarakat terhadap warna, bentuk tubuh, tekstur daging; adalah seleksi famili setelah ikan telah mencapai ukuran konsumsi dimana trait yang mempunyai nilai ekonomis tersebut dapat diterapkan sebagai dasar pemilihan induk yang dipilih.
ARIYANTO, Didik
KARAKTERISASI BIOKIMIA ENZIMATIS POPULASI IKAN MAS PEMBENTUK STRAIN BALITKANWAR GEBERASI SATU (G-1) [**] = Biochemical characterization of common carp population by electrophoresis method / Didik Ariyanto, Estu Nugroho, Subagyo
Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2002
ABSTRAK : Suatu penelitian untuk melakukan karakterisasi genetik populasi ikan mas pembentuk strain Balitkanwar telah dilakukan dengan menggunakan metode elektroforesis protein. Penelitian dilakukan di Lab. Genetika dan Kesehatan Ikan, Inlitkanwar Pasar Minggu pada bulan Nopember s.d. Desember 2002.
Sampel ikan sebanyak 80 ekor yang mewakili 4 populasi ikan mas diambil dari hasil pemijahan yang dilakukan di Inlitkanwar Cijeruk, Bogor dan dipelihara di Sukamandi. Jaringan yang diambil untuk pengamatan karakter genetik adalah jaringan otot. Sebagai media digunakan gel pati (starch gel) . Sistem enzim yang digunakan sebanyak 12 macam yaitu Lactate dehydrogenase (Ldh), Superoxide dismutase (Sod), Sorbitol dehydrogenase (Sdh), Malate dehydrogenase (Mdh), Isocitrate dehydrogenase (Idh), Aspartate dehydrogenase (Adh), 6-Phosphoguconate dehydrogenase (6-Pgd), Glucose-6-Phosphate dehydrogenase (G-6-Pdh), Protein Total (PT), Maleic..(ME), Xantophil dehydrogenase (Xdh) dan -Galactosidase (Gal).
Hasil analisis menunjukkan 3 lokus polimorf dari 11 lokus yang teridentifikasi, yaitu Ldh-1, Mdh-1 dan ME. Nilai heterosigositas strain majalaya lebih tinggi daripada ketiga strain lainnya. Dari segi jarak genetik, populasi wildan, rajadanu dan sutisna tidak berbeda, sedangkan populasi majalaya berbeda dengan jarak genetik sebesar 0,0018
Kata kunci : ELEKTROFORESIS PROTEIN, GENETIK, IKAN MAS
ABSTRACT : A research to describe common carp population genetic using protein electrophoresis method was conducted at RIFF’s installation Pasar Minggu in November – December 2002.
Total samples of 80 fishes were taken from RIFF Sukamandi. The protein samples has been extracted from muscle. Potato starch gel was used as media. Twelve enzymes were examine in this experiment namely : Lactate dehydrogenase (Ldh), Superoxide dismutase (Sod), Sorbitol dehydrogenase (Sdh), Malate dehydrogenase (Mdh), Isocitrate dehydrogenase (Idh), Aspartate dehydrogenase (Adh), 6-Phosphoguconate dehydrogenase (6-Pgd), Glucose-6-Phosphate dehydrogenase (G-6-Pdh), Protein Total (PT), Maleic..(ME), Xantophil dehydrogenase (Xdh) dan -Galactosidase (Gal).
The result showed that 11 locus were identified where 3 of them were polymorphs i.e. : Ldh-1, Mdh-1 and ME. The level of heterozigosity of majalaya higher than 3 populations else. In term of genetic distance, it seem that population of wildan, rajadanu and sutisna were not different, but population of majalaya different from others with genetic distance 0.0018
Key words : ELECTROPHORESIS, PROTEIN, GENETIC, COMMON CARP
NUGROHO, Estu
EVALUASI FAKTOR FISIKA DAN KIMIA AIR PENYEBAB MENINGKATNYA KEMATIAN PADA MASA KRITIS BENIH GURAME = Evaluation of chemical and physical factors cause increasing mortality of giant gouramy larval / Estu Nugroho, Eni Kusrini, Irin Iriana, Kusdiarti
Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2002
ABSTRAK : Problem utama yang dihadapi pada perbenihan ikan gurame adalah adanya masa kritis yang menimbulkan kematian yang besar. Untuk mengetahui penyebab timbulnya permasalahan tersebut, pengamatan aspek fisika, kimia dan biologi lingkungan atau kualitas air dilakukan pada pemeliharaan benih ikan gurame yang baru berumur 1 hari hingga lewat masa kritis (30 hari). Dua jenis sumber air digunakan dalam penelitian ini, dengan pemberian pakan berupa moina, tubifex dan campuran antara keduanya. Hasil analisa sidik ragam menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara tipe pemeliharaan terhadap mortalitas pada saat kritis. terdapat indikasi bahwa kadar nitrit pada air mempunyai pengaruh terhadap kematian tersebut. sedangkan jenis pakan yang digunakan tidak mempunyai perbedaan yang nyata.
Kata kunci : FISIKA, KIMIA, GURAME, MORTALITAS
ABSTRACT : The major problems in giant gouramy larva rearing is high mortality at critical period happened. To solve this problem, evaluation of physical and chemical of water quality is conducted in giant gouramy larva rearing from one day old until critical period passed. Two types of water sources is used, with feeding of moina and tubifex. ANOVA results showed that significant difference was observed among type of water sources on the mortality of giant gouramy larva. There is indication that nitric has influenced in this mortality. Type of feed has no significant different to the mortality.
Key words : PHYSICAL, CHEMICAL, GIANT GOURAMY, MORTALITY
NUGROHO, Estu
EVALUASI KARAKTER GENETIK DARI BEBERAPA RAS IKAN GURAME DENGAN MENGGUNAKAN ISOZYME = Evaluation of genetic variability of some giant gouramy races based on the isozyme analysis / Estu Nugroho, Lydia Lytafatma, Sudarto, Irin Iriana
Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2002
ABSTRAK : Evaluasi karakter genetik dari ras-ras ikan gurame merupakan salah satu langkah awal dalam upaya mengatasi permasalahan pertumbuhan yang lambat pada ikan tersebut.
Tiga ras ikan gurame yaitu Bastar, Bule dan Blusafir yang dikoleksi dari petani di Depok, dianalisa keragaman genetiknya menggunakan metode isozyme dengan jumlah enzim yang dicoba sebanyak 12 jenis.
Secara statistik tidak terdapat perbedaan yang nyata antara ketiga ras ikan gurame. Jumlah allele per lokus berkisar antara 1.25 dan 1.375, dengan heterozygositas berkisar 0.125 – 0.137. Sedangkan persentase allele yang polymorfis yang teramati adalah 25.0 % - 37 %. Ras Blusafir mempunyai jarak genetik yang lebih jauh dengan ke dua ras lainnya dibandingkan jarak genetik antara ras Bule dan Bastar. Jarak genetik rata-rata antara ras ikan gurame tercatat 0.0003.
Kata kunci : KARAKTER, GENETIK, IKAN GURAME
ABSTRACT : Evaluation of genetic variability of some giant gouramy races is an initial effort to solve the problem in culturing giant gouramy i.e. low growth. Genetic variability of three giant gouramy races i.e. Bastar, Bule and Blusafir collected from Depok area, is evaluated using isozyme. There is no significant difference among three giant gouramy races. Number of allele per locus and polymorphism allele were ranged 1.25 - 1.375 and 25.0 % - 37 %. respectively, while heterozygosity was ranged 0.125 – 0.137. Genetic distance between Blusafir and Bastar or Bule is bigger than genetic distance between Bastar and Bule. The average genetic distance among giant gouramy races is 0.0003.
Key words : CHARACTER, GENETIC, GIANT GOURAMY
KUSMINI, Irin Iriana
KARAKTER POPULASI IKAN GURAME BLUSAFIR (Osphronemus gouramy LAC) STADIA BENIH UNTUK MENDUKUNG PROGRAM SELECTIVE BREEDING / Irin Iriana Kusmini, Estu Nugroho, Wartono Hadie
Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2002
ABSTRAK : Perbaikan genetis ikan gurame dapat dilakukan melalui koleksi, karakterisasi, evaluasi dan penerapan selective breeding yang benar dari beberapa ras ikan gurame. Pertumbuhan gurame ras blusafir menunjukkan nilai yang lebih tinggi daripada ras bastar dan bule, assesmen variasi genetik diperlukan untuk menentukan variasi genetik yang ada di stok ikan gurame, dan dapat digunakan untuk mendukung managemen sumber daya genetik ikan gurame dalam rangak menghasilkan banih unggul untuk budidaya.
