Jumat, 04 Juli 2008

ABSTRAK TAHUN 2003

SUBAGJA, Jojo

RATIO SPERMATOZOA DENGAN TELUR PADA PEMBUAHAN BUATAN PANGASIUS (PANGASIIDAE) SETELAH DI SUNTIK DENGAN SALMON GONADOTROPIN REALISING HORMON-ANALOG (SGNRH-A) DAN DOPAMIN = Milt - egg ratio in artificial fertilization of pangasiid catfishes after GnRH-a and dopamin induced / Jojo Subagja, Sularto dan Jaques Slembrouck

Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2003, 1-9

ABSTRAK : Suatu studi penyuntikan hormon gonadotropin pada perbedaan dosis dan perbedaan waktu laten terhadap spesies Pangasius telah dilakukan di Instalasi Riset Plasma Nutfah Air Tawar - Cijeruk-Bogor. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh hormon (sGnRH-a dan dopamin ) terhadap produktivitas semen ikan jantan dan viabilitasnya pada pembuahan buatan, serta untuk determnisai perbandingan optimal antara jumlah spermatozoa dengan telur dalam fertilisasi buatan. Dosis hormon perlakuan untuk peningkatan produksi semen yaitu 0,3’0,5 dan 0,7 ml/kg bobot badan yang dikombinasikan dengan waktu inkubasi jantan 12,24 dan 24 jam setelah penyuntikan hormon, serta pengenceran semen mulai dari 10-1, 10-2 ,10-3, 10-4, 10-5,10-6 dan 10-7, telah dilakukan pembuahan terhadap telur serta dievaluasi daya tetas dan abnormalitas larva. Hasil analisis menunjukan produksi semen rata-rata 4.3 ml/kg bobot badan, ada interaksi antara dosis hormon 0.5 ml/kg bobot badan dan waktu laten 12 dan 24 jam terhadap daya tetas (P<0.05) dengan nilai kisaran 77.1 – 83.3%. Ratio spermatozoa dengan telur diperoleh perbandingan efektif yaitu 35.000 :1 butir telur, dengan rataan daya tetas 83,87 %.

ABSTRACT : Study on the level of gonadotropin hormone treatments combined with latency time to induce of pangasiid catfishes was conducted in the Instalation Research of Germ Plasm Cijeruk Bogor. The aim this study was to investigated the effect of s Gn RH-a and dopamine on the milt production and fertilization viabilities of pangasiid catfishes, and to determines the optimal milt-egg ratio required for artificial fertilization. Different doses of hormone i.e: 0.3;0.5 and 0.7 ml kg-1body weight combined with latency time 12 h, 24 h and 48 h after inducing hormone to inrease of milt-production, milt dilution 10-1, 10-2 ,10-3, 10-4, 10-5,10-6 and 10-7 was evaluated for hatching rate and normality of larvae. The result showed that mean milt production 4.3 ml/kg BW, there was interaction between hormone dose of 0.5 ml/kg of body weight and latency time 12 and 24 h giving hatching rate ranged from 77.1 to 88.3 % ( P<0.05) with. The effective gamete insemination ratio was 3.5 x 104 spermatozoa per egg, with means of hatching rate was 83.87%.

Key words : FERTILIZATION, MILT PRODUCTION, OVAPRIM, PANGASIUS










SUHENDA, Ningrum
PENENTUAN KEBUTUHAN NUTRIEN ( PROTEIN DAN LEMAK ) BENIH IKAN PATIN JAMBAL ( Pangasius djambal ) = Determination of dietary protein and lipid levels for Pangasius djambal fry / Ningrum Suhenda, Yanti Suryanti dan M. Sulhi
Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2003, 10-20

ABSTRAK : Suatu penelitian dengan tujuan untuk mengetahui besarnya kebutuhan protein dan lemak pakan untuk benih ikan patin jambal telah dilakukan di laboratorium basah Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar, Bogor. Penelitian ini terdiri dari 2 tahap yaitu penentuan kebutuhan protein (tahap 1) dan penentuan kebutuhan lemak (tahap 2). Rancangan percobaan yang digunakan untuk 2 kegiatan tersebut sama yaitu Rancangan Acak lengkap dengan 3 perlakuan dan 3 ulangan. Sebagai perlakuan untuk tahap 1 yaitu pakan dengan kadar protein berbeda yaitu 30, 35 dan 40 % sedangkan untuk tahap 2 pakan dengan kadar lemak berbeda 6, 8 dan 10 %. Pakan diberikan dalam bentuk remah sebanyak 12, 10 dan 8 % dari bobot total ikan perhari masing-masing untuk minggu ke 1 , 2 dan ke 3. Penyesuaian jumlah pakan yang diberikan dilakukan tiap minggu setelah di lakukan penimbangan ikan. Wadah Penelitian yang dipergunakan yaitu akuarium volume 50 l dan dilengkapi dengan sistem resirkulasi. Ikan uji yaitu benih ikan patin jambal dengan bobot 714 mg / ekor (Tahap 1) dan 375 mg / ekor (Tahap 2). Padat penebaran tiap wadah percobaan yaitu 50 ekor / akuarium. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengaruh perlakuan (baik pada percobaan tahap 1 maupun 2) terhadap semua parameter yang di uji ternyata tidak memberikan perbedaan yang nyata (P>0,05). Pakan dengan kadar protein 35 % dan kadar lemak 6 % cukup mendukung pertumbuhan benih ikan patin jambal dengan menghasilkan bobot akhir 2,73 g (7,3 x lipat bobot awal), konversi pakan 0,95, laju pertumbuhan bobot harian 9,9 %, kelangsungan hidup 99,67 %, retensi protein dan lemak masing – masing 35,44 % dan 22,45 %.

ABSTRACT : The study was conducted to determine the optimum protein and lipid for Pangasius djambal fry. Fifty fry averaging 714 mg (protein level, first trial) individual body weight and 375 mg (second trial, lipid level) were stocked in each of 9 aquarium with 50 liter of water. They were fed dialy for three weeks with diets containing different protein levels (first trial) namely 30, 35 and 40 %. For the second trial, the fish were fed with diet containing different lipid levels (6, 8 and 10 %). The fed was given in crumble form at 12, 10 and 8 % of body weight for the first, second and third week, respectively. The result of these studies (first and second trial) showed that no significant differences among treatments for all parameters. The feed contain 35 % protein and 6 % lipid seems enough as the requirement for Pangasius djambal fry. The values of parameters for this feed namely ; final body weight 2.73 g (7.3 x initial weight), feed conversion ratio 0.95, daily growth rate 9.91 %, survival rate 99.67 %, protein and lipid retention 35.44 % and 22.45 % respectively.

Key words : FISH PROTEIN, LIPID, PANGASIUS DJAMBAL FRY, NUTRIEA.







AHMAD, Taufik

PERBAIKAN PERBENIHAN PATIN JAMBAL MELALUI OPTIMALISASI LINGKUNGAN = Pangasius djambal fry production improvement in an optimum environment / Taufik Ahmad, Lilis Sofiarsih, Sutrisno, Firdaus

Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2003, 21-34

ABSTRAK : Sejak akhir 1990, para peneliti Balai Riset perikanan Budidaya Air Tawar telah berhasil memproduksi benih patin jambal pada skala eksperimen di hatchery. Diantara berbagai masalah yang dihadapi dalam upaya produksi massal benih patin jambal, kualitas air terutama konsentrasi oksigen terlarut dan temperatur air merupakan faktor kunci. Sebagai upaya mengatasi masalah tersebut, 3 posisi pemasukan air menggunakan gaya gravitasi diuji untuk mempertahankan oksigen terlarut sekitar jenuh. Akuarium, 70x50x50 cm, sebanyak 12 buah diisi air sampai kedalaman 30 cm dan ditebari 200 dan 500 benih/akuarium untuk masing-masing percobaan 1 dan 2 . Aliran air, 4 L/menit, pada kedua percobaan diset pada permukaan, tengah badan air, dan dasar sebagai perlakuan yang masing-masing memiliki 4 ulangan. Benih yang dipelihara dalam akuarium dengan aliran air di dasar bertumbuh pada laju 8,05 %/hari dan lebih cepat dari benih dalam perlakuan aliran air permukaan dan tengah badan air, masing-masing 7,18 dan 7,35 %/hari. Pada percobaan 1, semua benih mati pada hari ke 12 akibat serangan ich. Pada percobaan 2, semua benih mati pada hari ke 17 akibat peningkatan kekeruhan air yang mencapai > 6.000 mg/L setelah hujan lebat 4 hari berturut-turut. Sintasan sebelum hari ke 17 berkisar 97,6 – 98,6 % dan tidak berbeda antar perlakuan. Tidak ada perbedaan kualitas air antar perlakuan. Gaya gravitasi tampak dapat dimanfaatkan untuk mempertahankan kualitas air tetap optimal dalam upaya produksi benih patin jambal dan dapat menggantikan fungsi aerator.