Hasil pengamatan menunjukkan populasi ikan gurame blusafir pada stadia benih umur 1,5 bulan mempunyai nilai variansi/ keragaman bobot 0.089, laju pertumbuhan harian 6.06 %/hari dan sintasan 67 %.
KUSDIARTI
PENDEDERAN GURAME DENGAN METODE RESIRKULASI SEBAGAI PENDUKUNG INTENSIFIKASI / Kusdiarti, Darti S., Irsyaphiani I., Novenny A. Wahyudi, Tutik K., Honorius Mundriyanto, M. Yunus, Estu Nugroho
Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2002
ABSTRAK : Penelitian bertujuan untuk mendapatkan produksi benih yang optimal dalam sistim resirkulasi. Benih gurame dipelihara dalam tahap pemeliharaan yaitu tahap I dengan bobot awal 10 mgram sedangkan tahap II dengan bobot awal 0,5 gram. Penelitian dipelihara dalam bak plastik dan bak beton dengan padat penebaran masing-masing 400 ekor per wadah dan 100 ekor epr wadah. Penelitian ini dilaksanakan di Instalasi Penelitian Perikanan Air Tawar Depok, masing-masing selama 2,5 bulan dan 3 bulan pemeliharaan.
Sebagai perlakuan dalam sistim resirkulasi yaitu Resirkulasi dengan Zeolit (A), Resirkulasi biasa (B) dan Resirkulasi tanpa filter (C). Masing-masing perlakuan dengan 3 kali ulangan. Pakan yang diberikan adalah pakan alami dan pakan buatan (pellet), diberikan sebanyak 20% BB/hari dan 5% BB/hari.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa resirkulasi dengan zeolit (A) memberikan hasil yang terbaik terhadap pertumbuhan yaitu pada tahap I (2735 mgram) dan pada tahap II (10,49 gram).
ABSTRACT : The purpose of the study was to know fry production optimal with recirculation system. Fry gouramy with 2 periods is period I with initial weight 10 mgram and period II with initial weight 0.5 gram. Where culture in Instalation Research Institute for Fresh water Fisheries in Depok, for period 2.5 months and 3 months.
With treatment recirculation system : Recirculation with Zeolit (A), normal Recirculation (B) and Recirculation not filter (C), each treatment with 3 replication.
Fish were feed with natural feed and pellet, at daily rate is 20% and 5% body weight for gay.
The result showed that recirculation with Zeolit gave the best of growth rate in period I (2735 mgram) and period II (10.49 gram).
Key words : RECIRCULATION SYSTEMS, GIANT GOURAMY AND PRODUCTION
TAUFIK, Pipik
IDENTIFIKASI PENYAKIT PARASITER DAN BAKTERIAL PADA IKAN GURAME (Osphronemus gouramy Lac) SERTA PENANGGULANGANNYA = Identification of parasitical and bacterial diseases on giant gouramy (Osphronemus gouramy Lac) and its control / Pipik Taufik
Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2002
ABSTRAK : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis penyakit, dosis bahan kimia dan vaksin yang efektif terhadap penyakit ikan gurame. Pemeriksaan ekstroparasit dari tubuh bagian luar benih ikan gurame menggunakan mikroskop. Penggunaan garam dapur (NaCl) 300 ppm, formalin 50 ppm + Malachit Green Oksalat (MGO) 0,05 ppm dan 1 jenis obat dosis 1 tetes per 4 liter air melalui perendaman selama 24 jam yang dilakukan 3 kali selang 5 hari untuk menanggulangi ichthyopthiriasis (bintik putih). Imunisasi melalui penyuntikan intramuskular dengan vaksin Aeromonas hydrophila dosis 108 sel/ikan gurame ukuran 90 – 150 g dilakukan 1 kali dan 2 kali selang 10 hari kemudian diuji tantang 24 hari setelah vaksinasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditemukan Trichodina sp. dan Ichthyopthirius multifiliis dari tubuh bagian luar benih ikan gurame ukuran 0,5 – 2 gram. Formalin 50 ppm + MGO 0,05 ppm dan satu jenis obat satu tetes/ 4 liter adalah efektif. Vaksinasi dosis 108 sel/ikan sebanyak satu kali dan 2 kali selang 10 hari efektif terhadap penyakit A. hydrophila pada ikan gurame.
ABSTRACT : The objective of this study is to know the cousative agents of the diseases. The effective doses of the chemicals and vaccin used in the treatment of giant gouramy diseases. The examination of extroparasite on external fishbody was used the microscope. Table salt (NaCl) at doses of 300 ppm, formalin 0f 50 ppm + Malachite Green Oxalate (MGO) of 0.05 ppm and one kind of drug of one drop in 4 liters of water were used in the treatment by dipping for 24 hours in three times in 5 days interval. Immunization by intramuscular injection with Aeromonas hydrophila vaccin of 108 cells/fish of giant gouramy measuring 90 – 150 grams in one time and two times in ten days interval then challenged in 24 days after immunization. The results showed that Trichodina sp. and Ichthyopthirius multifiliis were detected from the external body of giant gouramy seeds measuring 0.5 – 2 grams. While formalin of 50 ppm + MGO of 0.05 ppm and one kind of drug of one drop in 4 liters were effective for the control ichthyopthiriasis (white spot). Vaccin of 108 cells/fish in one time and two times in 10 days interval were effective for the prophylactic of A. hydrophila diseases.
Key words : GIANT GOURAMY DISEASES, CHEMICAL DRUGS, AND Aeromonas hydrophila VACCIN
SETIJANINGSIH, Lies
PENGARUH SUPLEMENTASI ASCORBIL FOSFAT MAGNESIUM SEBAGAI SUMBER VITAMIN C DALAM PAKAN TERHADAP REPRODUKSI INDUK IKAN GURAME (Osphronemus gouramy Lac.) / Lies Setijaningsih, Zafril Imran Azwar, Estu Nugroho, M. Sulhi
Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2002
ABSTRAK : Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh dosis Askorbil Fosfat Magnesium (APM) sebagai sumber vitamin C terhadap produktivitas reproduksi induk ikan gurame (Osphronemus gouramy Lac) telah dilakukan di Balai Riset Budidaya Perikanan Air Tawar Sukamandi. Dua puluh lima pasang induk ikan gurame dengan bobot 1,9 – 2,1 kg/ekor dipelihara pada 25 kolam tanah ukuran 5 x 5 m2 dengan kedalaman 80 cm. Selama 3 bulan percobaan ikan diberi pakan dengan suplementasi Askorbil Fosfat Magnesium sebagai perlakuan dengan dosis : A = kontrol (tanpa penambahan vitamin); B = kontrol positif (Vitamin E 300 mg/kg pakan); C = vitamin E 300 mg/kg pakan + vitamin C 500 mg/kg pakan; D = vitamin E 300 mg/kg pakan + vitamin C 1000 mg/kg pakan; E = vitamin E 300 mg/kg pakan + vitamin C 1500 mg/kg pakan. Hasil percobaan menunjukkan bahwa penambahan APM dalam pakan menstimulasi kecepatan pencapaian matang gonad induk gurame, sebaliknya yang diberi pakan tanpa suplementasi APM tidak memperlihatkan kecepatan pencapaian matang gonad hingga akhir penelitian. Frekwensi pemijahan populasi induk yang diuji untuk masing-masing perlakuan suplementasi APM adalah 1, 1, 2, 1, 2 kali. Selama musim pemijahan fekunditas, derajat pembuahan dan kandungan vitamin C dalam telur meningkat dengan meningkatnya dosis APM. Suplementasi Askorbil Fosfat Magnesium 500 mg/kg pakan memberikan respon terbaik terhadap kecepatan pencapaian matang gonad, fekunditas, derajat pembuahan, derajat penetasan dan diameter telur.