Kata kunci : GRAVITASI, OKSIGEN TERLARUT, PRODUKSI BENIH

ABSTRACT : Since late 1990, the researchers at Research Institute for Freshwater Aquaculture have successfully produced P. djambal fry in hatchery. Among the problems faced in mass fry production of P. djambal, water quality more specifically, dissolved oxygen and water temperature are the key factors. To accommodate such a need, three different water flow positions in the aquaria using gravity force kept dissolved oxygen concentration in saturation. The aquaria, 70x50x50 cm each, filled with freshwater to 30 cm depth were stocked with 200 and 500 fry/aquarium for experiment 1 and 2, respectively. The water flow, 4 L/minute, in both experiments was set at the surface, middle and bottom water. The fry in the aquarium with bottom water flow grew at 8.05 %/day and faster than the fry in the aquaria with surface and middle water flows which grew at 7.18 and 7.35 %/day, respectively. In experiment 1, all fry died at day 12 due to white spot disease attack. In experiment 2, al the fry died at day 17 due to extremely high total solid concentration, reaching more than 6,000 mg/L caused by 4 consecutive days heavy rain. The survival rate of the fry before the heavy rain was not different among treatments, ranging from 97.6 to 98.6 %. No different on water quality observed in each treatment, Gravity force seems to be promising for maintaining
suitable environment for P. djambal fry in aquaria and is able to replace the function of aerator to supply oxygen.

Key words : GRAVITY, DISSOLVED OXYGEN, FRY PRODUCTION.



KUSDIARTI

PENENTUAN KRITERIA KUALITAS AIR BERDASARKAN UMUR DAN UKURAN IKAN PATIN JAMBAL (Pangasius djambal) = Determination of Water Quality Criteria Based On Age and Size of Pangasius djambal / Kusdiarti; Honorius Mundriyanto; Moch. Yunus;Irsyaphiani Insan; Ningrum Suhenda dan Tri Heru P.

Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2003, 35-43

ABSTRAK : Kualitas air merupakan salah satu factor yang perlu diamati karena dengan kondisi lingkungan perairan yang optimal akan mendukung pertumbuhan dan sintasan bagi ikan, sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui kualitas air yang optimal dalam pemeliharaan benih ikan patin jambal pada berbagai umur dan ukuran ikan. Penelitian dilakukan 2 tahap, tahap I yaitu benih patin jambal dengan umur 1 minggu dengan panjang 1,46 cm dan bobot 0,022 gram dipelihara dalam wadah akuarium ukuran 60 x 40 x 35 cm dengan volume air 50 lt, padat penebaran 10 ekor per liter (500 ekor/akuarium), sebagai perlakuan adalah A = Aerasi; B = Resirkulasi dan C = Aerasi + resirkulasi. Masing-masing perlakuan diulang 4 kali. Pakan yang diberikan adalah pakan benih dengan kadar protein 43,21%. Lama pemeliharaan 1 bulan.
Sedangkan tahap II yaitu benih patin jambal dengan umur 1 bulan dan panjang 2,5 cm dan bobot 0,245 gram dipelihara dalam wadah akuarium ukuran 60 x 40 x 35 cm dengan volume air 50 lt, padat tebar yang digunakan 5 ekor/lt (325 ekor/akuarium), perlakuannya sama dengan tahap I yaitu A = Aerasi; B = Resirkulasi dan C = Aerasi + resirkulasi. Masing-masing perlakuan diulang 4 kali. Lama pemeliharaan 1 bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tahap I yaitu pada perlakuan C (aerasi + resirkulasi) memberikan hasil yang terbaik (P> 0,05) terhadap pertambahan panjang rata-rata (2,42 cm), pertambahan bobot rata-rata (0,54 gr) dengan kisaran kualitas air yaitu suhu media (29-29,5° C); pH (5-7,5); CO2 (1,99-5,99 ppm) dan O2 (7,68-13,65 ppm) serta sintasan rata-rata 76,35%. Sedangkan untuk tahap II pertambahan panjang rata-rata (2,99 cm) dan pertambahan bobot rata-rata (1,565 gr) yang memberian hasil terbaik (P>0,05) adalah perlakuan A (aerasi) sedangkan untuk sintasan yang terbaik adalah C (aerasi + resirkulasi) yaitu 86,31%.

Kata Kunci : KUALITAS AIR PATIN JAMBAL

ABSTRACT : Water quality is one of some factors which has to be observed, because the optimal water condition will growth and survival of fish, this the research has to be done to know the optimal water quality in rearing of Pangasius jambal fries on various age and size. The research was conducted in 2 steps, step I was the fries 1 week old with 1.46 cm length and 0.022 gram weight, reared aquarium 60 x 40 x 35 cm and water volume of 50 liter, stocking density was 10 fries / lt ( 500 fries / aquarium). Treatments in four replication were A = aeration; B= recirculation and C= aeration + recirculation. Fries were fed with fry containing 43.21 % protein during 1 month. Step II was the fries of month age, 2.5 cm in length and 0.245 gram in weight. Reared in aquarium of 60x40x35 cm with 50 lt volume, stocking density was 5 fries/lt. Treatments in the same step I.The result showed that in step I, aeration + recirculation © gave the best result (P > 0.05) on average length increase (2.42 cm), weigh increase (0.54 gram) with water quality range of 29 – 29.5 oC; pH ( 5 – 7.5); CO2 (1.99 – 5.99 ppm) andO2 (7.85 – 13.65 ppm) and average survival rate of 76.35 %. While in step II, the length and the weight increases were 2.99 cm and 1.565 gram respectively that gave the best result (P>0.05) was A (aeration) while for the best for the best survival rate (86.31 %) was C (aeration + recirculation).

Key words : WATER QUALITY, PATIN JAMBAL

HADIE, Lies Emmawati

PEMBENTUKAN GALUR UDANG GALAH TAHAN SALINITAS MELALUI DIALLELE CROSSING ANTAR STRAIN GIMACRO, MUSI, DAN BARITO = Giant Freshwater prawn variety of tolerance salinities forming by diallele crossing between variety of GIMacro, Musi and Barito. / Lies Emmawati Hadie, Wartono Hadie, Sularto, Irin Iriana Kusmini, Bambang Gunadi, dan Ikhsan Khasani

Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2003, 44-52

ABSTRAK : Pembentukan galur udang galah yang lentur dalam salinitas telah dilakukan dengan membuat persilangan antar strain yang berasal dari Sungai Musi, Barito dan GIMacro. Persilangan dua arah (diallele crossing) antar ketiga strain dengan tujuan untuk merakit kandidat varietas udang galah baru yang bersifat adaptif terhadap ekosistem yang potensial di lingkungan air payau dengan laju pertumbuhan yang lebih baik. Pemeliharaan larva dilakukan dengan salinitas 8.0 – 12.0 %o hingga mencapai post larva, selanjutnya dibesarkan pada salinitas 10%o hingga dewasa. Hasil yang diperoleh memperlihatkan bahwa diallele crossing antara galur GIMacro, Barito dan Musi memperlihatkan pertumbuhan optimal Pasangan terbaik yang dihasilkan adalah antara jantan GIMacro dengan betina Barito dan mampu memproduksi filial yang pertumbuhannya relatif cepat di lingkungan air payau dengan toleransi salinitas 5 – 10 %.

ABSTRACT : Giant Freshwater prawn variety of tolerance salinities forming by diallele crossing between variety of GIMacro, Musi and Barito. The diallele crossing between them were conducted to forming the new candidate of variety of salinities tolerance in the brackishwater ecosyatem with the better growth rate. Larval rearing were conducted to salinities beetwen 8.0 – 12.0 %o. until post larvae, and then the grow out had been conducted to 10.0 %o salinity for mature size. Result of this experiment showed that there were a best combination with better growth rate between male of GIMacro and female of Barito variety.
The best combination of them were success to produce the better generation in growth rate in the brackishwater to 5 .0 – 10.0 %.

Key words : SELECTION, DIALLELE CROSSING, GROWTH RATE, GENE




NUGROHO, Estu

EVALUASI VARIASI GENETIK UDANG GALAH GI MACRO, MUSI DAN BARITO DENGAN MENGGUNAKAN PENCIRI DNA = Evaluation of genetic variability of fresh water prawn GI Macro, Musi and Barito using DNA Markers / Estu Nugroho, Titin Kurniasih, Wartono Hadie dan Lies Emmawati

Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2003, 53-59

ABSTRAK : Evaluasi variasi genetik udang galah GI Macro, Musi dan Barito telah dilakukan dengan menggunakan polimorfisme Mitokondria DNA. Terdapat perbedaan yang nyata secara genetic antara ras udang galah Barito dan Musi. Enam komposit haplotype terdeteksi dengan menggunakan 4 enzyme restriksi yaitu Rsa I, Hae III, Mbo I dan MspI pada sekuens CO1, dengan diversitas haplotype rata-rata adalah 0.603. Tipe major composite haplotype terbesar udang galah GI Macro (50%) berasal dari Citarum dan Citanduy, sedangkan Musi mempunyai kontribusi pada tipe kompocite haplotype dengan frekuensi sebesar 25% pada udang galah GI Macro. Udang galah Barito mempunyai prospek sebagai salah satu sumber genetic dalam program pemuliaan.

ABSTRACT : The objective of this research is to evaluate the genetic variability of fresh water prawn, Macrobrachium rosenbergii. The Genetic variability of freshwater prawn collected from Musi, Barito and GI Macro races were examined using polymorphism of the mitochondria DNA (MtDNA) markers. Six composite haplotypes were detected following digestion of CO1 sequences with four endonucleases: Rsa I, Hae III, MboI and MspI. The average haplotype diversity was 0.603. Significant genetic difference was observed among fresh water prawn populations. The biggest proportion of major composite haplotype in GI Macro is originated from Citarum and Citanduy, while fresh water prawn of Musi has contributed on the composite halpotype of GI Macro with frequency 25%. Barito races has future prospect for genetic resources in breeding program.

Key words : GENETIC VARIABILITY, MACROBRACHIUM ROSENBERGII, MT.DNA CO1.







KUSMINI, Irin Iriana

PRODUKSI UDANG GALAH GI MACRO BETINA HOMOGAMET SECARA HORMONAL = Production of Macrobrachium rosenbergii GI Macro female homogametwith hormonal / Irin Iriana Kusmini, Ikhsan Khasani, Sularto, Lies Emmawati Hadie, Wartono Hadie, dan Bambang Gunadi

Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2003, 60-72

ABSTRAK : Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan teknik pembentukkan udang galah (Macrobrachium rosenbergii) betina homogamet . Metode penelitian, yaitu perendaman dengan hormon 17 ß Estradiol pada larva udang galah stadia VI dengan dosis 2; 2,5; 3 ppm & control selama 18 jam dalam toples ukuran 5 l. Melalui pemberian pakan ,pada udang PL 5 selama 1 bulan dengan dosis 20; 40; 60; 80 mg hormone 17 ß estradiol /kg pakan dan kontrol. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pada perendaman dengan dosis 3 ppm selama 18 jam dapat meningkatkan prosentase udang galah betina 60.66 % dan bobot individu 5.27 g (umur 105 hari), bobot tersebut tidak berbeda nyata dengan perlakuan 2,5 ppm (5.36 g). Sedangkan melalui pemberian pakan dosis 40 mg hormon 17 ß estradiol/kg pakan hanya dapat meningkatkan prosentase udang galah betina tertinggi 52.58 %, (control 49.2 % ) dan dapat meningkatkan bobot individu udang galah yang tertinggi diantara perlakuan yang lain (3.32 g umur 90 hari), presentase betina menurun menjadi 46.52 % dan bobot individu terendah 2.09 g (90 hari) pada dosis 80 mg hormon 17 ß estradiol /kg pakan. Kelangsungan hidup udang galah secara umum baik perlakuan secara perendaman hormon 17 ß estradiol maupun melalui pemberian pakan berbanding terbalik dengan bobot individu, udang galah dengan kelangsungan hidup tinggi, bobot individunya lebih rendah.

ABSTRACT : The objective of this research is to develove technique of Macrobrachium rosenbergii of female homogamet production. Immersion of hormone 17 ß estradiol on the larvae of Macrobrachium rosenbergii stage of IV with the dosage 2; 2.5; 3; ppm and controlling for 18 hours. Second treatment hormone was in corporated into food, and fed to post larvae prawn 5 for a month with the dosage 20; 40; 60; 80 mg hormone 17 ß etradiol/kg food & controlling. The result of researching shows us that on the submersion of hormone with the dosage 3 ppm for 18 hours can increase the procentage female Macrobrachium rosenbergii 60.66 % and the wight of each individual is 5.27 g. (the age is 105 days). The weight mentioned above is not different from the real one with the treatment 2.5 ppm (5.36 g). While through feeding with the dosage 40 mg hormone 17 ß estradiol can be only increasing the procentage 52.58 %, is the highest female Macrobrachium rosenbergii (Control 49.2 %), and can increase the weight of each individual becomes the the highest among the other treatment (3.32 g, the age is 90 days), the procentage of female is decreasing to become 46.52 % and the lowest weight of each individual is 2.09 g (90 days) on the dosage of 80 mg of hormone 17 ß estradiol/kg food. The Survive rate in general is good either in treatment than in submersion of hormone 17 ß estradiol or through feeding camparing back with the weigh of each individual of Macrobrachium rosenbergii with the high of survive rate, the weight of each individual is lower.

Key words : HORMON 17ß ESTRADIOL, MACROBRACHIUM ROSENBERGII, HOMOGAMET




WIDIYATI, Ani

IMPLEMENTASI SISTIM PENGELOLAAN PERBENIHAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) BERBASIS PRODUKSI BERSIH = Implementation for Cleaner Production of Nile Tilapia Seed management / Ani Widiyati, Tri heru Prihadi, dan Hambali Supriyadi

Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2003, 73-84

ABSTRAK : Penelitian implementasi pengelolaan pembenihan ikan nila berbasis produksi bersih telah dilakukan di kolam petani pembenih ikan nila di Kabupaten. Sukabumi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji dan memperoleh nilai validitas dari model ideal produksi bersih pada pengelolaan pembenihan ikan nila. Untuk melihat validasi suatu model dalam mewakili atau menggambarkan keadaan sistem yang sesungguhnya maka dilakukan validasi model dengan nilai tengah kuadrat dari persen galat (root mean-square percent error=RMSPE). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model pengelolaan pembenihan ikan nila berbasis produksi bersih dapat diterapkan secara faktual karena beberapa parameter input dan output produksi (laju pertumbuhan spesifik, kelangsungan hidup benih dan produksi benih) mempunyai nilai validitas di atas 80%.

ABSTRACT : A study of implementation for cleaner production of nile tilapia seed management were conducted in the farmer ponds in Kabupaten Sukabumi,. The main objectives of the study were to find out and to obtain the validity value of the cleaner production model of nile tilapia seed management and then were verified with their current status management. The implementation model of cleaner production was tested with RSMPE (root mean-square percent error) to observe the validity of the model. .The study showed that the cleaner production model of nile tilapia seed management can be applied factually since some parameters for production input and output (specific growth rate, survival rate and seed productions) have the validity value of more than 80%.
Key words : CLEANER PRODUCTION, SEED MANAGEMENT, NILE TILAPIA







KADARINI, Tutik
IMPLEMENTASI SISTEM PENGELOLAAN BUDIDAYA IKAN NILA BERORIENTASI PADA ISO 14001 = Implementation of management system for nile tilapia culture oriented to ISO 14001 / Tutik Kadarini, PawartiningYuliati , Kusdiarti, Ani Widiati dan Tri Heru Prihadi
Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2003, 85-100

ABSTRAK : Pembangunan nasional yang berdasarkan pembangunan berkelanjutan menghendaki adanya pelestarian lingkungan dan adanya era pasar bebas sehingga Sistim Manajemen Lingkungan (SML) yang harus diterapkan (Anonymous, 1997 dan 1999). Tujuan penelitian untuk mengetahui sejauh mana tingkat penerapan sistem manajemen lingkungan dengan cara menilai tingkat penerapan ISO 14001 dari panduan yang sudah disiapkan. Sedangkan kriteria penilaiannya sudah ada pada kuesioner. Data yang telah terkumpul direkap dan dianalisa. Analisa statistik adalah deskriptif yaitu suatu metode yang memusatkan pada pemecahan-pemecahan masa sekarang serta aktual, data yang diperoleh disusun, dijelaskan dan dianalisa. Sedangkan teknik descretive studi kasus pada dasarnya memusatkan perhatian pada kasus secara intensif dan mendetail (Winarno,1985). Sebagai data penunjang adalah analisa kualitas air, tanah, kandungan (logam berat, deterjen), produktifitas plankton dan organoleptik ikan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan yang berada di Klaten (Jawa Tengah) dan Medan (Sumatra Utara) menerapkan SML tetapi masih belum diformulasikan (rata-rata nilai 3,7). Petani Subang pada tahap ingin menerapkan (nilai rata-rata 2,49) sedangkan petani Yogyakarta belum melaksanakan kegiatan ke arah ini (1,95).