SATYANI, Darti
PENINGKATAN KEBERHASILAN KEMATANGAN GONAD DAN OVULASI IKAN BOTIA (Botia macracantha Blkr.) / Darti Satyani, Agus Priyadi, Tutik Kadarini, Oman Komarudin
Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2002
ABSTRAK
-------
SUBANDIYAH, Siti
PEMATANGAN GONAD DAN PERCEPATAN OVULASI DENGAN MANIPULASI LINGKUNGAN / Siti Subandiyah
Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2002
ABSTRAK
--------
TAHAPARI, Evi
PERCOBAAN KOMBINASI PAKAN ALAMI DAN BUATAN UNTUK BENIH IKAN BETUTU (Oxyeleotris marmorata Blkr.) = The experiment of the combination of natural and artificial feed for sand goby (Oxyeleotris marmorata ) / Evi Tahapari, Zafril Imran A., Hidayat D., Wahyu Pamungkas
Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2002
ABSTRAK : Penelitian percobaan kombinasi pakan alami dan buatan untuk benih ikan betutu (Oxyeleotris marmorata Blkr) telah dilakukan di Balitkanwar, Sukamandi. Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan informasi mengenai penggunaan pakan buatan serta kombinasi pakan alami dan buatan yang tepat untuk benih ikan betutu. Sebagai perlakuan dalam penelitian ini adalah lima (5) macam kombinasi pakan alami dan buatan, dan satu perlakuan tanpa pemberian pakan alami dan buatan sebagai kontrol : A. 100% pakan alami, B. 75% pakan alami + 25% pakan buatan, C. 50% pakan alami + 50% pakan buatan, D. 25% pakan alami + 75% pakan buatan, E. 100% pakan buatan dan F. tanpa pakan alami dan pakan buatan. Pakan alami yang digunakan adalah ikan mujair yang dicincang dan pakan buatan yang digunakan adalah dari hasil formulasi sendiri dengan kandungan protein pakan ± 40%. Jumlah pakan yang diberikan untuk setiap perlakuan didasarkan atas jumlah gram protein pakan yang disamakan yaitu 15 g protein/kg bobot ikan. Wadah ikan uji yang digunakan adalah 18 buah keramba yang terbuat dari bambu dengan ukuran masing-masing 2 x 1 x 1,25 m. Setiap keramba diisi ikan uji sebanyak 13 ekor dengan ukuran bobot awal rata-rata 50,72 gram/ekor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian 100% apkan alami cenderung memberikan pertambahan bobot lebih baik dibanding perlakuan lainnya. Pemberian pakan buatan dapat memberikan pertambahan bobot pada pemeliharaan benih ikan betutu.
ABSTRACT : The experiment of the combination of natural and artificial feed for sand goby (Oxyeleotris marmorata ) seed was done in the Research Institute Freshwater Fisheries (RIFF), Sukamandi. The objective of the study was to get the information on artificial feed, combination natural and artificial feed for sand goby seed. There were five kind natural and artificial feed in the treatment and are treatment with no natural and artificial feed as a controle. The treatment were : A. 100% natural feed, B. 75% natural feed + 25% artificial feed, C. 50% natural feed + 50% artificial feed, D. 25% natural feed + 75% artificial feed, E. 100% artificial feed and F. no natural feed and artificial feed. The using of natural feed was cutting mujair fish, and formulation artificial feed containing ± 40% protein. The total of protein in the research was equalified. The research using 18 bamboo cage with the size 2 x 1 x 1,25 m. Each cage filled in 13 fishes with the weight 50.72 g. The result of this research showed that giving 100% natural feed tendented to have better adding to the others. Giving artificial feed influence the weight gain in fish culture.
Key words : NATURAL FEED, ARTIFICIAL FEED, SEED, SAND GOBY
CHUMAIDI
PENGARUH KEPADATAN PAKAN ALAMI (ROTIFER) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELULUSAN HIDUP LARVA IKAN BETUTU (Oxyeleotris marmorata BLKR) = The effect of different doses of natural feed (Rotifer) on the growth and survival rate of sand goby (Oxyeleotris marmorata) larvae
/ Chumaidi, Irsyaphiani Insan, Agus P.
Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2002
ABSTRAK : Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui padat penebaran optimal rotifer (Brachionus sp) yang digunakan sebagai pakan alami terhadap pertumbuhan harian dan kelulusan hidup larva ikan betutu (Oxyeleotris marmorata) . Larva ikan betutu dipelihara di dalam kepadatan pakan alami (Brachionus sp) yang berbeda yaitu 25 individu/L, 50 individu/L, 75 individu/L, dan 100 individu/L. Hasil penelitian menunjukkan kelulusan hidup larva paling tinggi yaitu 23,5 % selama 15 hari dari perlakuan 25 individu pakan alami/L, dengan laju pertumbuhan 9,45 %. Penelitian ini belum mendapatkan informasi tentang kepadatan optimal dari pakan alami (Brachionus sp). Penelitian perlu dilaksanakan dengan perbaikan manajemen seperti penggunaan pakan alami yang ukurannya cocok dan pengaturan kualitas air.
Kata kunci : IKAN BETUTU, PAKAN ALAMI
ABSTRACT : The experiment was conducted to evaluate the effect of optimal densities of rotifer (Brachionus sp) on the daily growth and survival rate of sand goby larvae. The larvae of sand goby reared in different dose of natural food, i.e. 25 individuals/L, 50 individuals/L, 75 individuals/L, and 100 individuals/L. The result of the experiment showed that the longer survival for the larvae was 23.5 % during 15 days rearing from the treatment of 25 individuals/L. This experiment has not been found information of optimal density of natural food (Brachionus sp). The experiment must be conducted by good management in the size of natural food and water quality.
Key words : SAND GOBY, NATURAL FOOD
TAUFIK, Imam
PENGARUH WARNA UTAMA LINGKUNGAN PEMELIHARAAN TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN BETUTU (Oxyeleotris marmoratus, Bleekers) = Effect of environment colour on survival rate and growth of sand goby larvae (Oxyeleotris marmoratus, Bleekers) / Imam Taufik, Zafril Imran A., Ikhsan Khasani
Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2002
ABSTRAK : Penelitian warna utama lingkungan pemeliharaan dilakukan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kelulusan hidup dan pertumbuhan larva ikan betutu (Oxyeleotris marmoratus, Bleekers). Penelitian ini dilakukan di Instalasi Penelitian Perikanan Air Tawar – Cibalagung, Bogor. Wadah penelitian terdiri dari 12 unit akuarium kaca berukuran 100 x 50 x 50 cm (pxlxt) yang diisi air setinggi 20 cm dan dilengkapi dengan aerasi. Hewan uji berupa larva ikan betutu berumur 1 hari dengan padat tebar 10 ekor/L dan diberi pakan alami (rotifer) dengan kepadatan 25 individu/ml air. Perlakuan berupa perbedaan warna wadah, yaitu : transparan; coklat; hijau; dan merah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa wadah dengan warna merah memberikan kelangsungan hidup yang paling tinggi (40,73 %) berbeda nyata (P<0,05)>0,05) dengan warna transparan. Perlakuan dengan wadah berwarna merah juga menghasilkan pertumbuhan dan perkembangan larva yang lebih cepat dibanding dengan perlakuan warna lain.
Kata kunci : KELULUSAN HIDUP, LARVA IKAN BETUTU, PERTUMBUHAN, WARNA UTAMA
ABSTRACT : The goal of this experiment was to obtain information on survival rate and growth of sand goby larvae. The experiment was conducted at research station Cibalagung, Bogor. Twelve aquarias of 100 x 50 x 50 cm in size were used in this experiment completed with water circulation system, each aquarium was stocked with 10 larvae/L of sand goby of one day old. The larvae was feed with rotifera. Four different colours of aquaria were applied i.e. transparent, brown, green, and red.
The result showed that the red aquarium gave significantly different on growth and survival (40.73 %) (P<0.05)>0.05).
Key words : ENVIRONMENT COLOUR, GROWTH, SAND GOBY LARVAE, SURVIVAL RATE.