Kata kunci : PENERAPAN, MANAJEMEN DAN IKAN NILA

ABSTRACT : The sustainable national development needs an environmental continuation and global market, so the environmental management system should be applied (Anonymous, 1997 and 1999). The aim of the research is to know how far the application level of environmental management system, by estimation of implemented level of ISO 14001 from the prepared guidance. The obtained data will be recapitulated and analysed. Descriptive analysis was applied to explain the data, by centralizing on the recent and actual problem solving. Descriptive technique of case study based on the attention focused on case intensively and detail (Winarno, 1985). Supporting data consists of water quality analysis, soil, content (heavy metal, detergent), plankton productivity and fish organoleoptic observation. The result showed some enterprises in Klaten (central Java) and Medan (North Sumatra) already implemented SML but have not been formulated (average value = 3.7). Compare to farmers in Subang (West Java) they will implement (average value = 2.49), while Yogjakarta do not yet implement this. (1,95)

Key words : IMPLEMENTATION, MANAGEMENT AND NILE TILAPIA










PRIHADI, Tri Heru

SURVEY DAN EVALUASI PENGELOLAAN BUDIDAYA IKAN DI KJA DI WADUK SECARA HOLISTIK DAN BERKELANJUTAN / Tri H Prihadi, Yosmaniar, E. Wardoyo, Hambali S, dan Ani Widiyati

Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2003, 101-120

ABSTRAK : Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data dan informasi keterkaitan komponen sistem dan keeratannya terhadap eksistensi KJA dan waduk, dan menyusun model pengelolaan budidaya keramba jaring apung di Perairan Umum berdasarkan kaedah daya dukung dan pembangunan berkelanjutan. Lokasi kegiatan adalah waduk Cirata, Jatiluhur dan Wonogiri. Hasil analisa sementara didapat bahwa kapasitas daya dukung KJA waduk cirata sebesar 10.ribuan unit KJA dalam kondisi normal sedangkan jumlah KJA saat ini mencapai 387.276 unit dalam kondisi tercemar berat . Sedangkan kapasitas daya dukung KJA di waduk Wonogiri masih memungkinkan ditingkatkan. Pencemaran akibat kegiatan KJA di Waduk Cirata dan Jatiluhur di kategorikan Sangat berat dan berat sehingga pengelolaan kegiatan perikanan harus mendapat perhatian yang sangat serius.

ABSTRACT : The goal of this research was to obtain data and information relationship among component system of the floating net cage culture in the reservoir and to build an aquaculture management model based on sustainable fisheries development. Location surveyed were Cirata and Jatiluhur reservoir in West Java, Wonogiri reservoir in central Java. Result showed that floating net culture in Cirata and Jatiluhur had extremely over crowded based on carrying capacity but in wonogiri reservoir. The organic waste pollution caused of aquaculture activities would affect the sustainable fisheries development.






















SUPRIYADI, Hambali

KERAGAAN PENYAKIT BAKTERIAL IKAN BUDIDAYA (NILA) PADA KJA DI LOKASI BERBEDA = The prevalence of bacterial fish diseases in floating net cages in Cirata and Gadjah Mungkur lakes monitored in different seasons / Hambali Supriyadi, Ani Widiyati, Agus Sunarto dan Tri Heru Prihadi

Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2003, 121-132

ABSTRAK : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaan penyakit terutama penyakit ikan bacterial pada system budidaya Keramba Jaring Apung (KJA) di waduk Cirata dan Gadjah Mungkur pada musim penghujan dan kemarau. Ikan sample berupa ikan nila (Oreochromis nilotikus) yang diambil dari 4 (empat) lokasi sampling, sebanyak 40 ekor tiap per lokasi. Isolat diambil dari ginjal dan cairan otak dan ditanamkan pada media Tryptic Soy Agar (TSA) dan Brain Heart Infusion Agar (BHIA). Identifikasi bakteri dilakukan dengan penelusuran bentuk, sifak fisik dan biokimia. Kualitas air dan jumlah pakan yang digunakan pada tiap lokasi sampling dianalisis dan dicatat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa patogen didominasi oleh jenis-jenis Aeromonas hydrophila, Pseudomonas sp. Alteromonas shigelloides dan Streptococcus sp. Ada kecenderungan bahwa pemanfaatan waduk yang lebih intensif memiliki jumlah dan jenis bakteri yang lebih bervariatif. Keadaan yang sama terjadi akibat pengaruh musim kemarau.

ABSTRACT : The aims of this study is to know the prevalence of bacterial diseases in floating net cages in Cirata and Gadjah Mungkur lakes monitored in different seasons. Fish sample is nile tilapia (Oreochromis niloticus) collected from four different locations in each lake. The number of samples as much as 40 fish are taken from each location. Isolates were taken from kidney and brain, isolated onto Tryptic Soy Agar (TSA) and Brain Heart Infusion Agar (BHIA) respectively. Identification of bacteria was done based on the morphological, physiological and biochemical charracters. Water qualities were analyzed meanwhile the total number of feed given in each locations were also recorded. The results indicated that pathogenic bacteria are dominated by Aeromonas hydrophila, Pseudomonas sp. Alteromonas shigelloides and Streptococcus sp. It was noted that the more intensive lake is operated, the more variations of pathogenic bacteria are isolated. The effect of seasonal was also indicates that more variations of pathogenic bacteria encountered during dry season.

Key words : PREVALENCE, BACTERIAL DISEASE, CIRATA, GADJAH MUNGKUR, LAKE, SEASONS.












SATYANI, Darti

TERAPI HORMON UNTUK PEMATANGAN GONAD DAN OVULASI IKAN BOTIA = Hormone therapy for gonad maturation and ovulation of Botia macracantha / Darti Satyani, Honorius Mundriyanto, Tutik Kadarini dan Kusdiarti

Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2003, 133-139

ABSTRAK : Penelitian terapi hormon untuk pematangan gonad dan ovulasi ikan botia (Botia macracantha) dikerjakan di Instalasi Riset Ikan Hias Air Tawar, Depok. Sebanyak 80 ekor induk botia ukuran antara 65 – 150 gram dipelihara dalam 8 bak kayu yang dilapisi plastik (masing-masing 10 ekor). Ukuran bak adalah 1x1x0,4 m yang dilengkapi dengan sistem filtrasi dan pemanas air otomatik, dengan tutup bak terbuat dari kayu juga. Pakan yang diberikan adalah pellet yang diperkaya dengan vitamin C dan E serta cacing sutera sekenyangnya. Perlakuan implantasi LHRH- pada induk betina dan 17- metyl testosteron pada yang jantan dilakukan pada 4 (empat) bak, sedangkan 4 bak yang lain tanpa perlakuan. Induk-induk yang telah matang gonad diperlakukan dengan stimulasi hormon ovaprim (gonadotropin) untuk merangsang ovulasinya. Kadar ovaprim perlakuan adalah bervariasi yaitu A). 0,5ml/kg berat induk satu kali suntik, B). 0,5ml/kg berat induk dua kali suntik, C). 1,0 ml/kg berat induk sekali suntik dan D). 1,0 ml/kg berat induk dua kali suntik. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa induk yang diperlakukan dengan implantasi matang gonad lebih sedikit daripada tanpa perlakuan. Selain itu induk perlakuan ini waktu ovulasi juga lebih lama, tetapi jumlah telur yang diovulasikan lebih banyak daripada induk tanpa perlakuan (t < 0,05).Kadar ovaprim yang berhasil membuat ikan ovulasi adalah 1,0 ml/kg berat induk baik itu sekali maupun dua kali suntik, walaupun yang sekali suntik jumlah telur ovulasi cenderung lebih banyak.

ABSTRACT : Hormone therapy for gonad maturation and ovulation of botia was studied in Research Instalation of Freshwater Ornamental Fish, Depok. Botia broodstocks with 65 – 150 grams in size (8o fish) were reared in 8 wood plastic layered tanks. The size of the tanks were 1x1x 0.4 m, completed by recirculating system, water heater and wood covered. Fishes were fed with pellet enriched with vitamin C and E, and Tubifex worm ad libitum. Implantation with LHRH for female and 17 methyl testosteron for male were ttreated to four tanks fishes, the four other tanks were used as control. The mature broodstocks were treated with hormone gonadotropin (ovaprim) to stimulate the ovulation. The ovaprim dosages vary as treatment i.e. A). 0,5 ml/kg body weight one time injection, B). 0,5 ml/kg body weight two time injections, C). 1,0 ml/kg body weight one time injection and D). 1,0 ml/kg body weight two time injections. Result of the study showed that number of implant broodstocks mature less than non implant. In addition the broodstocks also have a longer time to ovulate, but number of eggs ovulation greater (t <0,05) than the non implant broodstocks. The dose of ovaprim which successful to ovulation was 1,0 ml/kg in one or two injections. However the number egg ovulation in one time injection tend to be greater.

Key words : BOTIA, IMPLANTATION, STIMULATION, OVULATION, EGG NUMBER.







PRIYADI, Agus

PENENTUAN SAAT PEMBERIAN PAKAN BUATAN YANG TEPAT BERDASARKAN PERKEMBANGAN AKTIVITAS ENZIM PENCERNAAN PADA BENIH BOTIA (Botia macracantha) = Determination of feeding time based on the development digestive enzyme activities of botia fry (Botia macracantha) / Agus Priyadi, Yanti Suryanti, I. Wayan Subamia, Moh. Yunus

Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2003, 140-145
ABSTRAK : Penelitian ini bertujuan untuk menentukan saat yang tepat pemberian pakan buatan berdasarkan perkembangan aktivitas enzimnya. Penelitian dilakukan 2 tahap. Pada tahap pertama analisa aktivitas enzim protease dan lipase pada benih botia ukuran ½ , ¾, 1, 1 ¼, 1 ½, dan 2 inci. Thap kedua pengujian terhadap hasil dari tahap 1 yaitu pemberian pakan buatan dan cacing terhadap benih botia ukuran 1, 1 ¼ , dan 1 ½ inci. Hasil penelitian menunjukkan bahwa benih botia ukuran 1 ½ inci dapat memanfaatkan pakan buatan sebagai pengganti cacing. Hal ini sejalan dengan perkembangan aktivitas enzim pencernaannya.

ABSTRACT : The aim of this experiment was to determine of feeding time based on the development digestive enzyme activities. There were two experiments. First, analyze of enzyme activities i.e. protease and lipase. Second, examine of the first experiment : giving artificial feed and tubifex for botia fry 1, 1 ¼ and 1 ½ inch in size. The result of this experiment showed that botia fry 1 ½ inch in size can use pelet as tubifex subsitution. That was in line with development digestive enzyme activities.

Key words : DIGESTIVE ENZYME ACTIVITIES, ARTIFICIAL FEED, TUBIFEX, BOTIA (BOTIA MACRACANTHA)



















SUBANDIYAH, Siti

EVALUASI PERKEMBANGAN GONAD INDUK BOTIA (Botia macracantha BLKR) MELALUI MANIPULASI LINGKUNGAN = Gonad development botia (Botia macracantha BLKR) broodstock evaluation by environmental manipulation / Siti Subandiyah, Ningrum Suhenda, Pawartining Yuliati dan Darti Satyani

Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2003, 146-157

ABSTRAK : Penelitian pengaruh pH terhadap perkembangan gonad induk botia (Botia macracantha BLKR), dikerjakan di Instalasi Riset Budidaya Ikan Hias Air Tawar Depok. Induk botia sebanyak 90 ekor ukuran berat antara 40 – 200 gram dan panjang total 13,4 – 27,0 cm dipelihara dalam 9 wadah kontainer fiberglas ukuran 1.000 liter yang dilengkapi dengan filter dan aerasi, diisi air 350 liter, dengan kepadatan 10 ekor/bak. Suhu dipertahankan 27 – 30 C. Pakan yang diberikan cacing tubifex 75% dan pelet yang mengandung protein 46,9% diperkaya dengan vit C dan E, dan diberikan 3% dari berat badan. PH sebagai perlakuan yaitu A: pH 4,5-5,5; B: pH 5,6-6,5 dan C: pH 6,6-7,5 masing-masing 3 ulangan. Analisa dilakukan secara diskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada perlakuan A (pH 4,5-5,5) terjadi perkembangan gonad 10-20% dan perlakuan B (pH 5,6-6,5). Perkembangan gonad jantan dan betina mencapai 60% dan untuk perlakuan C perkembangan gonad mencapai 10% untuk induk betina dan jantan.

ABSTRACT : Study of the effect of pH to gonad development botia (Botia macracantha BLKR) broodstock was done in INRIS Ikan hias Air Tawar, Depok. Botia broodstock size of total length 13,4-27,0 cm (40-200 g body weight) 90 fishes were reared in 1.000 l fiberglas containers filled with 350 l water. The containers were applied with filter, aeration and water heater to raise the temp. to 27-30 C. density was 10 fish/container. Feeding with tubifex worm and pelet with protein contain 46,9% enriched with vit C and E, 3 % of body weight. PH treatment were A: pH 4,5-5,5; B: pH 5,6-6,5 and C: pH 6,6-7,5 with 3 replication. Description analyse were used for statistic. The result of the experiment showed that in A treatment the gonad development was 10-20%, B was 60% and C was 10% for female and male broodstocks.

Key words : BOTIA, INDUK, pH, GONAD, TELUR.
















TAUFIK, Pipik

PENINGKATAN KESEHATAN IKAN BOTIA, Botia macracantha Blkr MELALUI PEMELIHARAAN DALAM SISTIM RESIRKULASI = The improvement of Botia macracantha Blkr fish health in the resirculation rearing system
/ Pipik Taufik, Dayat Bastiawan dan Johan Efendi

Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2003, 158-164

ABSTRAK : Pemeliharaan ikan botia, Botia macracantha Blkr dalam sistim resirkulasi telah dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kesehatan ikan botia dari serangan penyakit. Ikan botia ukuran 2,08 - 4,25g dipelihara dalam akuarium bervolume 40 liter air sumur dengan kepadatan 20 ekor / akuarium pada sistem resirkulasi menggunakan filter ijuk dan zeolit, ijuk, pasir dan krikil serta tanpa filter selama 100 hari. Hasil menunjukkan bahwa ikan uji pada perlakuan resirkulasi menggunakan filter ijuk, pasir dan krikil mulai terserang Ichthyopthirius multifiliis pada hari ke 63 hingga hari ke 76, menyusul ikan uji pada perlakuan filter ijuk dan zeolit yang terserang mulai hari ke 77 hingga hari ke 96, sedangkan akan uji pada perlakuan tanpa filter tidak terserang penyakit. Pada akhir percobaan ikan yang hidup pada perlakuan tersebut adalah berturut-turut 31,67%, 53,33% dan 100%.

ABSTRACT : The rearing of Botia macracantha Blkr fish in the resirculation system with the objective to improve the fish health. The botia fish weighing of 2.08-4.25g were reared for 100 days in the aquarium with 40 liters of deepwell water and the density of 20 fish / aquarium. Three different water treatments were used in this study, A (flter of sugar palm fiber and zeolite), B (sugar palm fiber, sand and gravel) and C (without filter). The results showed that parasite of Ichthyopthirius multifiliis infection was started on 63 th day up to 76 th day on the B treatment, meanwhile, the infection took place on the 77 th day to 96 th day on the A treatment and there was no infection on the C treatment. At the end of the study the survival rate for the treatments were 53.33%, 31.67% and 100%.