KARAKTERISASI BIOLOGI REPRODUKSI IKAN BETUTU DARI 3 LOKASI (JAWA, KALIMANTAN DAN SUMATERA) = Characteristic biology reproduction of sand goby (Oxyeleotris marmoratus Bleeker) from three locations (Jawa, Kalimantan, and Sumatera) /
Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2002
ABSTRAK : Aktivitas reproduksi ikan betutu dari tiga lokasi (Jawa, Kalimantan, dan Sumatera) telah diamati sejak bulan Juni tahun 2002. Contoh ikan diperoleh dari hasil tangkapan masyarakat di perairan umum, dan kemudian dibawa ke laboratorium untuk pengamatan gonad. Sekitar 125 ekor ikan untuk masing-masing lokasi dengan kisaran berat 47-560 gr telah dikoleksi selama masa pengamatan. Aktivitas reproduksi seperti ukuran awal matang kelamin, fekunditas telur dievaluasi berdasarkan morpometrik dan analisis mikroskopis terhadap contoh oosit.
Hasil pengamatan memperlihatkan bahwa induk ikan betutu kelamin betina asal Jawa mencapai matang kelamin lebih dalam ukuran relatif lebih rendah dibandingkan dari lokasi Kalimantan dan Sumatera. Fekunditas telur ikan dari ketiga lokasi relatif tidak berbeda. Fekunditas telur lebih dipengaruhi oleh ukuran berat ikan.
ABSTRACT : Reproductive activity of sand goby (Oxyeleotris marmoratus Bleeker) female from three locations was studied at Research Institute for Freshwater Fisheries, Sukamandi. The specimen of female sand goby were caught by people from open water, and transported to laboratory for ovaries evaluation. One hundred twenty five females with body weight range 47 – 560 gr were collected during observation. Reproductive activities such as assessment the first size of sexual maturity, fecundity were evaluate based on the external appereance of genital pore and microscopic analysis of ovaries section.
The result of observation showed that the first size of sexual maturity of female from Java smaller than female from Kalimantan and Sumatera, relatively. Fecundity of female from three location was not different in the same class body weight. There is relation significantly between fecundity with size of body weight.
Key words : REPRODUCTION, SAND GOBY
PRIHADI, Tri Heru
STUDI PENGELOLAAN PEMBESARAN IKAN NILA BERBASIS PRODUKSI BENIH / Tri Heru Prihadi, Hambali Supriyadi, Hidayat D.
Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2002
ABSTRAK : Penelitian pengelolaan pembesaran ikan nila berbasis produksi bersih telah dilakukan di beberapa kabupaten di Jawa Barat seperti kabupaten Sukabumi, Cianjur, Tasikmalaya, Garut dan Sumedang. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh model ideal produksi bersih pada pengelolaan pembesaran ikan nila serta mendapatkan kondisi faktual pengelolaan budidaya ikan nila yang ada di Jawa Barat. Produksi bersih merupakan strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif dan integratif serta perlu diimplementasikan dalam proses produksi.
Hasil utama dari penelitian ini adalah rancang bangun model produksi bersih pengelolaan budidaya nila. Model dirancang dengan beberapa asumsi pokok dan berdasarkan 4 komponen ideal, yaitu : padat tebar, sintasan, potensi produksi dan limbah. Selanjutnya model diverifikasi dengan data faktual dari PIN Sukabumi, cianjur, Tasikmalaya, Garut dan Sumedang. Analisis sistem dilakukan dengan menggunakan paket program Stella versi 4.02 dari High performance System, Inc. , Hanover, Canada.
ABSTRACT : Research of design of cleaner production model of nila culture was conducted in Sukabumi, Cianjur, Tasikmalaya, Garut and Sumedang. The main objectives are to obtain the cleener production model of tilapia culture management and then be verified with the actual management in case study.
The main result was the design cleaner production model of tilapia culture. The model operated with some assumtions and the four ideal input components, i.e. : stocking density, survival rate, production potential and effluent. The system analysis was conducted by using Stella version 4.02 from High Performance System, Inc., Hanover, Canada, 1996.
KADARINI, Tutik
EVALUASI PENGEMBANGAN DAN PENYUSUNAN PANDUAN ISO 14001 UNTUK PENGELOLAAN BUDIDAYA IKAN NILA / Tutik Kadarini, Imam Taufik, Abdul Wakhid, Agus W., Tri Heru P., Ani W., Pawartining Yuliati
Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2002
ABSTRAK : Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui, mengembangkan dan menyusun ISO 14001 untuk pengelolaan budidaya ikan nila. ISO 14001 adalah merupakan wacana untuk menjamin kinerja sistem manajemen lingkungan yang memadukan kriteria kinerja kegiatan usaha ke dalam semua tingkatan dan bagian dari suatu kegiatan usaha. Tujuan utama ISO 14001 adalah mendukung perlindungan lingkungan dan pencegahan pencemaran yang seimbang dengan kebutuhan sosio-ekonomi.
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif yaitu suatu metode yang memusatkan dari masalah-masalah sekarang serta aktual. Data yang diperoleh mula-mula disusun, dijelaskan kemudian dianalisa.
Dalam penyusunan penelitian (panduan ISO 14001) melalui 2 pendekatan yaitu pengumpulan data dan sistem manajemen lingkungan yang meliputi 1. Kebijakan lingkungan 2. Perencanaan 3. Penerapan operasi 4. Pengukuran dan evaluasi 5. Pengkajian sistem manajemen lingkungan 6. Penyempurnaan berkelanjutan. Kedua pendekatan tersebut diaplikasikan dan dijabarkan dalam daftar periksa yang berbentuk kuesioner kemudian dikonsultasikan/ didiskusikan kepada para pakar perikanan dan lingkungan, bahan atau materi telah didistribusikan terlebih dahulu.
Hasil penelitian ini berupa panduan ISO 14001 untuk pengelolaan budidaya ikan nila seperti terlampir.
SUBAGJA, Jojo
RANGSANGAN PEMIJAHAN IKAN PATIN TIKUS (Pangasius nasutus) PASCA TIGER hCG, MENGGUNAKAN OVAPRIM DENGAN DOSIS BERBEDA / Jojo Subagja, Sularto, Jaques Slembrouck
Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2002
ABSTRAK : Informasi karakteristik modul diameter telur diperlukan sebelum melakukan pemijahan buatan. Suatu penelitian dengan tujuan mengetahui pemakaian dosis hormon optimal dalam pemijahan ikan patin tikus (Pangasius nasutus) telah dilakukan di Balai Penelitian Perikanan Air Tawar Sukamandi. Rancangan percobaan yang dipergunakan adalah Rancangan acak lengkap dengan 3 perlakuan perbedaan dosis hormon ovaprim dan 2 kontrol, masing-masing 2 ulangan. Adapun dosis ovaprim masing-masing 0,5 ml; 0,7 ml dan 0,9 ml per kg bobot tubuh. Sebelum dilakukan injeksi ovaprim, masing-masing induk diinjeksi dengan hCG terlebih dahulu sebanyak 500 iu/kg bobot tubuh, dengan tujuan untuk meningkatkan (menyeragamkan) modul diameter telur. Diameter telur yang telah siap untuk diinjeksi ovulasi bila sudah mencapai rataan 1.60 mm.
Hasil percobaan yang telah dilakukan baru tahap injeksi persiapan (injeksi hCG) terhadap induk-induk terseleksi. Hasil sementara menunjukkan bahwa injeksi pendahuluan hCG 500 iu/kg bobot tubuh, telah meningkatkan diameter telur rata-rata dari 1.2 mm menjadi 1.4 mm (± 0.21) atau naik antara 15.70 – 20.49 % dibandingkan dengan kontrol hanya naik antara 1.75 – 1.87 %.
SUHENDA, Ningrum
PENENTUAN KADAR LEMAK PAKAN CALON INDUK IKAN PATIN JAMBAL Pangasius djambal UNTUK PRODUKSI BENIH BERKUALITAS / Ningrum Suhenda, Jojo Subagja, dan Zafril Imran Azwar
Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2002
ABSTRAK : Suatu percobaan dengan tujuan untuk menentukan besarnya kadar lemak untuk pakan calon induk ikan patin jambal telah dilakukan di kolam percobaan, Sukamandi. Pakan uji yang diberikan adalah pakan yang mengandung protein sama yaitu sebesar 35%. Sebagai perlakuan yaitu pakan dengan kadar lemak berbeda yaitu 4, 6, 8, 10, dan 12%. Pakan diberikan dalam bentuk pelet sebanyak 2% dari bobot tubuh untuk tiga bulan pertama dan 1 % untuk bulan keempat dan diberikan 3 kali per hari. Penyesuaian jumlah pakan yang diberikan dilakukan satu bulan sekali setelah dilakukan penimbangan ikan dan pengamatan perkembangan gonad. Wadah penelitian yang digunakan yaitu kolam tanah dengan luas 125 m2. Ikan uji yang dipergunakan yaitu calon induk ikan patin jambal dengan bobot berkisar antara 1100 – 1600 g/ekor. Padat penebaran tiap wadah percobaan yaitu 9 ekor.kolam. Sampai saat ini pengamatan yang dilakukan baru mengenai pertambahan bobot tubuh, perkembangan gonad calon induk ikan uji dan sifat fisika kimia air. Parameter lainnya belum dapat diperoleh karena ikan uji belum dapat dipijahkan. Parameter tersebut yaitu : jumlah telur yang dibuahi, daya tetas telur, diameter telur, dan sintasan larva yang dihasilkan. Hasil sementara menunjukkan bahwa pertambahan bobot relatif ikan uji selama 4 bulan menunjukkan makin tinggi kadar lemak pakan pertambahan bobot ikan cenderung naik. Pertambahan bobot relatif ikan uji terendah (50,58%) diperoleh pada ikan yang diberi pakan dengan kadar lemak 4% dan tertinggi (56,43%) untuk kadar lemak pakan 12%. Bobot ikan setelah 4 bulan pemeliharaan berkisar antara 1.700 – 2.300 g per ekor.
Hasil pengamatan perkembangan gonad calon induk ikan patin jambal pada setiap sampling (bulan) menunjukkan hasil yang cukup baik dengan makin berkembangnya diameter telur hasil kanulasi.
UTAMI, Retna
PENINGKATAN PRODUKTIVITAS BENIH PATIN JAMBAL (Pangasius djambal) MELALUI PENGGUNAAN PAKAN ALAMI DAN BUATAN / Retna Utami, Wahyu Pamungkas, Evi Tahapari, Ningrum Suhenda
Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2002
ABSTRAK
--------
TAUKHID
DIAGNOSA DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT “RED LEGS” PADA KODOK BENGGALA (Rana catesbeiana Shaw) MELALUI PENDEKATAN KEMOTERAPI = “Red legs” diseases diagnosis on bullfrog (Rana catesbeiana Shaw) and its control chemically / Taukhid, Agus Sunarto, Isti Koesharyani dan Hambali Supriyadi
Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2002
ABSTRAK : Penelitian tentang diagnosa dan penanggulangan penyakit “red legs”pada kodok benggala (Rana catesbeiana Shaw) telah dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui jenis dan prevalensi bakteri patogen yang terlibat dalam penyakit tersebut serta penanggulangannya secara kemoterapi. Gejala klinis “red legs”meliputi asites, pendarahan pada kulit dan/atau organ-organ dalam, luka pada pangkal paha, dan hilang nafsu makan. Sampel kodok sakit diambil dari 9 pembudidaya yang tersebar di wilayah Bogor, Sukabumi dan Depok. Dari 66 ekor kodok sakit, diperoleh sebanyak 118 isolat bakteri yang terdiri atas 7 jenis yaitu : Aeromonas sp. (46,61%), Pseudomonas sp. (16,10%), Acinetobacter sp. (9,32%), Edwardsiella sp. (9,32%), Alcaligenes sp. (7,63%), Achromobacter sp. (6,78%) dan Streptococcus sp. (4,24%). Dari ketujuh jenis bakteri tersebut, Aeromonas sp. besar kemungkinan sebagai patogen utama pada kasus “red legs”. Gambaran histopatologis pada kodok sakit, banyak dijumpai adanya infiltrasi netrofil, granulomatosis, peradangan pembuluh darah dan melano macrophage center yang merupakan indikasi adanya keterlibatan infeksi bakteri. Penanggulangan penyakit tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan (?) pada dosis (?) pada tahap awal, dan pada dosis (?) pada tahap akut.
ABSTRACT : The research with the aims to know the prevalence of bacteria involved on red leg disease on bullfrog and its control chemically has been conducted. The external signs of red leg disease include ascites, loss of appetite, lassitude and haemorrhagic lesions on hind legs and abdomen. Internal signs are haemorrhage in most of the visceral organs. Blood and yellow fluid are often found in the abdominal cavity. Diseased frogs were sampled from 9 farms located in Bogor, Sukabumi and Depok regencies. From 66 diseased frogs have been obtained 118 bacteria isolates. The results of identification showed that seven genus were involved on red leg disese namely, Aeromonas sp. (46.61%), Pseudomonas sp. (16.10%), Acinetobacter sp. (9.32%), Edwardsiella sp. (9.32%), Alcaligenes sp. (7.63%), Achromobacter sp. (6.78%) and Streptococcus sp. (4.24%). Based on the percentage bacterial prevalence, it is more likely that Aeromonas sp. was primary pathogen on red leg disease. Histopathological finding on diseased frogs’s tissues shows some indicators of bacterial infection : neutrophyl infiltration around the ulcer, granulomatous, haemorrhage in the blood vessel, and melano macrophage center. To control of the disease was recommended to use two antimicrobials : nalidixic acid and oxytetracycline (OTC).
Key words : BULLFROG, RED LEGS AND CONTROL
SUNARTO, Agus
DIAGNOSA PENYAKIT ‘WHIRLING’ PADA KODOK BENGGALA (Rana catesbeiana Shaw) = Diagnose of whirling disease on bullfrog (Rana catesbeiana Shaw.) / Agus Sunarto, Taukhid, Isti Koesharyani, Dewi Ratih Agungpriyono dan Hernomoadi Huminto
Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2002
ABSTRAK : Selain red leg, penyakit berputar-putar (whirling disease) merupakan kendala utama dalam industri budidaya kodok. Walaupun demikian, sampai saat ini praktis tidak ada informasi mengenai penyakit whirling baik deskripsi penyakit maupun penyebabnya. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah melakukan deskripsi penyakit dan mengetahui agen penyebabnya. Sampel kodok dikumpulkan dari sentra budidaya kodok di Depok, Bogor dan Sukabumi. Pengamatan dilakukan terhadap perubahan tingkah laku, gejala klinis, perubahan patologi anatomi (PA), histopatologi dan uji Polymerase Chain Reaction (PCR). Kodok yang terserang penyakit ini mula-mula tampak miring, hilang keseimbangan, berjalan/melompat berputar-putar (whirling), kurus dan akhirnya mati. Pengamatan PA menunjukkan hati membengkak dan berwarna kehitaman, jantung membengkak, ginjal tampak pucat dan kadang-kadang membengkak. Isolasi dari ketiga organ tersebut didapatkan bakteri Aeromonas sp, sedangkan dari otak berhasil diisolasi Streptococcus sp. Analisa histopatologi menunjukkan terjadi peradangan pada selaput otak (meningitis) dan pengumpulan sel radang di otak (gliosis). Gambaran histopatologi tersebut mengindikasikan adanya infeksi virus pada kodok yang terserang whirling. Namun demikian hasil uji PCR dengan menggunakan primer spesifik terhadap Ranavirus ternyata negatif. Laporan ini juga membahas kemungkinan penyebab penyakit whirling dan hambatan penelitian penyakit viral pada ikan di Indonesia.
Kata kunci : PENYAKIT WHIRLING, HISPATOLOGI, PCR, KODOK
ABSTRACT : Beside red leg, whirling disease is the main constraint in bullfrog culture industry. However, up to date there is virtually no information available regarding the disease both on the description of the disease or the causative agent. Therefore, the aims of the research are to describe the nature of the disease and to elucidate its causative agent. Frog samples are collected from Depok, Bogor and Sukabumi. In order to examine the nature of the disease, behavioural changes, clinical signs, pathology-anatomy changes, histopathology and polymerase chain reaction (PCR) assay are conducted. Diseased frogs are loss of balance, whirling, thin and finally died. Pathology anatomical changes include the liver are swollen and darken, occasionally the heart are swollen, the kidney are pale and occasionally swollen. Aeromonas sp. is isolated from these organs, while Streptococcus sp is occasionally isolated from the brain. Histopathological analysis reveals inflammation in the meningen (meningitis) and accumulation of glia cells in the brain (gliosis). The pathological features indicate that there are viral infection. However, PCR assay using specific primer against Ranavirus is negative. The possibilities of the causative agent of whirling disease and the constraint to conduct research on viral disease in Indonesia are discussed.