Key words : FISH HEALTH, BOTIA, AND RECIRCULATION.











CHUMAIDI

PENGGUNAAN KOMBINASI PAKAN ALAMI (Nannoplankton, Coelastrum sp, Paramaecium sp dan Brachionus sp) AWAL DAN PENGATURAN SUHU UNTUK PEMELIHARAAN LARVA IKAN BETUTU = The first feeding of natural food combinations (Nannoplankton, Coelastrum sp, Brachionus sp and Paramaecium sp ) and temperature manipulation for sand goby larvae rearing / Chumaidi, Honorius Mundriyanto dan Agus Priyadi

Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2003, 165-176

ABSTRAK : Kendala utama dalam budidaya ikan betutu adalah masih rendahnya sintasan larva sehingga menjadi problem pula dalam pembesarannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kombinasi pakan alami dan suhu yang sesuai untuk pertumbuhan dan sintasan larva ikan betutu. Penelitian tahap pertama dilakukan dalam bak fiberglass diameter 1 m yang dilapisi terpal merah diisi media air 150 l dan penebaran larva betutu 10 ekor/l. Perlakuan kepadatan dan jenis kombinasi pakan alami yang berbeda dalam media larva adalah sebagai berikut ; a) 0,3 x 106 sel/ml nannoplankton, b) 0,2 x 106 sel/ml nannoplankton + 25 ekor/ml Brachionus sp, c) 0,1 x 106 sel ml nannoplankton + 25 ekor/ml Brachionus sp + 0,1 x 106 sel/ml Coelastrum sp, d) 0,1 x 106 sel/ml nannoplankton + 25 ekor/ml Brachionus sp + 1.000 individu/ml Paramaecium sp dan e) 0,1 x 106 sel/ml nannoplankton, 25 ekor/ml Brachionus sp + 0,05 x 106 sel/ml Coelastrum sp + 500 individu/ml Paramaecium sp. Penelitian tahap kedua dilakukan dalam bak fiberglass diameter 1 m yang dilapisi terpal biru diisi media air 200 l dan penebaran larva betutu 10 ekor/l. Perlakuan dengan penggunaan atau tanpa pemanas dalam media larva. Kombinasi pakan alami dalam media larva menggunakan hasil kombinasi yang paling baik yaitu 0,3 x 106 sel/ml nannoplankton + 25 ekor/ml Brachionus sp + 1.000 individu/ml Paramaecium sp. Hasil penelitian menunjukkan kombinasi pakan alami nannoplankton, Brachionus sp dan Paramaecium sp paling sesuai untuk pertumbuhan larva hingga umur 12 hari. Sedangkan dengan kombinasi pakan alami tersebut, media larva dengan pemanas atau kisaran suhu 29 – 30 C menghasilkan tokolan betutu setelah 23 hari penelitian. Pertambahan bobot dan panjang relatif serta sintasannya tidak berbeda (P > 0,05) diantara perlakuan.

ABSTRACT : The main constrain of sand goby culture is low survival of larvae, so this become a problem on producing marketable size. The objective of the experiment was find out the suitable combination and a good larvae medium temperature on the growth and survival of sand goby larvae. The first experiment was conducted in fiberglass tanks (diameter of 1m) with colour red wall and filled with 150 l of water and stocked with 10 larvae/ml. The treatments were different densities and combination of natural food in the larvae medium; i.e. a) 0,3 x 106 sel/ml nannoplankton, b) 0,2 x 106 sel/ml nannoplankton + 25 ekor/ml Brachionus sp, c) 0,1 x 106 sel ml nannoplankton + 25 ekor/ml Brachionus sp + 0,1 x 106 sel/ml Coelastrum sp, d) 0,1 x 106 sel/ml nannoplankton + 25 ekor/ml Brachionus sp + 1.000 individu/ml Paramaecium sp and e) 0,1 x 106 sel/ml nannoplankton, 25 ekor/ml Brachionus sp + 0,05 x 106 sel/ml Coelastrum sp + 500 individu/ml Paramaecium sp. In the second experiment, the experiment was conducted in fiberglass (diameter of 1 m) with wall blue colour and filled with 200 l of water and stocked with 10 larvae/ml. The treatments were different larvae medium with and without heater. The natural food combinations in the larvae medium were 0,3 x 106 sel/ml nannoplankton, 25 ekor/ml Brachionus sp + 1.000 individu/ml Paramaecium sp.The result of the experiment showed that the suitable natural food combination in the larvae medium was nannoplankton, Brachionus sp and Paramaecium sp for 12 days rearing. The suitable larvae medium temperatur was 29 – 30 C and it was able to produce sand goby juvenil for 23 days rearing. But the average of relatif weight and lenght gain were not significant(P > 0.05) as compare to the other treatments.

key words : NATURAL FOOD, LARVAE, MEDIUM TEMPERATURE, SAND GOBY LARVAE

AZWAR, Zafril Imran

PENGELOLAAN PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN BETUTU (Oxyeleotris marmorata Blkr) =Management of mass seed production of the sand goby (Oxyeleotris marmorata Blkr) / Zafril Imran Azwar,Otong Z.A, Wahyu Pamungkas dan Yosmaniar

Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2003, 177-186

ABSTRAK : Studi Pengelolaan produksi masal benih ikan betutu (Oxyeleotris marmorata Blkr) telah dilaksanakan di Instalasi Percobaan Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar, Cibalagung Bogor. Kegiatan ini terdiri dari dua tahapan percobaan yang meliputi produksi telur, dan pemeliharaan larva. Percobaan produksi telur dilakukan pada kolam dengan luas 100 m2. Induk ditebar sebanyak 20 betina dan 10 jantan perkolam, dan selama pemeliharaan induk diberi pakan ikan rucah. Pada setiap petakan dipasang sarang tempat meletakan telur yang terdiri dari sarang bambu, paralon dan asbes. Parameter yang diamati meliputi frekuensi bertelur, frekuensi penempelan telur pada substrat, dan jumlah produksi telur. Kemudian larva yang dihasilkan diuji cobakan di wadah akuarium ukuran 1.0x0.5 x0.5 m sebanyak 9 buah. Jumlah larva yang ditebar adalah 15 ekor/l, dan mendapat perlakuan pemberian pakan alami melayang Paramesium Sp, dan Brachionus Sp (A), pemberian pakan alami melayang dan pakan alami menempel pada Substrat (B) dan pemberian pakan penempel dengan substrat (C) Hasil Penelitian menunjukkan bahwa larva yang diberi perlakuan kombinasi pakan plankton melayang dan ferifiton pada substrat mencapai kelulusan hidup lebih tinggi (29.66%) dibanding dengan kedua perlakuan lainnya (A dan C). Sedangkan kelulusan hidup terrendah dicapai pada perlakuan A yaitu 16.66%. Puncak pemijahan induk terjadi pada bulan September, dengan frekuensi pemijahan populasi sebanyak 13 kali. Dari seluruh petakan percobaan frekuensi pemijahan terjadi sebanyak 23 kali dengan jumlah telur yang diproduksi mencapai 346.111 butir.

ABSTRACT : Management study of mass seed production of the sand goby (Oxyeleotris marmorata Blkr) was conducted in the experimental ponds of the Installation of the Research Institute for Freshwater Fisheries Cibalagung, Bogor. Those activities consisted of two experimental stages nmely egg production experiment and larva rearing experiment. The Experiment of egg production was conducted in ponds of 100 m2 size, while the larval rearing experiment was done in aquaria of 1.0x0.5x0.5 m3 size. Twenty female broodstock and 10 male broodstock were stocked in each pond, and during the experiment the fish were given trash fish at 2% of fish biomass. In each pond egg collector nets of pipe, asbestos and bamboo were distributed. The parameter observed were spawning frequency, frequency of eggs attaching to substrat, and egg production. The larval rearing experiment was done using nine aquaria. The treatments tested were natural food types namely, floating plankton (Paramecium Sp and Brachionus Sp)(A), combination floating natural food and natural food attaching to substrates (Periphyton)(B), and natural food attaching to substrates (C). Stocking density of the larvae were 15 pcs/ l. Results of the experiment showed that survival rate of the larvae fed combination of floating plankton and periphyton (B) was higher (29.66%) than the other two treatment ( A and C), while, the lowest survival rate was reacedh in the A treatment (16.66%). The peak of spawning season occurred in the month of September, with a spawning frequency of 13 times. The total spawning frecuency since June until November were 23 times with egg production of 346.111 eggs.