Key words : WHIRLING DISEASE, HISTOPATHOLOGY, PCR, FROG
SUPRIYADI, Hambali
KARAKTERISASI PATOGEN, INANG SPESIFIK DAN SEBARAN MYCOBACTERIOSIS = Characterization of the pathogen, susceptable host and distribution of mycobacteriosis / Hambali Supriyadi, Pipik Taufik, Johan Effendi, Taukhid, Oman Komarudin dan Dayat Bastiawan
Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2002
ABSTRAK : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakter dari penyebab penyakit, jenis-jenis ikan yang terinfeksi serta daerah sebar dari penyakit mycobacteriosis. Penelitian ini dilakukan di beberapa kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Banten, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Timur. Ikan yang disampel adalah jenis-jenis ikan yang dibudidayakan. Isolat diambil dari ginjal dan bagian-bagian yang menunjukkan adanya gejala infeksi, kemudian ditanam di atas media Shauton dan diidentifikasi dengan penelusuran karakter bentuk, fisik dan biokimia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Mycobacterium fortuitum merupakan jasad epnyebab mycobacteriosis, dengan inang yang dapat terinfeksi meliputi ikan mas (Cyprinus carpio), ikan nila (Oreochromis niloticus) dan ikan gurame (Osphronemus gouramy), sedangkan sebarannya meliputi Jawa Barat, Banten, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Jawa Timur.
ABSTRACT : The aims of this research were to know the characters of the pathogen, to gain the information on the susceptable host and distribution of mycobacteriosis. Research have been conducted in West Java, Banten, Jakarta Central Java, Yogyakarta and East Java provinces. Isolates were taken from kidney and the organs which indicates clinical signal, then isolated onto Shauton’s medium. Identification was done based on the bacterial shape, physical and biochemical characters. The results indicated that Mycobacterium fortuitum is the causative agent of disease common carp (Cyprinus carpio), nile tilapia (Oreochromis niloticus) and giant gouramy (Osphronemus gouramy), were the susceptable hosts and the distribution of diseases covering West Java, Banten, Jakarta Central Java, Yogyakarta and East Java provinces.
EFFENDI, Johan
PENYEBARAN PENYAKIT STREPTOCOCCIASIS PADA BEBERAPA PUSAT BUDIDAYA IKAN AIR TAWAR = The distribution of streptococciasis in some freshwater aquaculture centre / Johan Effendi, Hambali Supriyadi dan Dayat Bastiawan
Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2002
ABSTRAK : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi kepatogenan melalui penelusuran prevalensinya serta penyebaran streptococciasis. Sampel ikan dikoleksi dari beberapa sentra budidaya di propinsi Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Isolat diambil dari otak dan ginjal ikan kemudian ditanam di atas media Brain Heart Infusion Agar (BHIA) dan diidentifikasi berdasar pada karakter morfologi, fisiologi dan biokimia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi tertinggi dari infeksi streptococciasis terdapat di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Sedangkan penyebaran dari penyakit ini telah meliputi hampir di semua daerah yang disampling kecuali kabupaten Bantul.
ABSTRACT : The aims of this research is to know the prevalence and distribution of streptococciasis infection in some freshwater aquaculture centre. Fish sample were collected from West Java, Banten, Central Java and Yogyakartaprovinces. Isolates were taken from barain and kidney and then isolated onto Brain Heart Infusion Agar (BHIA) nad identified based on morphological, physical and biochemical characters. The results indicated that the highest prevalence of the infection of streptococciasis occurred in West Java and Central Java. Meanwhile the distribution of this disease covered almost in the whole sampled areas except district of Bantul.
BASTIAWAN, Dayat
KARAKTERISASI DAN IDENTIFIKASI PATOGEN PENYEBAB PENYAKIT STREPTOCOCCIASIS PADA IKAN AIR TAWAR YANG DIBUDIDAYAKAN = Characterization and identification of pathogen agent causing streptococciasis on cultured fish especially on nile tilapia (Oreochromis niloticus) / Dayat Bastiawan dan Hambali Supriyadi
Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2002
ABSTRAK : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakter dari penyebab penyakit streptococciasis pada ikan budidaya terutama pada ikan nila. Sampel ikan dikoleksi dari berbagai tempat di propinsi Jawa Barat dan Banten. Isolat diambil dari mata, otak, jantung, hati, spleen, ginjal, dan insang. Kemudian ditanamkan pada media Brain Heart Infusion Agar (BHIA). Identifikasi dilakukan dengan berdasark pada karakter morfologi, fisiologi dan biokimia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyebab penyakit streptococciasis pada ikan nila di propinsi Jawa Barat dan Banten adalah Streptococciasis iniae.
ABSTRACT : This research is aimed to know the characters of disease causing agent of streptococciasis on cultured fish species. Samples were collected from different area in West Java and Banten provinces. Isolates were taken from eye, brain, heart, liver, kidney and gill. Identification was done based on the morphological, physiological and biochemical characters. The result indicated that pathogen that causing streptococciasis is streptococciasis iniae.
KOMARUDIN, Oman
KERUSAKAN JARINGAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) YANG TERINFEKSI PENYAKIT STREPTOCOCCIAS = A histological changes of some organs of nile tilapia (Oreochromis niloticus) / Oman Komarudin dan Hambali Supriyadi
Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2002
ABSTRAK : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan-perubahan histologis akibat infeksi Streptococciasis pada ikan nila Oreochromis niloticus. Ikan sampel dikoleksi dari Tasikmalaya, Saguling dan Cirata. Ikan sampel diambil terutama yang menunjukkan gejala terinfeksi Streptococciasis. Organ yang diambil untuk pengamtan histologis adalah hati, ginjal, limfa dan otak. Kemudian difiksasi dengan formalin buffer. Sampel kemudian diblok dengan menggunakan Paraplast dan setelah diiris kemudian dicat dengan pengecatan Haematoxyleen Ehrlich dan Eosin (HE). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kerusakan jaringan berupa lesi dan focal nekrosa terjadi pada limfa, inflamasi dan rusaknya sel interstitial dan adanya bakteri pada ginjal. Sedangkan pada otak ditemukan adanya granuloma.
ABSTRACT : The aim of this study is to know the histological changes of some organs of nile tilapia infected by streptococciasis. Fish samples were collected from Tasikmalaya, Saguling and Cirata especially the fish that including infelected by streptococciasis. The organs collected were liver, kidney, spleen and brain. Organs were fixed in buffered formalin and embeded by using paraplast and stained with Haematoxyleen Ehrlich and Eosin (HE). The results indicated that focal necrotic occurred in the spleen, inflamation of interstitial cell of kidney, and infiltration of bacteria were found in kidney. Meanwhile granuloma was found in the stratum griseum central of the brain.
GUNADI, Bambang
PENELITIAN BUDIDAYA IKAN DI PERAIRAN BEKAS GALIAN PASIR = The preliminary research of fish culture in the abandoned mining pool / Bambang Gunadi, Lukas Dharma, Ikhsan Khasani, Yosmaniar, Lies Setijaningsih
Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2002
ABSTRAK : Penelitian pendahuluan untuk mengetahui prospek budidaya ikan di perairan bekas galian pasir telah dilakukan di Situ Rawabebek, Karawang. Penelitian dilakukan pada wadah berupa keramba jaring apung mini berukuran 1x1x1 m3. Jenis ikan yang dipelihara adalah ikan nila (Oreochromis niloticus), lele dumbo (Clarias gariepinus) dan patin (Pangasius hypopthalmus). Pakan yang diberikan adalah pelet komersial. Dari pengamatan yang dilakukan diperoleh data bahwa ikan nila tumbuh dari ukuran 5.92 g/ekor menjadi 247.12 g/ekor dalam 14 minggu, ikan lele tumbuh dari ukuran 1.39 g/ekor menjadi 73.10 g/ekor dalam 8 minggu, dan ikan patin tumbuh dari ukuran 2.08 g/ekor menjadi 299.59 g/ekor dalam 22 minggu. Dari sisi teknis budidaya, ketiga komoditas ini mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan di perairan bekas galian pasir.
ABSTRACT : The preliminary research of fish culture was conducted in the abandoned mining pool in Rawabebek Lake, Karawang (West Java). A mini floating net cage of 1x1x1 m3 was used for culturing fish, i.e. nile tilapia (Oreochromis niloticus), catfish (Clarias gariepinus) and patin catfish (Pangasius hypopthalmus). A floating commercial feed was used. The observed data showed that nile tilapia grew from the individual initial size of 5,92 g to the final size of 247,12 g in 14 weeks, catfish grew from the initial size of 1,39 g to the final size of 73,10 g in 8 weeks, and patin catfish grew from the initial size of 2,08 g to the final size of 299,59 g in 22 weeks. These three species were technically prospective for aquaculture development in the abandoned mining pool.
DHARMA, Lukas
KOMPOSISI DAN KELIMPAHAN BIOTA AKUATIK DI PERAIRAN BEKAS GALIAN PASIR, SITU RAWA BEBEK / Lukas Dharma, Bambang Gunadi dan Yosmaniar
Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2002
ABSTRAK : Situ Rawabebek adalah salah satu perairan yang termasuk kawasan bekas penambangan pasir di kabupaten Karawang yang ingin dimanfaatkan untuk pengembangan perikanan secara terpadu. Penelitian dilakukan untuk mendapatkan data daya dukung agar dapat menentukan kebijakan yang akan diambil. Penelitian dilakukan dengan metode survey dan menentukan 6 stasiun secara strata sebagai lokasi pengambilan contoh. Hasil menunjukkan bahwa ikan-ikan yang ada merupakan ikan migrasi yang keluar masuk perairan dari Sungai Citarum yakni hampal, genggehek, seren, tawes, jambal, nila, bandeng, betutu. Ikan-ikan yang menetap ialah ikan jenis kecil yakni ikan kaca dan ikan julung-julung, serta udang galah. Organisme dasar yang ada ialah Bithynia, Campeloma, Goniobasis, Margarifera, Tubifex dan Chironomus yang cukup banyak di perairan yang dangkal dekat sisi persawahan. Fitoplankton dari kelompok Chlorophyta ada 26 jenis, kelompok Cyanophyta 4 jenis dan kelompok Chrysophyta 16 jenis. Zooplankton yang terdapat ialah Moina, Cyclop, Nauplius, Brachionus. Kelimpahan fitoplankton berkisar antara 90 – 382 sel/ml, zooplankton berkisar 29 – 194 individu/ml. Indek keragaman plankton berkisar antara 4,6443 – 5,2859 dengan indek kesamaan sebesar 0,2787 – 0,3331. Keragaman dari plankton cukup tinggi untuk mendukung kehidupan ikan terutama benih. Kisaran kimiawi air lebar karena sifat situ yang belum stabil. Kandungan oksigen terlarut di bawah kedalaman 3 m kritis bagi kehidupan ikan.
WARDOYO, Supriyono Eko
KARAKTERISASI DAN PENELITIAN DAYA DUKUNG LAHAN PERAIRAN BEKAS GALIAN PASIR UNTUK PENGEMBANGAN BUDIDAYA IKAN SISTEM KJA = Characterization and carrying capacity of abandoned waters of sand mining for aquaculture using cage system / Supriyono Eko Wardoyo, Krismono dan I Nyoman Radiarta
Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2002
ABSTRAK : Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan data dan informasi kelayakan perairan bekas galian pasir sebagai lahan budidaya ikan dengan sistem KJA yang didasarkan pada sifat fisika dan kimia air pada musim hujan dan musim kemarau di bantaran sungai Citarum.
Sampling kualitas air dilakukan di 12 perairan (suhu, pH, DO, CO2, Alkalinity, kesadahan, ammoniak, NO2, NO3, Ca, PO4, Mg, TSS, SS, SO4, Bahan Organik, dan logam berat) serta data lingkungan air yang lain (luas perairan, penutupan permukaan oleh rumput air, tektur tanah dasar, dan lahan sekelilingnya. Peta tematik dari 12 perairan digambar dengan dasar teknik indraja dan Sistem Informasi Geografik (SIG).
Hasil menunjukkan bahwa perairan bekas galian pasir layak untuk digunakan sebagai lahan budidaya ikan dengan sistem Keramba Jaring Apung (KJA).
Kata kunci : BEKAS GALIAN PASIR, KJA, DAN KUALITAS AIR
ABSTRACT : Purpose of the study was to get data and information on the feasibility of the waters along Citarum river as area for aquaculture using floating net cage system based on the physic and chemistry parameter of its water in both dry and rain season.
Water sampling was done in each of 12 waters (temperature, pH, DO, CO2, Alkalinity, hardness, ammonia,NO2, NO3, Ca, PO4, Mg, TSS, SS, SO4, Organic matter, and heavy metal) and other environment data (waters area, percentage of aquatic weed cover, bottom-soil texture, and vicinity land). Tematic map of all waters was drawn based on the technique of remote sensing and Geographycal Information System (GIS).
The result showed that all of 12 abandoned waters of sand mining were feasible for floating-net fish-cage culture system.
Key words : ABANDONED WATERS, SAND MINING, FLOATING NET CAGE CULTURE, WATER QUALITY
NASUTION, Zahri
ASPEK SOSIAL BUDAYA, EKONOMI DAN KELEMBAGAAN DALAM PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI PERAIRAN RAWA BEBEK, KARAWANG = Aspect of social culture, economy and institutions in the utilization and management of fisheries resources in the waters of Rawa Bebek, Karawang / Zahri Nasution dan Moh. Sulhi
Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2002
ABSTRAK : Tujuan penelitian ini mengungkapkan aspek sosial budaya, ekonomi dan kelembagaan yang diharapkan dapat berguna sebagai bahan masukan dalam penetapan kebijaksanaan dalam rangka pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya perikanan di perairan Rawa Bebek (bekas galian pasir) secara berkelanjutan.
Penelitian lapangan dengan mengumpulkan data primer dari informan kunci, petani, dan nelayan sekitar perairan Rawa Bebek Kabupaten Karawang. Pengumpulan data digunakan metoda Rapid Raral Apraisal (RRA), dan dianalisis secara deskriptif dan diinterpretasikan dengan metode logik.
Aspek budaya menunjukkan bahwa apapun yang diprogramkan oleh pemerintah harus meningkatkan pendapatan sehari-hari seperti usaha perikanan tangkap. Usaha budidaya ikan suatu usaha yang tidak meningkatkan pendapatan harian. Aspek ekonomi menunjukkan usaha ikan sistem KJA meningkatkan pendapatan yang lebih tinggi daripada usaha penangkapan pada jangka waktu tertentu (selama pemeliharaan ikan). Aspek kelembagaan menunjukkan bahwa kelompok petani yang ada hanya merupakan persyaratan untuk emndapatkan bantuan. Untuk itu perlu adanya motivator (pemuka masyarakat) sertga perlu adanya “co-management” dalam pengelolaan perikanan yang lestari dari perairan Rawa Bebek.
Kata kunci : SOSIAL EKONOMI, PENGELOLAAN PERIKANAN, BEKAS GALIAN PASIR
ABSTRACT : Purpose of the study eas to express aspects of social culture, economy and institution that hopefully useful as inputs in the local government policy of Karawang District related to sustainable utilization and management of fisheries resources in the waters of Rawa Bebek (abandoned waters of sand mining).
Field study was done to collect primary data from key persons, farmers, and fishermen around Rawa Bebek waters, Karawang District. RRA method was used to collect primary data. The data analized descriptively and interpreted by logic methods.
Social aspects showed that everything programmed by government should increase daily income of people such as venture of capture fisheries. Fish culture venture was not increase daily income of people. Economical aspects showed that fish culture farming using floating net cage system had higher benefit compared that one of fishing in long term period (culture period). Institutional aspects showed that grouping of fishermen was formed just for getting governmental credit or helps. Therefore, non governmental motivator should available and also need a co-management between government and people in the fisheries management of Rawa Bebek waters.