Key words : MASS PRODUCTION, SAND GOBY, BROODSTOCK


TAHAPARI, Evi

BEBERAPA FORMULASI PAKAN BUATAN UNTUK PEMELIHARAAN BENIH IKAN BETUTU (Oxyeleotris marmorata Blkr) = Some formulation of artificial feed to sand goby culture / Evi Tahapari, Wahyu Pamungkas, Retna Utami dan Hidayat Djajasewaka

Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2003, 187-194

ABSTRAK : Tujuan penelitian adalah mendapatkan formulasi pakan buatan yang cocok pada pemeliharaan ikan betutu Sebagai perlakuan dalam penelitian ini adalah formulasi pakan dengan sumber protein dari: A.tepung kepala udang, B Tepung cumi C. udang rebon , D. pakan udang rucah, dan E. tanpa pemberian pakan. Jumlah pakan yang diberikan untuk setiap perlakuan berdasarkan jumlah protein pakan yang disamakan yaitu 15 g protein/kg bobot ikan per-hari. Penelitian dilakukan di Laboratorium dan di kolam. Di laboratorium menggunakan wadah serat kaca dengan volume air 200 liter per-wadah. Bobot awal ikan uji 14,98 gram/ekor dan padat tebar 15 ekor per wadah. Di kolam menggunakan keramba bambu dengan ukuran masing-masing 2x1x1,25 m. Setiap keramba diisi ikan uji sebanyak 16 ekor dengan ukuran bobot awal rata-rata 48,88 gram/ekor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk skala laboratorium, Sintasan dicapai antara 25% - 31%; sintasan untuk perlakuan A. 27%, B. 25%, C. 31%, D. 25% dan E. 20%. Pertambahan bobot badan yang tertinggi dicapai pada perlakuan pemberian udang rucah yaitu sebesar 14,1 gram per ekor. Sedangkan untuk perlakuan A, B dan C tidak memberikan pertambahan bobot, bahkan terjadi penurunan bobot badan antara 1,82 sampai dengan 2,90 gram per ekornya. perlakuan tanpa pemberian pakan (E) terjadi penurunan bobot sekitar 4,2 gram. Untuk skala lapangan (kolam) semua perlakuan memberikan pertambahan bobot yaitu; perlakuan A. 4,89 gram, B. 5,87 gram, C. 5,66 gram, D. 35,12 gram dan E terjadi penurunan bobot sebesar 1,32 gram. Untuk sintasan tidak memberikan perbedaan yang nyata antar perlakuan; yaitu perlakuan A. 33%, B. 35%, C. 33%, D. 39% dan E 25%.

ABSTRACT : The objective of this study is to get the suitable artificial feed for the sand goby culture. As the treatments are feed formulation with:. A shrimp head meal, B. Squid meal, C. Small shrimp meal, D. Trace shrimp feed and E. With no feed as control.. Total feeding to every treatment based on the total of protein, 15 g protein/kg fish weight per day. The study was done in laboratorium and pond. In laboratorium using fibre glass with the volume 200 litre water each. The previous fish weight 14,98 g and stocking density 15 fish each glass. In the pond using bamboo cages with the size 2x1x1,25m each. Every cage filled 16 fish with the previous weight 48,88 g. The result of the study shown that the laboratory scale, survival rate between 25% to 31%, the survival rate for the treatment A. 27%, B. 25%, C. 31%, D. 25% and E. 20%. The highest gaining of the weight was got on D treatment 14,1 g each. Mean while A, B and C treatment have no gaining, even the creasing in weight between 1,82 g to 2,90 g, to E treatment decreasing about 4,2 g. For the pond scale all treatment gaining: A. 4,89g, B. 5,87g, C. 5,66 g, D. 35,12 and E decreasing 1,32 g. The survival rate didn’t give real difference betweenthe treatment, A. 33%, B. 35%, C. 33%, D. 39% and E. 25%.

Key words : FEED FORMULATION, SEED, SAND GOBY







NUGROHO, Estu

STUDI KERAGAMAN GENETIC DAN IDENTIFIKASI IKAN BAUNG DARI JAMBI, WONOGIRI DAN JATILUHUR = Genetic Divergence and Identification of of Catfish, Mystus nemurus, Collected from Jambi, Wonogiri and Jatiluhur Analyzed by Mitochondria D-loop markers and Truss morphometric / Estu Nugroho, Wartono Hadie, Jojo Subagja dan Titin Kurniasih

Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2003, 195-205

ABSTRAK : Variasi genetic dan morfometrik beberapa ras ikan baung yang dikoleksi dari Jambi, Wonogiri dan Jatiluhur telah diteliti dengan menggunakan polimorfisme Mitokondria DNA D-loop dan metode Truss Morphometric. Berdasarkan ke dua metode tersebut terdapat perbedaan yang nyata antara ras ikan baung dari Jambi dengan Wonogiri dan Jatiluhur, dan tidak berbeda nyata antara ras Jatiluhur dengan Wonogiri. Enam komposit haplotype terdeteksi dengan menggunakan 4 enzyme restriksi yaitu Msp I, Hae III, Hinc I dan MboI pada sekuens D-loop, dengan diversitas haplotype rata-rata adalah 0.264. Sekitar 35% ras ikan baung dari Jatiluhur mempunyai bentuk yang serupa dengan ikan baung dari Wonogiri.

ABSTRACT : The aims of this research is to evaluate genetic variability and identification of Mystus nemurus. The Genetic variability of Catfish collected from Jambi, Wonogiri and Jatiluhur were examined using polymorphism of the mitochondria DNA (MtDNA) D-loop markers and Truss mrophometric. Based on the both analysis, there is significant different between Jambi and Wonogiri, Jambi and Jatiluhur collections. Comparison between Jatiluhur and Wonogiri collection is not significant different. Six composite haplotypes were detected following digestion of D-loop sequences with four endonucleases: Msp I, Hae III, Hins I and Mbo I. The average Haplotype diversity was 0.264. About 35% individual of Jatiluhur has similar with those of Wonogiri collections.

Key words : GENETIC DIVERGENCE, MYSTUS NEMURUS,. MT.DNA D-LOOP, TRUSSMORPHOMETRIC
















SUDARTO
PEMBENTUKAN POPULASI DASAR STRAIN UNGGUL IKAN BAUNG MELALUI PROGRAM SELEKSI / Sudarto, Sidi Asih, Estu Nugroho

Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2003, 206-222
ABSTRAK : Hasil pemijahan 29 famili ikan baung strain Jatiluhur dilakukan untuk mendapatkan strain unggul melalui program seleksi. Pengamatan fertilisasi menghasilkan 20 famili terbaik dengan derajat fertilisasi berkisar antara 30 – 99%. Pengamatan derajat penetasan menunjukkan kisaran antara 12 – 80%. Sedangkan sintasan benih menunjukkan angka kisaran antara 12 – 50%. Pengamatan pertumbuhan dan analisa heritabilitas menunjukkan nilai heritabilitas induk jantan = 0,187, induk betina = 0,440 dan gabungan kedua induk = 0,314. Hasil ini menunjukkan indikasi bahwa sekeksi untuk mendapatkan benih unggul akan dilakukan dengan melakukan seleksi massal atau seleksi individu.
ABSTRACT : Base population of the best strain of bagrid catfish (Mystus nemurus) by selection, by Sudarto, Sidi Asih, and Estu Nugroho. Research Institute for Freshwater Aquaculture. Bogor. Observation on catfish (Mystus nemurus) breeding produced 29 families of Jatiluhur strain to find the best line through selection program. From these families only 20 families showed best fertilization rate which lies between 30 – 99%. The hatching rate varies from 12 to 80%. While survival rate between 12 – 50%. Growth observation and heritability showed that sire heritability is 0,187, dams is 0,440 and pooled is 0,314. The result indicated that selection should be done by mass or individual selection.

Key words : BASE POPULATION, MYSTUS NEMURUS, HERITABILITY, SELEKSI.

