KARTAMIHARDJA, Endi Setiadi
ESTIMASI DAYA DUKUNG PERAIRAN WADUK UTAMA UNTUK PENGEMBANGAN BUDI DAYA IKAN DALAM KERAMBA JARING APUNG = The carrying capacity estimation of main reservoirs for floating cage fish culture development / Endi Setiadi Kartamihardja, Kunto Purnomo, Didik Wahju Hendro Tjahjo dan Sri Endah Purnamaningtyas
Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2002
ABSTRAK : Pengembangan budidaya ikan dalam keramba jaring apung (KJA) di suatu perairan harus disesuaikan dengan daya dukungnya agar produksi yang dicapai berkesinambungan dan menjamin kelestarian sumber daya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui daya dukung sembilan waduk utama di Jawa Barat dan Jawa Tengah untuk pengembangan budidaya ikan dalam KJA. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode survei dan pengambilan contoh secara strata di sembilan waduk, yaitu waduk Djuanda, Cirata, Saguling dan Darma di Jawa Barat, waduk Wonogiri, Kedungombo, Sudirman, Wadaslintang dan Sempor di JawaTengah pada bulan Juli (musim kemarau), September (musim peralihan dari kemarau ke hujan) dan Nopember (musim hujan) 2002. Parameter yang diteliti meliputi morfometri dan hidrologi, bio-limnologi, status trofik dan daya dukung perairan. Status trofik perairan dihitung berdasarkan indeks status trofik dari Carlson dan daya dukung perairan dihitung berdasarkan metode Beveridge. Hasil penelitian menunjukkan bahwa waduk Djuanda, Cirata dan Saguling termasuk perairan hypertrofik, sedangkan waduk lainnya termasuk perairan mesotrofik sampai eutrofik. Daya dukung sembilan perairan waduk berkisar antara 122 – 17.609 ton ikan/th. Di waduk Djuanda, Cirata dan Saguling hanya dapat dikembangkan untuk budidaya ikan dalam KJA ekstensif dengan masing-masing daya dukung295, 122 dan 297 ton ikan/th. Pengembangan budidaya ikan dalam KJA intensif dapat dilakukan di waduk Wonogiri, Kedungombo, Wadaslintang, Sempor, Sudirman dan Darma dengan daya dukung tertinggi dicapai di waduk Wonogiri, yaitu 17.609 ton ikan/th dan terendah di waduk Darma dengan daya dukung 651 ton ikan/th.
ABSTRACT : Development of floating net cage fish culture should be considered according to the carrying capacity of the reservoir. It is extremely important for all concerned with cage fish farming that an accurate evaluation of the sustainable level of production at a site can be made. The study aimed to estimate the carrying capacity of nine reservoirs, namely Djuanda, Cirata, Saguling and reservoirs in West Java and Wonogiri, Kedungombo, Sudirman, Wadaslintang and Sempor reservoirs in Central Java has been carried out in July, September and November 2002. Survey and stratified sampling methods were used to observe some parameters of morphometry and hydrology and bio-limnology of the reservoirs. Trophic state index of Carlson and estimation of carrying capacity model of Beveridge were used. The results of study showed that Djuanda, Cirata and Saguling reservoirs were classified into hypertrophic waters and the others were classified into meso-eutrophic waters. The carrying capacity of the reservoirs were between 122 – 17,609 tonnes fish/yr. Development of extensive cage fish culture can be done in Djuanda, Cirata and Saguling reservoirs with the fish carrying capacity of 295, 122 and 297 tonnes fish/yr, respectively. While development of intensive cage culture can be done in Wonogiri, Kedungombo, Wadaslintang, Sempor, Sudirman and Darma reservoirs with the highest carrying was gained at Wonogiri reservoir (17,609 tonnes fish/yr) and the lowest at Darma reservoir (651 tonnes fish/yr).
Key words : CARRYING CAPACITY, CAGE CULTURE, RESERVOIR, TROPHIC STATE INDEX
SUTRISNO
PEMANTAUAN TINGKAT RESIDU PESTISIDA DI PERAIRAN WADUK / Sutrisno, Santosa Koesoemadinata, Imam Taufik dan Asep Nugraha Ardiwinata
Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2002
ABSTRAK : Pemakaian pestisida pertanian padi sawah dan hortikultura telah menimbulkan gejala pencemaran di perairan umum. Hal ini disebabkan antara lain banyak pestisida kimiawi yang dapat bertahan terhadap degradasi lingkungan sehingga dapat bertahan lama pada suatu daerah yang diberi perlakuan, selain itu dosis dan frekwensi pemakaian yang tidak sesuai dengan anjuran atau perizinan pemakaian juga menjadi pemicu terjadinya pencemaran tersebut. Pencemaran di perairan umum dapat terjadi karena adanya proses pencucian pestisida dari lahan pertanian/perkebunan oleh air irigasi atau hujan.
Monitoring residu pestisida di beberapa wilayah pertanian di Jawa Barat menunjukkan bahwa air sawah irigasi mengandung residu pestisida organofosfat, organochlorin, karbamat dan piretroid pada kadar tertentu yang mungkin masih dapat mencemari perairan umum yang mendapat limpahan air dari lahan tersebut.
Oleh karena itu disamping penelitian tentang daya racun pestisida terhadap biota air, untuk pedoman penggunaan pestisida juga diperlukan studi tentang evaluasi kontaminasi pestisida padi sawah dan holtikultura golongan organofosfat, karbamat dan piretroid terhadap perairan umum khususnya waduk.
Dalam kegiatan penelitian ini akan dilakukan evaluasi tingkat pencemaran/kontaminasi pestisida pertanian dari golongan organofosfat, karbamat dan piretroid terhadap perairan waduk Saguling, Cirata dan Jatiluhur.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa residu pestisida dari golongan organofosfat, karbamat dan piretroid ditemukan baik pada air, lumpur dasar maupun biota air (ikan).
KOESOEMADINATA, Santosa
TINGKAT PENCEMARAN LOGAM BERAT PADA EKOSISTEM WADUK DI JAWA BARAT (SAGULING, CIRATA DAN JATILUHUR) = Levels of heavy metal pollution in the resrvoir ecosystems of West Java (Saguling, Cirata and Jatiluhur) / Santosa Koesoemadinata, Sutrisno dan Imam Taufik
Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2002
ABSTRAK : Ekosistem waduk di Jawa Barat (Saguling, Cirata dan Jatiluhur) adalah perairan yang sangat potensial bagi pengembangan usaha budidaya perikanan air tawar dengan sistim KJA. Ekosistem tersebut menghadapi ancaman introduksi cemaran logam berat dari limbah pemukiman, perkotaan dan industri di sekitarnya, yang dapat berpengaruh negatif terhadap produktivitas perikanan di perairan tersebut. Kegiatan penelitian telah dilakukan untuk menentukan tingkat pencemaran enam logam berat (Mn, Cd, Cr, Cu, Pb, dan Fe) di ekosistem waduk di atas, untuk mendapatkan data dasar sebagai acuan dalam manajemen perikanan budidaya ikan air tawar yang rasional dan lestari di perairan tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat residu rata-rata keenam logam berat di ketiga waduk tersebut pada umumnya masih sesuai dengan baku mutu air untuk perikanan budidaya air tawar (Peraturan Pemerintah RI No. 82 Tahun 2001). Tingkat residu logam berat di tiga waduk adalah sebagai berikut : Saguling > Cirata > Jatiluhur. Tingkat konsentrasi logam berat Fe > Mn > Cr > Pb > Cu > Cd. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa residu logam berat dalam air <> Cirata > Jatiluhur. The amount of heavy metal concentration detected in the reservoirs were as follows : Fe > Mn > Cr > Pb > Cu > Cd. The study also demonstrated that the increase sequent of heavy metal residues in the reservoirs is : water < labi =" The" title="" style="mso-footnote-id: ftn1" href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=4141656216804564758#_ftnref1" name="_ftn1">[**] Penelitian masih berlangsung untuk populasi persilangan antar strain di Pasar Minggu
Rabu, 02 Juli 2008
Langganan:
Postingan (Atom)