ASIH, Sidi

DIALLELE CROSSING BEBERAPA RAS IKAN BAUNG(Mystus nemurus) / Sidi Asih , Baden M dan Otong Z . A., Jojo Subagja

Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2003, 223-233

ABSTRAK : Suatu penelitian persilangan antar ikan baung bertujuan untuk mengetahui sifat potensi reproduksi dan heterosis. Penelitian dilaksanakan di Intalisi Riset Penelitian Plasma Nutfah Cijeruk, Bogor dan diketahui bahwa persilangan ras baung jatiluhur, wonogiri dapat meningkatkan pertumbuhan persilangan (H) 32.02 %. Ras jatiluhur mempunyai toleran pembuahan, penetasan dan sintasan larva terhadap suhu rendah (21-24 C) dibanding ras wadaslintang dan wonogiri. Ras Jatiluhur mempunyai sifat daya gabung yang dominant dengan ras lainnya sehingga potensi untuk dikembangakan. Persilangan spesifik terbaik adalah persilangan Wonogiri betina dengan Jatiluhur jantan.

ABSTRACT : The study of reproduction and heteraris potency was conducted on the dialles cross of green catifishes (Mytus nemurus) at the Germ Plasm Research Station, Bogor. The results sharted the Jatiluhur population crassed to increase the growth of the hybrids up to 32.02%. The Jatiluhur population has a high tolerance to the 21 – 24 0C for fertilization hatching rate and growth performce than other populations. This potency is promisif for the development the best combination for crassing is Wonogiri female and Jatiluhur male

Key words : DIALLE CROSSING, HETROSIS, GENETIC COMBINING ABILITY, SPECIFIC COMBINING ABILITY, RACE


SUTRISNO

STUDI PENGELOLAAN BUDIDAYA IKAN SIDAT BERDASARKAN RANCANGAN WADAH / Sutrisno, M. Yunus, Taufik Akhmad, Ireng Maulana dan Joko Gumilang

Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2003, 234-256
ABSTRAK : Penelitian studi pengelolaan budidaya ikan sidat berdasarkan rancangan wadah telah dilakukan di Unit Pembenihan Udang Galah Balai Budidaya Air Tawar yang berlokasi di Cisolok Sukabumi. Perlakuan adalah bentuk wadah, yakni berbentuk bulat dan persegi, masing masing dengan volume 1 m3. Ikan uji adalah benih sidat (glas eel) hasil tangkapan nelayan di muara sungan Cimandiri Palabuhanratu Sukabumi, dengan berat rata-rata 0,13 gram/ekor, padat penebaran 500 gram/wadah, Pakan yang diunakan tubifek segar.dengan lama pemeliharaan 3 bulan. Hasil yang didapatkan, berat rata-rata individu 2,10 gram/ekor dengan sintasan 34,64 % untuk bak bulat dan 2,45 gram/ekor dengan sintasan 34,47 % pada bak persegi. Sedangkan laju pertumbuhan spesifik untuk bak bulat rata-rata 3,00 %/hari, bak persegi 3,16 %/hari.






TAUFIK, Imam

PENENTUAN TINGKAT TOLERANSI BENIH IKAN SIDAT (Anguilla bicolor) TERHADAP PENCEMARAN SURFAKTAN DETERJEN = Determination of tolerance level of eel fry on detergen surfactant / Imam Taufik, Moch. Yunus, Lukas Dharma, dan Siti Subandiyah

Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2003, 244-256

ABSTRAK : Penelitian bertujuan untuk mengetahui daya toleransi benih ikan sidat terhadap pengaruh letal dan subletal dari surfaktan deterjen. Penelitian dilakukan di Instalasi Riset Lingkungan Perikanan Budidaya & Toksikologi – Cibalagung, Bogor dan Unit Pembenihan Udang Galah, Sukabumi. Wadah penelitian berupa akuarium kaca: 28 unit berukuran 40 x 20 x 20 cm dan 12 unit berukuran 70 x 40 x 60 cm. Hewan uji adalah benih ikan sidat berukuran bobot 0,15  0,008 g/ekor, bahan uji berupa surfaktan Alkyl Sulfate (C12AS). Uji toksisitas letal menggunakan metoda bioassay dalam waktu pemaparan selama 96 jam, uji subletal dilakukan dengan memaparkan benih sidat pada konsentrasi 0,58; 1,95; dan 5,85 mg/L selama 35 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai LC50-96 jam surfaktas AS terhadap benih ikan sidat adalah 19,5 mg/L (18,26 – 20, 83 mg/L). Meningkatnya konsentrasi perlakuan cenderung menyebabkan derajat sintasan ikan sidat semakin rendah dan pertumbuhan semakin tinggi, meskipun secara statistik nilai sintasan dan pertumbuhan tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap perlakuan. Pada konsentrasi 1,59 mg/L dan 5,85 mg/L surfaktan AS dapat mengakibatkan nekrosis pada jaringan hati ikan sidat.

ABSTRACT : The aim of this study is to know lethal and sublethal effect of surfactant detergen on fry of eel. The study was conducted at fisheries environmental laboratory of aquaculture station in Bogor and at giant prawn breeding laboratory in Sukabumi. The size of eel fry tested was 0.15  0.008 g/fish, and agricultural chemical was alkyl sulfate surfactant (C12AS). Lethal toxicity tested used bioassay method in periode of 96 hour and sublethal tested used different concentration of 0.58; 1.95; and 5.85 mg/L in periode of 35-day. The result showed LC50-96 hours of AS surfactant was 19.5 (18.26-20.83) mg/L, the more concentration of the surfactannt, the better growth was obtained however the less survival rate, everthough it was not significantly different (P>0.05). The surfactant level of 1.59 mg/L and 5.85 mg/L would cause a necrosis to eel lever.

Key words : ALKYL SULFATE (AS), EEL, TOLERANCE, TOXICITY













SUBANDIYAH, Siti

KEMATANGAN GONAD IKAN BOTIA DENGAN MANIPULASI LINGKUNGAN = Enhancement of Gonads maturation by environmental manipulation / Siti Subandiyah, Moch. Yunus, Pawartining Yuliati, Darti Satyani dan Ningrum Suhenda
Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2003, 257-261

ABSTRAK : Penelitian percepatan kematangan ikan botia (Botia macracantha BLKR) yang dilakukan dalam fiberglass dengan volume 1.000 liter yang diisi 500 liter air dengan kepadatan 10 ekor setiap wadah terdiri dari 7 ekor betina dan 3 ekor jantan, dilengkapi dengan pengatur suhu (suhu dibuat konstan pada suhu 28 C), dan sebagai perlakuan yaitu dengan system resirkulasi yang diganti air sebanyak ¼ dari volume air, resirkulasi dibuat seperti air hujan yaitu dengan memancarkan air dari atas dan resirkulasi tanpa penggantian air. Pakan yang diberikan pakan alami yaitu cacing rambut 75% dan 25% pakan buatan dari 3% bobot total ikan. Lama penelitian selama 6 bulan yaitu mulai bulan Oktober 2002 sampai dengan bulan Maret 2003. Hasil penelitian menunjukkan bahwa induk yang dipelihara di dalam kontainer tanpa pengganatian air ikannya cenderung kurus dan banyak mengalami kematian sampai 80% dan tidak didapatkan induk yang matang gonad, sedangkan untuk induk yang dipelihara dalam kontainer yang dilengkapi dengan resirkulasi yang airnya dipancarkan seperti air hujan terdapat induk jantan yang mencapai stadia spermatozoa dan induk betina terdapat telur tetapi masih sangat muda dan sebagian baru mengalami persiapan matang gonad sehingga belum bisa dilakukan pemijahan.

ABSTRACT : Research on maturity of botia (Botia macracantha BLKR) gonad has been conducted using fibreglass tanks (1.000 l volume) filled with 500 liters of water with fish stocking density of 10 fish. Each tank consisted of 7 females and 3 males, provided with temperature regulator to maintain water temperature at about 28C The treatments was different resirculation systems i.e. resirculation system with water change of ¼ water volume, resirculation manipulated as artificial rainfall by spread the water from above of tank, and resirculation system without water change. Feed given was a mixture of 75% natural feed and 25% artificial feed, at 3% ot total fish weight. The natural feed was tubifex worm, and artificial feed was containing vitamin E and C. The experiment lasted for 6 months, from October 2002 until March 2003. The result showed that fish reared in container without water change have indicated tendency to become smaller and high mortality rate (80%), and no gonadal maturity fish was found. While in articial rainfall treatment indicated that male broodfish reaching at spermatozoa stage and gonadal maturity that could not be spawned yet.

Tidak ada komentar: