Jumat, 04 Juli 2008

ABSTRAK TAHUN 2005

SATYANI, Darti

PENINGKATAN KUALITAS SPERMA (SPERMIASI) INDUK BOTIA JANTAN MELALUI PENDEKATAN HORMONAL = Increase of male botia sperm quality through hormonal treatment / Darti Satyani, Chumaidi, Kusdiarti dan Honorius Mundriyanto

Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor TA. 2005, 1-11

ABSTRAK : Penelitian peningkatan kualitas sperma induk botia jantan melalui pendekatan hormonal ini dilakukan di Loka Riset Budidaya Ikan Hias Air Tawar, Depok. Induk-induk ikan botia jantan dengan berat antara 40–60 gram dipelihara dalam 5(lima) buah bak fiberglass berukuran 1,5 x 1,0 x 0,75 m yang dilengkapi dengan filter. Tiap bak diisi dengan 6 (enam) ekor induk yang digunakan sebagai perlakuan. Perlakuan yang diberikan adalah implantasi hormone 17 – methyl testosterone dengan kadar 250 g/kg berat induk setiap bulan, dan variasi 0, 1, 2, 3, dan 4 kali (0,1,2,3, dan 4 bulan). Pengamatan setiap bulan sesudah perlakuan terhadap produksi sperma dengan cara distripping yang sebelumnya ada yang diperlakukan dengan hormon ovaprim 1,0 ml/kg berat induk. Data diambil dari volume sperma yang dikeluarkan per induk, jumlah sperma per cc dan per kg induk serta motilitas spermatozoanya. Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa implantasi testosterone dan suntikan ovaprim berpengaruh terhadap produksi sperma baik dalam volume maupun jumlahnya (kekentalannya). Makin banyak implantasi diberikan akan makin besar produksinya, suntikan ovaprim juga menambah produksi sperma. Motilitas tidak terpengaruh oleh baik itu implantasi maupun suntikan ovaprim.

Kata kunci : BOTIA JANTAN, IMPLANTASI, HORMONE, SPERMA

ABSTRACT : This study was carried out at Loka Riset Budidaya Ikan Hias Air Tawar, Depok. Male broodstocks of botia 40 – 60 grams in size were reared in 5 (five) fiberglass 1,5 x 1,0 x 0,75 m filtered tanks. Each tanks reared with 6 (six) male broodstocks and used as treatment. Treatment was 17 – methyl testosterone implant with 250 g/kg body weight dosage was done every month, and variation 0,1,2,3 and 4 times (or by 0,1,2,3 and 4 months). Observation was done one month after treatment for sperm production by stripping after stimulating ovaprim 1,0 ml/kbg body weight. Data took from the volume of sperm per broodstock, number of spermatozoa per ml or gram broodstock and motility of sperm. The result of this experiment was that sperm production was influenced by hormone implantation and ovaprim injection in volume as well as number of spermatozoa (viscosity). The more implantation give to the broodstocks the higher sperm production.Ovaprim injected stimulating also increase the sperm product. However, motility of the spermatozoa did not influence by implantation or ovaprim injection.

Key words : MALE BOTIA, IMPLANTATION, HORMONE, SPERM












CHUMAIDI

PEMELIHARAAN LARVA IKAN BOTIA (Chromobotia macracanthus) MENGGUNAKAN PAKAN ALAMI YANG DIPERKAYA NUTRISINYA = The rearing of clown loach (Chromobotia macracanthus) larvae by using live feeds with nutrious enrichment / Chumaidi, Nurhidayat dan Honorius Mundriyanto

Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2005, 12-22

ABSTRAK : Pengkayaan asam lemak tak jenuh dari pakan hidup dapat meningkatkan sintasan dan pertumbuhan larva ikan. Penelitian dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh pakan hidup dengan atau tanpa diperkaya terhadap sintasan dan pertumbuhan larva ikan botia (Chromobotia macracanthus). Penelitian dilaksanakan di dalam ruangan tertutup menggunakan wadah plastik yang berisi media air 5 L serta diaerasi terus menerus. Larva umur 4 hari dengan panjang rata-rata 5,58 mm ditebar sebanyak 20 ekor per wadah. Pemeliharaan larva dilakukan selama 28 hari. Perlakuan yaitu perbedaan jenis pakan hidup dengan atau tanpa diperkaya, sebagai berikut : a) nauplii artemia (kontrol), b) rotifer tanpa diperkaya nutrisinya, c) rotifer diperkaya nutrisinya, d) nauplii moina tanpa diperkaya nutrisinya dan e) nauplii moina diperkaya nutrisinya. Pengkayaan pakan alami menggunakan tepung telur tuna dan ragi roti masing-masing 200 mg dalam 2 L media air yang diaerasi selama 1 jam. Analisis proksimat, asam amino dan asam lemak pakan alami dilakukan sebelum penelitian, demikian pula larva umur 4 hari dan 32 hari (juvenil) dianalisis pula. Hasil penelitian menunjukkan pemberian pakan nauplii moina yang diperkaya dapat meningkatkan sintasan larva botia mencapai 80,00 %, tetapi pertumbuhan tertinggi dari perlakuan nauplii artemia mencapai panjang mutlak 14,25 mm. Asam linoleat dan linolenat dapat meningkatkan sintasan dan pertumbuhan larva botia.

ABSTRACT : The enrichment of live feeds nutrient could be increased survival and growth rate of fish larvae. The purpose of the experiment was to know the effect of various live feeds with or without nutrious enrichment on the survival and growth rate of clown loach Chromobotia macracanthus) larvae. The experiment was done in closed room by using plastic jars with filled 5 L of water and aerated continually. 20 clown loach larvals of 4 days old with averaging of initial larval lenght of 5,58 mm stocked in plastic jar. The larval rearing had been done for 28 days. The treatments were various live feeds with or without nutrious enrichment, i.e. : a) artemia nauplii, b) rotifer without nutrious enrichment, c) rotifer with nutrious enrichment, d) moina nauplii without nutrious enrichment and e) moina nauplii with nutrious enrichment. The live feeds nutrious enrichment used tuna eggs powder and baker’s yeast of 200 mg wich aerated in 2 L water medium for one hour. Proximate, amino and fatty acids of various live feeds were analysed before experiment and larvals of 5 and 32 days old (juvenile) also it analysed. The result of the experiment showed that the moina nauplii enrichment could be increased survival rate of 80,00 % but the highest larval lenght gain with artemia nauplii treatment of 14,25 mm. Linoleic and linolenic acids could be increased survival and growth rate of clown loach larvae.

Key words : CLOWN LOACH LARVAE, LIVE FEED







MUNDRIYANTO, Honorius

PENGARUH PENGGUNAAN BERBAGAI MEDIA AIR PEMELIHARAAN TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN BOTIA (Chromobotia macracanthus) = Effect of Using Various Water Medium for rearing to survival and growth rate botia's (Chromobotia macracanthus) larvae / Honorius Mundriyanto, Darti Satyani, Chumaidi dan Nurhidayat

Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2005, 23-29

ABSTRAK : Pemeliharan larva ikan botia dengan berbagai media air dilakukan untuk mengetahui media air yang tepat dan efisien dalam meningkatkan kelangsungan hidup dan pertumbuhan sampai menjadi yuwana/benih. Wadah pemeliharaan berupa akuarium berukuran 50x30x40 cm sebanyak 16 buah, masing-masing diisi air setinggi 20 cm, dilengkapi dengan aerasi. Wadah ditempatkan secara indoor dan suhu dipertahankan pada kisaran 28-30°C. Larva botia ditebar dengan kepadatan 3 ekor/liter, saat tebar larva mempunyai panjang rata-rata 6,19 mm/ekor. Sebagai perlakuan adalah berbagai media air pemeliharaan yaitu : media air mineral (A), media air isi ulang (B), air sumur yang sudah diaerasi (C), air sumur yang sudah diresirkulasi (D). Pakan yang digunakan berupa nauplii artemia yang diberikan tiga kali secara "adlibitum". Peme1iharaan sampai menjadi juwana/benih, selama 30 hari. Penggunaan media air sumur yang diresirkulasi di akuarium secara terkontrol memberikan pertumbuhan panjang dan sintasan yang baik terhadap pertumbuhan larva ikan botia sampm menjadi juwana/benih. Pertumbuhan mutlak terbaik diperoleh dengan menggunakan media air mineral kemudian diikuti dengan air mineral (10,142,76), air sumur yang diresirkulasi (10,042,76), air sumur diaerasi (10,022,78) dan isi ulang (9,752,55). Sintasan yang diperoleh selama pengamatan yaitu (D) air sumur diresirkulasi sebesar (92%), diikuti oleh (B) isi ulang (89,5%), (A) air mineral (85%) dan (C) air sumur diaerasi (77,5%), (10,042,76), air sumur diaerasi aerasi dan isi ulang (9,752,55).

ABSTRACT : Larvae rearing of botia with various water medium was done to know the suitable and eficient water in increasing survival and growth rate until the become. Sixteen aquarium 50x30x40 cm size completed with aerated system filled with medium to 20 cm. All these place indoor in temperature range 28-30 °C. Stocking larvae with 6,19 mm average size was 3 larvaelliter. Treatment were (A ) drinking water medium (10,142,76), (B) refill drinking wate (10,042,76), (C) aerated well water (10,022,78), and (D) recirculated well wate (9,752,55). Feeding with artemia nauplii three timed a day "ad libitum" duration of rearing was 30 days. The result of this experiment was that the best survival rate reach in D treatment (92%), followed by (B) (89,5%), (A) (85%) and (C) (77,5%), but the growth rate was not any different.













SUBANDIYAH, Siti

PENGARUH LINGKUNGAN ARUS TERHADAP KEMATANGAN INDUK DAN PRODUKSI TELUR / SPERMA IKAN BOTIA / Siti Subandiyah, Darti Satyani, Ningrum Suhenda dan Tutik Kadarini

Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor TA. 2005, 30-47

ABSTRAK : Penelitian ikan botia dilakukan untuk mendapatkan tipe arus yang tepat untuk pematangan gonad produksi telur dan sperma yang siap dibuahi dengan perlakuan A). Tanpa arus B). Arus bagian atas dan C). Arus bagian bawah. Dengan suhu konstan, pH  5,5 - 7,0 dan dilengkapi dengan resirkulasi. Kepadatan ikan 6 ekor induk botia setiap container volume 1.000 liter yang diisi air  1/3 nya. Pakan ikan diberikan bloodworm dan tubifex sebanyak 75% dan pakan buatan yang mengandung vitamin C dan E sebanyak 25% dari 3% bobot badan. Induk yang matang gonad dari perlakuan arus bawah 2 kali pemijahan dan menghasilkan telur dan sperma berhasil menetas dan menghasilkan larva.

ABSTRACT : Experiment was done to get the suitable current type for broodstocks botia gonad maturation for eggs and sperms production. The treatment in this experiment for each container (vol. 350 litre water ) which were used in broodstocks rearing with 6 (six) fishes are :
A. Current in surface/top of water.
B. Current in bottom/bans of water.
C. No current/stagnant.
The temperature were maintain, pH 5,5 – 7,0. Feeding with chironomus larvae and Tubifex sp. (75%) and pellet with vit C and E (25%); with 3% body weight.
The result of this experiment was that B treatment succeded to get the 2 couple mature broodstocks and gave the larvae.


















SUDARTO

KOLEKSI DAN KARAKTERISASI BEBERAPA SPECIES BALASHARK, (Balantiocheilus melanopterus) = Collections and characterization between two populations of balashark, (Balantiocheilus melanopterus) / Sudarto, Agus Priadi, Rudhy Gustiano

Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2005, 48-56

ABSTRAK : Riset pengamatan morfometri ikan balashark dengan contoh ikan dari Sumatera dimana jenis ikan ini berasal serta komparasi dengan strain impor asal Thailand yang sudah banyak dibudidayakan oleh petani ikan hias akan membantu memecahkan kesulitan yang selama ini terjadi di dalam usaha pemijahan ikan ini di hatchery. Hal ini diduga karena upaya domestikasi belum dilakukan karena sulitnya benih yang didapat dari alam akibat over exploitasi dan kurang tepatnya memilih spesies yang dipakai. Diduga spesies dari Sumatera, dan Thailand ada perbedaan dalam hal genetiknya. Riset untuk mengetahui sejauh mana perbedaan itu dilakukan dengan mengambil sample dari DAS Musi yaitu di Batanghari Leko di Kab. Musi Banyuasin dan di Bingin Teluk dan Bingin Jungut di Kab. Musi Rawas. Sebanyak 30 sample dikoleksi untuk setiap Lokasi dan ikan budidaya. Hasil riset ini menunjukkan perbedaan yang nyata antara populasi asli Indonesia dan populasi Thailand berdasarkan analisa komponen utama (Principle Component Analyses, PCA) dengan menggunakan 19 karakter morfometrik.

ABSTRACT : Morfometric observation was conducted to know the difference among populations of balashark (Balantiocheilus melanopterus) originated from Sumatera and imported populations known from Thailand that already cultured by several breeders in East Java (Tulungagung). The idea is to support fish breeder problem to optimize their hatchery seed product of balashark. Domestication activity was not started yet due to several constrains such as difficulties in having broodstock from the wild and improper used of broodstock for breeding. It was assumed that the populations of Sumatera and Thailand are genetically different. The research was conducted to know those different by collecting samples from Batanghari Leko of Musi Banyuasin Distict and Bingin Teluk and Bingin Jungut of Musi Rawas District and 30 samples each location was collected. PCA analyses ware conducted by using 19 morfometric characters. The result showed that the indigenous populations of Indonesia from Sumatera was differ from those of Thailand.

Key words : BALASHARK, MORFOMETRI














SUBAGJA, Jojo
PENINGKATAN PEMBENIHAN IKAN BALASHARK (Balantheocheilus melanopterus) MELALUI FERTILISASI, INKUBASI TELUR DAN PEMELIHARAAN LARVA = Improving Of seed production of Balashark (Balantheocheilus melanopterus) through fertilisasi, eggs incubation and larvae rearing / Jojo Subagja; Darti Satyani; Zairin J. dan Agus Priyadi
Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2005, 57-68
ABSTRAK : Penelitan teknologi pembenihan ikan balashark, Balantheocheilus melanopterus diawali dengan teknik pematangan gonad dengan terapi hormon yaitu melalui implantasi LHRH-a dosis 100 µg.-kg bobot tubuh, dengan tujuan untuk meningkatkan frekuensi pemijahan, keragaan pemijahan dan manajemen larva, telah dilakukan juga injeksi priming menggunakan HCG pada dosis 100 IU;500 IU; 1500IU dan 2000 IU.-kg bobot ikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan uji yang diimplantasi dengan LHRH-a 100µg.-kg bobot tubuh dapat matang gonada dalam kurun waktu 63 hari dibanding yang tanpa implantasi diperkirakan akan matang gonad setelah 160 hari. Dari induk yang telah matang gonada sukses pemijahan 75% dengan fekunditas rata-rata 62.700 butir telur/kg ikan. Embrio berkembang sampai fase somite dan beberapa berhasil menetas dan bertahan hidup sampai umur 2 hari.
ABSTRACT : The experiment on seed production of balashark fish, Balantheocheilus melanopterus early with maturation technique of gonad using hormone therapy, LHRH-a implanted at dose 100 µg.kg-1 body weight, as a mean to improve frequency of breeding season, performance of larval and management of induced breeding, has been conducted in Cijeruk station. The implanted fish was also injected with human chronic gonadotrophin as priming at dose 100 IU; 500 IU; 1500 IU and 2000 IU.kg-1 of fish body weight. The result of research indicated that fish implanted with LHRH-a 100µg.kg-1 of body weight can be triggered the gonad maturation in 63 days compared to control (without implanted). While the control fish will mature 160 days. From the matured broodstock, the successful spawning was 75%, with average fecundity 62,700 eggs.kg-1 of body weight. Embryo developed until of somite phase and some succeed hatching and living on 2 days.

Key words : BALANTHEOCIELUS MELANOPTERUS, GONAD MATURATION, IMPLANT, LHRH-A


















PRIYADI, Agus

SUBSTITUSI MINYAK NABATI SEBAGAI SUMBER LEMAK DALAM RANSUM TERHADAP PENAMPILAN REPRODUKSI DAN KUALITAS TELUR IKAN BALASHARK = Substitution effect of dietary fish oil by soybean oil on reproductive performance of balashark (Balanthioceilus melanopterus, Bleeker). / Agus priyadi, Zafril Imran Azwar dan I Wayan Subamia

Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2005, 69-78
ABSTRAK : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh substitusi minyak kedele atas minyak ikan terhadap penampilan reproduksi ikan hias, Balashark (Balanthioceilus melanopterus, Bleeker). Lima ekor induk ikan Balashark dengan kisaran berat 280-500 gr telah dipelihara dalam masing-masing akuarium berukuran 2x0.7x0.7 m, dan ikan diberi pakan pelet tiap hari dengan kadar substitusi minyak kedele yang berbeda. Kandungan lipid pakan percobaan adalah 8%. Lemak pakan uji (minyak ikan) disubstitusi dengan minyak kedele sebagai berikut; 0% (A);1.6% (B);3.2% (C);4.8%(E). Hasil percobaan memperlihatkan bahwa substitusi minyak ikan dengan minyak kedele dapat mempengaruhi perkembangan gonad. Substitusi minyak kedele sebanyak 1.6 hingga 3.2% dari total lemak pakan dapat menstimulasi perkembangan gonad induk ikan balashark.

ABSTRACT : The purpose of this study was to know the substitution effect of dietary fish oil by soybean oil on reproductive performance of ornamental fish, Balashark broodstock. Five broodstok female of Balashark in body weight rang of 280-500 gr weere reared in each aquarium, size of 2x0.7x0.7 m. They are fed daily for six month diet containing different level of fish oil and soybean oil combination. The lipid conten of dry experiment diet was supplemented 8%. Dietary fish oil in experiment diets were substituted by soybean oil, so that soybean oil in experiment diets became; 0%(A); 1.6%(B); 3.2%(C); 4.8%(E). The result of experiment showed that substitution dietary fish oil by soybean oil was afected on gonadal matruration stage. Dietary fish oil substitution by soybean oil at 1.6% until 3.2% was stimulated gonadal maturation stage of Balashark broodstock.

Key words : BALANTHIOCEILUS MELANOPTERUS, BLEEKER, FISH OIL, SOYBEAN OIL, REPRODUCTIVE, PERFORMANCE


SURYANTI, Yanti

PENENTUAN SAAT PEMBERIAN PAKAN BUATAN YANG TEPAT BERDASARKAN PERKEMBANGAN AKTIVITAS ENZIM PENCERNAAN BENIH IKAN BALASHARK (Balanthiocheilus melanopterus) / Yanti Suryanti, Kusdiarti, dan Nurhidayat

Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2005, 79-87

ABSTRAK : Untuk dapat memberikan pakan buatan pada larva ikan perlu dikaji terlebih dahulu perkembangan aktivitas enzim pencernaannya, dan gambaran tentang aktivitas enzim tersebut dapat digunakan sebagai dasar penentuan saat awal pemberian pakan buatan terhadap benih ikan balashark. Pengukuran aktivitas enzim dilakukan terhadap larva ikan kelompok umur 0, 1, 3, 6, 10, 15, 21 dan 28 hari dari sejak menetas. Aktivitas enzim yang dianalisis meliputi protease dan lipase. Uji biologis dilakukan terhadap larva mulai umur 10 hari diadaptasikan terhadap pakan buatan. Dari hasil pengukuran parameter pertumbuhan bahwa larva balashark mulai umur 15 hari dapat memanfaatkan pakan buatan.


KUSDIARTI

PENGARUH KEDALAMAN AIR TERHADAP PERKEMBANGAN GONAD IKAN BALASHARK(Balanthiocheilus melanopterus ) / Kusdiarti; Darti Satyani; Yanti Suryanti; Irsyaphiani Insan dan Tutik Kadarini

Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor TA. 2005, 88-99

ABSTRAK : Penelitian mengenai perkembangan gonad dengan menggunakan perbedaan kedalaman air yang berbeda bertujuan untuk mendapatkan data perkembangan gonad ikan balashark. Wadah yang digunakan adalah bak beton yang diisi air volume 2m3 sebanyak 3 buah dengan kedalaman air yang berbeda yaitu 100 cm, 75 cm dan 50 cm. Masing-masing bak diisi ikan uji yaitu calon induk balashark dengan ukuran kisaran bobot awal 71,4 – 244,8 gram dan panjang awal 14,4 – 21,8 cm. Padat tebar setiap bak adalah 10 ekor. Pakan yang diberikan adalah pakan buatan dengan protein 41,55 % sebanyak 3 % Bobot badan per hari. Parameter yang diamati adalah perkembangan gonad, pertumbuhan dan kualitas air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan gonad jantan lebih cepat dibandingkan dengan gonad betina, pada perlakuan kedalaman air 50 cm menunjukkan yang terbaik dengan dapat menghasilkan larva sejumlah 472 ekor.

ABSTRACT : The research using different water depth is aimed to observe the gonad development of Balashark (Balanthiochelius melanopterus). Three concrete tanks contained 2m3 of water with different depth of 100 cm, 75 cm and 50 cm respectively were used. Calon induk of Balashark with the initial weight of 71.4 - 244.8 g and the initial length of 14.4-21.8 cm were cultivated in the tanks. The density of fish cultivated were 10 fish per tank. The feed was given during the experiment consist of 41.55% protein at 3% of daily fish weight. Development of gonad, growth and water quality were observed during the period of research. The result of this research showed the gonad development of male fish was faster compared to the female one and the 50 cm depth was the best treatment which produces 472 fish larvae.




















KADARINI, Tutik

UJI BANDING PEMELIHARAAN LARVA IKAN HIAS BALASHARK (Balanthiocheilus melanopterus) DENGAN SISTEM RESIRKULASI DAN TANPA RESIRKULASI= Silvershark (Balanthiocheilus melanopterus) larvae rearing with recirculating and without recirculating system / Tutik Kadarini, Darti Satyani, I Wayan Subamia, Kusdiarti dan Nurhidayat

Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor TA. 2005, 100-109

ABSTRAK : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemeliharaan larva ikan hias balashark yang optimal terhadap sintasan dan pertumbuhan. Penelitian dilakukan di Loka Riset Budidaya Ikan Hias Air tawar Depok selama 60 hari. Menggunakan 32 akuarium berukuran 50x50x40 cm yang diberi aerasi dan tutup Bobot awal Larva ikan balashark rata-rata 0,06 gr dan panjang total 2,07 cm ( umur 15 hari) ditebar dengan kepadatan 120 per wadah. Diberi pakan cacing Chironomus sebanyak 7,5 % berat kering dari berat badan dengan frekuensi pemberian 2 kali sehari. Terdiri 2 perlakuan yaitu pemeliharaan larva ikan dengan sistem resirkulasi dan pemeliharaan larva ikan tanpa resirkulasi masing-masing perlakuan diulang 16 kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan dan sintasan larva balashark yang dipelihara dengan sistem resirkulasi dan tanpa resirkulasi tidak berbeda nyata (P>0,05).

ABSTRACT : This study propose to know the optimal growth and survival rate in silvershark larvae rearing. The experiment conducted was done in Risearch Station For Ornamental Freswater fish culture during 60 days. Using 32 aquarium 50X50X40 cm completed with airation and covered. The average initial weight and length of larvae 0,06 gr and 2,07 cm ( age 15 days) were stocked in density of 120 larvae/aquarium. Fed chironomus of silvershark larvae at 7,5 % total body weight, two times a day. The treatment are recirculating and non recirculation, with 16 replications. The result showed that there is no significantly different of growth and survival rate between the two treatment. (P>0,05)

Key words : SILVER SHARK LARVAE, RECIRKULATION, GROWTH, SURVIVAL RATE

KUSMINI, Irin Iriana

KOLEKSI, DOMESTIKASI DAN EVALUASI BIOREPRODUKSI LOBSTER AIR TAWAR (Cherax sp.) / Irin Iriana Kusmini, Estu Nugroho dan Wartono Hadie

Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor TA. 2005, 110-129

ABSTRAK : Lobster air tawar (Cherax sp) merupakan komoditi yang bernilai ekonomis. Di habitat alam Papua terdapat 14 jenis lobster air tawar. Hasil penelitian tahun 2004 Cherax albertisii asal Merauke (Papua) dan Cherax quadricarinatus asal Australia telah dapat dipijahkan dan dibenihkan. Sehingga perlu mengetahui species Cherax lainnya yang berpotensi untuk dibenihkan atau dikembangbiakkan secara terkontrol. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa diantara Cherax monticula, C. Lorentzi dan C. Zebra, Cherax zebra dan lorentzi dapat didomestikasikan, dan baru Cherax zebra yang dapat menghasilkan benih sedangkan Cherax lorentzi dapat bertelur tetapi masih dirontokkan, Cherax monticula masih sulit didomestikasikan di luar habitatnya.


KURNIASIH, Titin

EVALUASI PERTUMBUHAN DUA JENIS LOBSTER AIR TAWAR (Cherax sp.) / Titin Kurniasih, Otong Zaenal Arifin, Estu Nugroho dan Rudhy Gustiano

Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor TA. 2005, 130-139

ABSTRAK : Penelitian untuk mengevaluasi pertumbuhan udi Irian (Cherax albertisii) dan udi Australia (Cherax quadricarinatus) telah dilakukan di Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Bogor. Penelitian berdurasi tiga bulan, yang bertujuan untuk menemukan daya saing udi lokal Indonesia terhadap udi Australia, dilakukan pada indoor hatchery, menggunakan rancangan acak lengkap dengan dua perlakuan dan 4 ulangan. Benih kedua species berumur 2 bulan dipelihara pada akuarium berukuran 60 cm X 50 cm X 40 cm, dengan kepadatan 10 individu per akuarium (30 ind/ m2). Parameter yang diamati adalah pertumbuhan (pertambahan bobot, pertambahan panjang standar) rasio jantan dan betina serta sintasan di antara setiap perlakuan. Hasil menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan pada parameter apapun untuk kedua perlakuan, dengan taraf kepercayaan 95%.


SUBAMIA, I Wayan

PENGGUNAAN JUMLAH TEPUNG KEPALA UDANG BERBEDA DALAM FORMULASI PAKAN BENIH Cherax albertisii = Feed formulation given to freshwater lobster seed (Cherax albertisii) using different amount of shrimp head flour / I Wayan Subamia, Hidayat Djajasewaka, Agus Priyadi dan Irin Iriana Kusmini

Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor TA. 2005, 140-146

ABSTRAK : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebutuhan dosis tepung kepala udang yang tepat untuk mempercepat pertumbuhan udang lobster air tawar (Cherax albertisii). Sebagai perlakuan adalah penggunaan kepala udang yang berbeda pada formulasi pakan buatan yaitu; A. 10%, B. 15%, C. 20%, D. 25% dan E. 30%. Pemberian pakan sebanyak 5% dari bobot total benih/hari dengan frekuensi 3 kali sehari yaitu pukul 8.00, 12.00 dan 16.00. Parameter yang diamati adalah , pertambahan bobot, panjang standar dan sintaan. Hasil penelitian menunjukkan antara perlakuan menunjukan perbedaan yang tidak nyata (P> 0.05) terhadap pertambahan bobot, panjang standar dan sintasan.

ABSTRACT : The objectives of this research was to know the exact dose of shrimp head flour content in feed needed to accelerate the growth of freshwater lobster seed (Cherax albertisii). The treatments are feed formulation consists of 5 different shrimp head flour content, A=10%, B=15%, C=20%, D=25% and E=30% respectively. An amount of 5% of total body weight of feed given three times at 8.00, 12.00 and 16.00 hours daily. Parameters observed are weight increment, standard length and survival rate. The result showed that those observed values are not significant different among treatments (P> 0,05).






AHMAD, Taufik

RANCANG BANGUN WADAH PEMBESARAN TERPADU Cherax sp. DAN PADI = Integrated culture of Cherax quadricarinatus and C. albertisi with paddy in earthen ponds / Taufik Ahmad, Lilis Sofiarsih, dan Sutrisno

Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar TA. 2005, 147-161

ABSTRAK : Produktivitas usaha budidaya Cherax spp. belum diketahui pasti apalagi bila dikaitkan dengan isue bahwa cherax dapat memakan benih padi. Produksi benih cherax telah dapat dilakukan di hatchery namun masih diarahkan terutama pada usaha memproduksi udang hias, padahal cherax di beberapa negara lain telah lama diproduksi sebagai udang konsumsi dan termasuk dalam kelompok crayfish dalam perdagangan hasil perikanan dunia. Rancang bangun wadah untuk mengakomodir sifat biologi, terutama kemampuan merayap keluar wadah, kanibalisme dan kebiasaan makan tanaman air seperti padi, dicoba diterapkan pada pembesaran cherax secara terpadu. Benih cherax umur 45 hari ditebar pada padat tebar 100 ekor/m2 kedalam bak berukuran 1x1x0.5 m2 berpematang dan berdasar tanah. Perlakuan yang diuji spesies cherax dan penanaman padi sebagai naungan dalam kolam. Pakan diberikan sebanyak 3 % bobot biomassa dalam bentuk pakan udang windu komersial. Kedalaman air dalam bak dipertahankan 10-20 cm pada pelataran dan sekitar 30-40 cm pada caren atau kobakan. Sampling dilakukan setiap 30 hari untuk mengamati pertumbuhan yang dicerminkan oleh pertambahan panjang total dan karapas serta berat rataan individu. Pertumbuhan padi, jumlah anakan dan bulir gabah per malai, dalam petak tempat pemeliharaan cherax yang tidak berbeda (P>0.05) dari dalam petak tanpa cherax membuktikan bahwa cherax bukan pemakan padi. Selain itu laju bertumbuh cherax dalam petak padi campur tanaman air juga tidak berbeda (P>0.05) dari dalam petak padi. Baik C. quadricarinatus maupun C. albertisi dapat mencapai berat 20 g selama 90 hari pemeliharaan dalam kolam tanah. Kedua spesies cherax yang diuji merupakan pembuat lobang di pematang, kedalaman lubang berkisar 20-80 cm dan dapat menimbulkan kebocoran. Budidaya C quadricarinatus and C. albertisi dapat dikembangkan sebagai sumber penghasilan baru tanpa kekhawatiran dapat mengganggu ketahanan pangan.

ABSTRACT : Cherax spp. in Indonesia is not so well known compare to other crustaceans such as penaeids shrimp, the main aquaculture products. Since the 1990’s, the production of cherax post larvae has been intended to supply the hobbyists of ornamental crustaceans. No data available of how large is the production of cherax in Indonesia, either for food or ornament. To provide evidence that cherax is not a padi eater, an experiment was carried out in an integrated culture with padi in 1x1x0.5 m earthen ponds. The cherax stocked into the ponds are C. quadricarinatus and C. albertisi, at 100 PL-45/m2 of each different pond. The water depth in each pond is maintained at 30-40 cm on the perimeter ditch. The feed, grower penaeids shrimp feed, is given at 3 % biomass weight when necessary. The cherax is sampled every 30 days for total and carapace length as well as individual weight. Number and weight of grain produced and numbers of paddy seedling are the variable observed to monitor padi growth. The number of grains and seedling in cherax ponds which is not significantly different (P>0.05) from those in ponds without cherax indicating that cherax is not padi eater. Either C. quadricarinatus or C. albertisi achieved maximum individual weight of 20 g in 90 days rearing period. Both of the cherax are dyke hole maker, but tend to causing seepage. The depth of the hole ranges from 20-80 cm, just enough for the cherax to hide just after moulting. Obviously, cherax culture could be developed as a new source of income for the farmers and would not threaten the production rice, the Indonesian staple food.


GUSTIANO, Rudhy

PENINGKATAN KERAGAAN PERTUMBUHAN IKAN NILA DENGAN SELEKSI FAMILI / Rudhy Gustiano, Otong Zaenal Arifin dan Ani Widiyati

Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor TA. 2005, 162-170
ABSTRAK : Ikan nila merupakan salah satu ikan ekonomis penting air tawar yang banyak dibudidayakan masyarakat. Dalam rangka meningkatkan produksi ikan nila sangat dibutuhkan program riset perbaikan kualitas ikan nila yang terencana dengan baik. Penelitian ini bertujuan melakukan seleksi famili pada ikan nila untuk menghasilkan populasi ikan nila yang memiliki pertumbuhan lebih baik. Program seleksi dilakukan pada saat ikan berukuran lebih dari 5 cm (lebih dari 5 gram). Dari hasil kegiatan ini 24 famili terbaik akan dijadikan sebagai populasi dasar pada program pemuliaan yang dilakukan. Seleksi individu akan dilakukan terhadap 100 ikan dengan pertumbuhan terbaik. Selanjutnya pemeliharaan ikan hasil seleksi akan dilakukan di jaring ukuran 2 x 2 x 1,5 m. Pengamatan pertumbuhan akan dilakukan setiap bulan terhadap panjang dan berat. Pada periode ini, pemeliharaan akan dilakukan secara bersama (communal) setelah masing-masing diberi tagging. Pemeliharaan secara bersama akan dilakukan sampai ikan dapat dipisahkan jenis kelaminnya dan pemeliharaan antara ikan jantan dan betina dilanjutkan secara terpisah sampai ikan terseleksi menjadi induk generasi pertama. Dua puluh empat famili terseleksi telah didapatkan sebagai generasi pertama (F1). Dari 24 famili tersebut akan diseleksi 300 ekor calon induk betina dan 100 ekor calon induk jantan pada saat ikan-ikan mencapai ukuran 50 gram.

WIDIYATI, Ani
UJI PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) HASIL SELEKSI PADA LINGKUNGAN PEMELIHARAAN BERBEDA / Ani Widiyati, Rudhy Gustiano, dan Winarlin
Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2005, 171-176

ABSTRAK : Terdapat interaksi antara genotip dengan lingkungannya, pada kondisi lingkungan tertentu akan dapat memunculkan lokus gen tertentu yang dominan. Penelitian uji pertumbuhan ikan nila (Oreochromis niloticus) hasil seleksi pada lingkungan berbeda dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan lingkungan yang sesuai dari populasi ikan nila tersebut. Percobaan dilakukan di kolam tanah di Instalasi Riset Plasma Nutfah Cijeruk dan di Karamba Jaring Apung Lido. Ukuran ikan nila uji adalah 5 g/ekor. Kolam tanah berukuran 20-50 m2 pemeliharaan menggunakan jaring berukuran 2 x 2 x 1 m, dan di KJA ukuran 2 x 2 x 1 m. Parameter yang diamati adalah pertumbuhan (pertambahan bobot dan panjang tubuh). Hasil yang diperoleh menunjukkan terdapat 11 populasi yang memiliki pertumbuhan panjang lebih dan pertumbuhan bobot di atas rata-rata (P<0,01), sedangkan di kolam tanah Cijeruk hanya 5 populasi. Sedangkan untuk kelangsungan hidup terdapat 10 populasi memiliki derajat kelangsungan hidup di atas rata-rata (43%) di KJA dan 24 populasi di atas 75% untuk pemeliharaan ikan nila di kolam tanah Cijeruk. Data yang diperoleh pada penelitian ini merupakan dasar yang akan digunakan untuk menentukan famili yang terbaik pada program pemuliaan.


ABSTRACT : Among economic important freshwater species, nile tilapia is the one of favourite species to be cultured. The reasons are simple to culture, good taste, reasonable in price and adaptable to various environments. Hence, it is important to maintenance the quality of cultured tilapia in order to keep its fast growing for efficiency. One alternative to overcome the problem of decreasing of the growth rate is selection program. In order to support the program, objective of the present study is to test 24 population of nile tilapia to obtain the best candidate for family selection. The results showed that 11 population have the growth of length and weight more than the average (P<0.01). Meanwhile for survival rate, there were 10 population with survival rate above 43%, and 24 population more than 75% in ponds reared. The result obtained in the present study is basic information to judge the best population candidate for the ongoing genetic improvement breeding program.

NUGROHO, Estu
PERBAIKAN PRODUKTIFITAS IKAN BAUNG MELALUI PERBAIKAN MUTU GENETIK DENGAN PROGRAM SELECTIVE BREEDING = Increasing productivity of mahseer through genetic improvement program reconstruction of base population for selection activity of green catfish / Estu Nugroho, Jojo Subagja dan Sidi Asih

Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor TA. 2005, 178-191

ABSTRAK : Evaluasi pertumbuhan dari populasi dasar untuk kegiatan seleksi ikan baung telah dilakukan sejak maret 2004. Dua puluh satu famili yang terbentuk dari pemijahan 7 induk jantan dan 21 induk betina telah dilakukan secara artificial. Pemeliharaan larva dan benih dilaksanakan secara bertahap yang dimulai dari pemeliharaan di akuarium, happa hingga waring yang ditempatkan di kolam. Fekunditas dan Index Ovisomatik (IOS) induk yang digunakan berkisar antara 14.000–110.000 telur/kg induk dan 2.1%-15.4% berturut-turut. Pertumbuhan benih yang dihasilkan bervariasi dengan pertambahan bobot harian terbesar terjadi ketika umur 50-75 hari dengan rerata 1.067 gram / hari. Terjadi perbedaan pertambahan bobot dan panjang harian pada setiap fase pengamatan di tahun I. Ada indikasi “stunting” pada pertumbuhan ikan baung selama pemeliharaan.

ABSTRACT : Evaluation of growth from base population of mahseerselection activity has been conducted since March 2004. Twenty-one families was constructed by artificially spawning of 7 male and 21 female. Offspring have been reared in aquaria, happa and warring put in ponds respectively. Fecundity and Ovisomatic Index (IOS) were range of 14.000-110.000 eggs/kg and 2.1%-15.4% respectively. The growth of green catfish was varied. The highest daily weight addition is 1.067 gram that occurred in 50-75 days. A significant difference was observed in among observation step in the first year. There is indication that the stunting was happen during observation.

SUHENDA, Ningrum

PENGARUH PAKAN DENGAN SUMBER KARBOHIDRAT BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN BAUNG (Mystus nemurus) = The effect of different carbohydrate sources on the growth and feed utilization in Malaysian catfish (Mystus nemurus) / Ningrum Suhenda, Zafril Imran Azwar, Reza Samsudin

Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor TA. 2005, 192-208

ABSTRAK : Suatu penelitian telah dilakukan untuk mengevaluasi pemanfaatan beberapa sumber karbohidrat sebagai penghematan penggunaan protein pada benih ikan baung. Benih ikan baung dengan bobot awal rata-rata 5,05 gram ditebar dalam akuarium volume 100 liter dengan padat penebaran 50 ekor /akuarium. Setiap akuarium dilengkapi dengan sistem resirkulasi dan “water heater” dengan debit air 4 liter/menit. Ikan uji diberi pakan selama 6 minggu. Sebagai pakan uji yaitu pakan tanpa penambahan sumber karbohidrat, dan lima pakan uji lainnya yaitu pakan dengan penambahan tepung jagung, tapioka, dedak padi, dedak gandum, dan terigu. Pakan diberikan dalam bentuk remah, dengan ransum harian 6% dari bobot tubuh dan frekuensi pemberian pakan 4 kali per hari. Penyesuaian jumlah pakan yang diberikan dilakukan setiap minggu setelah dilakukan penimbangan ikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pakan dengan sumber karbohidrat berbeda memberikan bobot rata-rata individu pada akhir penelitian, konversi pakan, laju pertumbuhan spesifik tubuh, retensi protein, retensi lemak, dan rasio efisiensi protein yang tidak berbeda nyata (P>0,05). Konversi pakan sebesar 1,64 diperoleh pada pakan dengan penambahan tapioka, selanjutnya diikuti oleh dedak (1,65), terigu (1,75), dedak gandum (1,75), tepung jagung (1,88), dan pakan tanpa penambahan karbohidrat yaitu sebesar 1,96. Retensi lemak terendah (49,36%) diperoleh untuk tepung tapioka dan nilai retensi lemak tertinggi diperoleh dari pakan dengan sumber karbohidrat dedak padi yaitu 62,16%. Bobot rata-rata pada akhir penelitian yang tertinggi diperoleh pada pakan dengan penambahan tepung jagung yaitu 20,47 g dan terendah diperoleh pada pakan dengan penambahan tepung jagung (17,10g). Demikian pula dengan nilai laju pertumbuhan spesifik tubuh diperoleh pada pakan dengan tepung tapioka (3,28 %). Nilai laju pertumbuhan spesifik tubuh yang terendah (2,85 %) diperoleh pada pakan dengan penambahan sumber karbohidrat tepung jagung. Berdasarkan data yang diperoleh ternyata benih baung dapat memanfaatkan karbohidrat (tepung jagung, tapioka, dedak padi, dedak gandum, dan terigu) dengan baik untuk mendukung pertumbuhan dan kelangsungan hidupnya.

ABSTRACT : Malaysian catfish Mystus nemurus is one of potential fish as local protein source. The succeed in artificial propagation and fry rearing including feed aspects are offering new possibilities of seeds availability for fish farmers. Carbohydrates are least expensive nutrient of dietary energy both for human and domestic animals but their utilization by fish varies by species. The study was conducted to evaluate the utilization of some sources of carbohydrate in Mystus nemurus. Fifty fingerlings with average 5.05 g individual body weight were stocked in each of 15 aquaria filled with 100 litres of water. In aquaria, water was recycled using a closed system and each aquaria was equipped with water heater. The fish were fed daily for six weeks with diets containing different carbohydrate sources such as corn meal, cassava meal, rice bran, wheat pollard, wheat flour and one diet without carbohydrate source. The diets were formulated to contain all essential nutrients necessary for growth. The daily feed allowance was 6% of total body weight. The feed was given in crumble form four times a day at 8.30; 11.00; 13.30; and 16.00 hours. There were no significant differences (P>0.05) among treatments for average final weight, feed conversion ratio, body specific growth rate, protein retention, fat retention, and protein efficiency ratio values. Mystus nemurus fed with cassava meal diet reach the best feed conversion ratio (1.64) and are followed by rice bran (1.65), wheat flour (1.75), wheat pollard (1.75), corn meal (1.88), and non carbohydrate source (1.96). The best average final body weight was gained for cassava meal (20.47 g) and the lowest for corn meal (17.10 g). The lowest fat retention (49.36%) was found for corn meal diet and the highest (62.16%) was reach by rice bran diet. Body specific growth rate for cassava meal diet (3.28 %) and for rice bran diet (3.25 %), these values were higher than other diets. Base on the observed data, carbohydrates were well utilized by M. nemurus fingerlings for their growth.

Key words : CARBOHYDRATE SOURCES, GROWTH, FEED UTILIZATION, MALAYSIAN CATFISH, M. NEMURUS


KOMARUDIN, Oman

IDENTIFIKASI DAN KARAKTERISASI PENYAKIT PADA BENIH IKAN BAUNG / Oman Komarudin dan Desy Sugiyani

Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor TA. 2005, 209-222

ABSTRAK : Riset untuk mempelajari infeksi jasad penyakit pada benih ikan baung Mystus nemurus telah dilakukan dengan mengambil sample dari Wadas Lintang, Sukabumi, Cianjur dan di kolam Instalasi Riset Lingkungan Perikanan Budidaya & Toksikologi, Cibalagung, Bogor. Untuk mengetahui transfer infeksi ikan uji dipelihara dalam jaring ukuran 1x1x1 m3, yang diletakkan dalam kolam tembok di Cibalagung. Sebagai perlakuan adalah sumber infeksi yang berasal dari tiga jenis ikan yaitu mas, nila dan baung masing-masing dipelihara dalam kolam terpisah yang sudah ada jaring sebagai tempat dipeliharanya ikan uji, sebagai kontrol satu kolam tidak dipelihara ikan lain selain ikan uji. Semua perlakuan diulang tiga kali. Hasil riset memperlihatkan bahwa ada tiga jenis ektoparasit yang menginfeksi kulit yaitu Ichthyophthirius multifiliis, Tetrachymena sp, dan Trichodina sp. Dan pada insang terdapat ketiga parasit tersebut dan ditambah dengan Monogenea. Tiga jenis ektoparasit yang menginfeksi ikan baung merupakan ektoparasit yang bersifat obligat sedangkan Tetrachymena bersifat fakultatif. Ketiga obligat ektoparasit ini memiliki sifat yang berbeda-beda dan termasuk keganasannya, bakteri teridentifikasi dari ikan baung yaitu Aeromonas hydrophila, Enterobacter, Flexybacter columnaris, Pseudomonas sp. dan Yersinia ruckeri.

ABSTRACT : Research to study the infection of ectoparasite on the fry of Mystus nemurus was carried out in the experimental pond at the Research Station on Environmental Freshwater Aquaculture & Toxicology, Cibalagung, Bogor. Fish were reared in the net cage of 1x1x1 m3, introduced in the concrete pond. Three species of cultured fish ( Cyprinus carpio, Oreochromis niloticus and Mystus nemurus ) as a source of infection were used as treatments. One pond was only stocked with Mystus nemurus act as a control.
Result of this study show there are three species of ectoparasite infected on the skin and fin such as Ichthyophthirius mutifiliis, Tetrachymena sp and Trichodina sp, while on the gill beside three of these parasite there is Dactylogyrus. Three of these parasites are considered obligate (Ichthyophthirius mutifiliis Trichodina sp, Dactylogyrus ap.) while Tetrachymena sp is as facultatife parasitic. Pathogenic bacteria infected on baung are Aeromonas hydrophila, Enterobacter, Flexybacter columnaris, Pseudomonas sp. dan Yersinia ruckeri.

Key words : BACTERIA, ECTOPARASITE, SOURCE OF INFECTION


SUTRISNO

PENENTUAN NUANSA WARNA WADAH DAN SELTER PADA PEMELIHARAAN LARVA IKAN BAUNG (Mystus nemurus C.V) = Effect of colour and shelter on survival rate and growth of catfish larvae (Mystus nemurus C.V) / Sutrisno, Imam Taufik, Yosmaniar, Nuryadi dan Taufik Akhmad

Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar TA. 2005, 223-234

ABSTRAK : Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk menentukan nuansa warna wadah dan luas selter yang paling baik untuk meningkatkan sintasan dan pertumbuhan larva ikan baung (Mystus nemurus C.V). Penelitian dilakukan di Inris Cibalagung Bogor, dengan menggunakan wadah berupa 24 unit akuarium berukuran 70 x 40 x 45 cm yang diisi air sebanyak 40 liter dan dilengkapi aerasi. Hewan uji adalah larva ikan baung berumur 1 hari yang ditebar dengan kepadatan 10 ekor/liter dan diberi pakan alami (artemia) sampai kenyang (at-satiation). Perlakuan berupa perbedaan warna wadah : transparan, merah, kuning, biru; dan luas selter : 0%, 100%, 200%, 300%. Waktu pemeliharaan selama 21 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa warna wadah tidak berpengaruh terhadap sintasan dan pertumbuhan, sedangkan luas selter paling baik adalah 200% yang dapat mempertahankan sintasan dan meningkatkan pertumbuhan larva ikan baung.

ABSTRACT : The goal of this experiment is to obtain the information on survival rate and growth of catfish larvae. The experiment was conducted at research station Cibalagung Bogor. Twenty four aquaria of 70 x 40 x 45 cm in size were used in this experiment completed with water circulation system, each aquarium was stocked with 10 larvae/L of catfish of one day old. The larvae was feed with artemia salina. Four different colour and wide shelter of aquaria were aplied i.e transparant, red, yellow, blue and 0%, 100%, 200%, 300%, with were reared 21 days. The result showed that colour of aquaria were not significantly different on survival and growth of larvae, wider shelter 200% was the best for growth stimulation.

Key words : COLOUR EFFECT, SHELTER, CATFISH LARVAE


SULHI, M.

STUDI DAYA CERNA DAN PERTUMBUHAN BENIH GURAME DENGAN MENGGUNAKAN KOMBINASI PAKAN BUATAN DAN BAHAN ALAMI = Digestibility study and Growth of Giant gouramy fry with use combination of artificial food and natural food
/ M. Sulhi, Jojo Subagja dan Zafril I. Azwar

Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar TA. 2005, 235-249
ABSTRAK : Suatu penelitian dengan tujuan untuk mengetahui rasio optimal antara pakan buatan dan bahan alami terhadap pertumbuhan benih gurame serta pengaruh penambahan daun-daunan (daun sente) terhadap daya cerna telah dilakukan di Instalasi Riset Cijeruk Bogor. Penelitian dilakukan di Kolam tanah dengan luas kolam 40 m2. berat awal benih yang digunakan sekitar 30 gram, strain Bastar. Densitas benih 10 ekor/m2. Perlakuan dalam kegiatan ini adalah penggunaan kombinasi pellet dan bahan alami berbeda sebagai pakan harian meliputi A.3% pellet + 4% Daun, B.3% pellet + 3% Daun, C.3% pellet + 2% Daun dan D.3% pellet + 0% Daun. Daun yang digunakan adalah daun sente. Parameter yang diamati meliputi Pertambahan berat , Derajat kelangsungan hidup , Konversi pakan, Daya Cerna dan Kualitas air. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Pada akhir penelitian diharapkan akan diketahui kombinasi yang tepat antara pakan buatan dan bahan alami sesuai yang dibutuhkan benih untuk pertumbuhannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan terhadap pertambahan berat populasi, derajat kelangsungan hidup dan konversi pakan memberikan perbedaan yang sangat nyata (P>0,01). Perlakuan C (3% pellet + 2% daun sente) memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan benih ikan gurame dengan menghasilkan bobot akhir 130 g, konversi pakan 2,95, kelangsungan hidup 61 %, daya cerna protein 75,46%.

ABSTRACT : The study to determine the optimum ratio of artificial food and natural food for growth of giant gouramy fry and the effect of additional natural food (Alocasia macrorrhiza leaf) for digestibility was conducted at Cijeruk Research Instalation, Bogor. The experiment was conducted in earthen ponds (40m2) with 30 g initial weight, bastar strain, density of fish 10 fish/m2. The treatment was used is a different combination of commercial food (Floating pellet) + Natural Food (Leaf of sente, Alocasia macrorrhiza) namely A.3% pellet + 4% leaf, B.3% pellet + 3% leaf, C.3% pellet + 2% leaf and D.3% pellet + 0% leaf. The parameter of treatments is weight gain, survival rate, FCR, digestibility and water quality. Completely Randomized Design were used with 4 treatments and 3 replication. The result of the experiments showed that the effect of the treatment to population weight gain, survival rate and FCR given Highly Significant differences (P>0,01). The treatment with 3% pellet + 2% leaf showed the best effect to growth of giant gouramy with average of final weight 130 g, FCR 2,95, survival rate 61% and protein digestiblity 75,46%.

Key words : GIANT GOURAMY, DIGESTIBLITY, ALOCASIA MACRORRHIZA








SUPRIYADI, Hambali

EVALUASI POTENSI PENGGUNAAN BEBERAPA MATERI BAHAN ALAMI BAGI UPAYA PENANGGULANGAN PENYAKIT IKAN GURAME (Osphronemus gouramy) = The effectiveness of kipahit (Picrasma javanica) leaf extract for mycobacteriosis control on giant gouramy (Osphronemus gouramy) / Hambali Supriyadi; Taukhid; Hesy Novita dan Desy Sugiani

Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor TA. 2005, 250-263

ABSTRAK : Penelitian dengan tujuan untuk mendapatkan informasi tentang potensi ekstrak daun kipahit (Picrasma javanica) dalam penganggulangan penyakit "mycobacteriosis" pada ikan gurame telah dilakukan di Laboratorium Penyakit ikan Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar, Bogor. Ekstrak daun kipahit secara invitro pada berbagai dosis diuji efektifitasnya terhadap bakteri Mycobacterium fortuitum. LC50 bakteri Mycobacterium fortuitum dan toksisitas ektrak daun juga diuji terhadap ikan uji. Kegunaan ekstrak daun juga diuji bagi pengobatan ikan gurame yang telah diinfeksi oleh bakteri Mycobacterium fortuitum pada level 108 cfu/ml. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun kipahit pada level konsentrasi 10.000 mg/l dapat menghambat pertumbuhan bakteri uji, sedangkan perendaman ikan uji yang terinfeksi bakteri tsb dengan dosis yang sama dengan lama perendaman 3 jam dapat digunakan untuk pengobatan penyakit mycobacteriosis.

ABSTRACT : The research with the aim to get information on the potency of kipahit (Picrasma javanica) leaf extract for mycobacteriosis control on giant gouramy (Osphronemus gouramy), have been conducted at Fish Health Laboratory of Risearch Institute for Freshwater Aquaculture, Bogor. The effectiveness of leaf extract in different concentrations against Mycobacterium fortuitum was studied by invitro test. LC50 of Mycobacterium fortuitum, the toxicity of leaf axtract against test fish, and the invivo test of leaf extract for the control of infected fish were also done. The result indicated that kipahit leaf extract of 10.000 mg/l was able to inhibit the growth of Mycobacterium fortitum. Treatment of infected fish with the same concentration during 3 (three) hours of immersion was the effective control method for mycobacteriosis.

















TAUKHID
EKO-BIOTERAPI PENYAKIT KOI HERPES VIRUS (KHV) PADA IKAN MAS, Cyprinus carpio : EFEKTIVITAS SISTEM BUDIDAYA POLIKULTUR (MAS BERSAMA NILA) BAGI UPAYA PENGENDALIAN PENYAKIT KOI HERPES VIRUS (KHV) PADA IKAN MAS, Cyprinus carpio = The effectivity of polyculture system (common carp mixed with nile tilapia) to control of Koi Herpes Virus (KHV) disease outbreak on common carp, Cyprinus carpio / Taukhid, Hessy Novita dan Hambali Supriyadi
Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor TA. 2005, 264-270

ABSTRAK : Riset ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas sistem budidaya ikan mas secara polikultur bersama ikan nila berukuran antara 10-25 gram/ekor digunakan sebagai hewan uji. Perlakuan yang diterapkan adalah pemeliharaan ikan mas positif terinfeksi KHV bersama ikan nila dengan perbandingan A (9:1), B (8:2), C (7:3) dan D (10:0, sebagai control). Hasil riset menunjukkan bahwa rataan sintasan ikan mas pada kelompok perlakuan A sebesar 30%; kemudian diikuti kelompok perlakuan D, B dan C masing-masing sebesar 27,78%; 27,08% dan 26,19%. Secara statistik, tidak terdapat perbedaan rataan sintasan yang nyata antar kelompok perlakuan pada selang kepercayaan 95% (P<0,05).
ABSTRACT : The research with the aim to know an effectivity of polyculture system to control of Koi Herpes Virus (KHV) on common carp has been conducted in laboratory level. Common carp and nile tilapia with the size of 10-25 gram/fish were used as fish test. Treatment were applied in the research is polyculture of common carp infected by KHV were reared together with nile tilapia at the ratio of A (9:1), B (8:2), C (7:3), and D (10:0, as control group). The results showed that mean of survival rate of group A is 30%, followed by group D, B and C are 27.78%; 27.08% and 26.19% respectively. Statistically, there are no significant different between treatment at limit confident of 95% (P<0.05).

Key words : PENGENDALIAN, KOI HERPES VIRUS (KHV), IKAN MAS, IKAN NILA DAN POLIKULTUR

TAUKHID
EKO-BIOTERAPI PENYAKIT KOI HERPES VIRUS (KHV) PADA IKAN MAS, Cyprinus carpio : EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SAMBILOTO, Andrographis paniculata BAGI PENGENDALIAN PENYAKIT KOI HERPES VIRUS (KHV) PADA IKAN MAS, Cyprinus carpio = The efficacy of sambiloto leaf extract, Andrographis paniculata to control of Koi Herpes Virus disease (KHVD) on common carp, Cyprinus carpio / Taukhid, Ida Suharni, Hambali Supriyadi, Hessy Novita

Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor TA. 2005, 271-285

ABSTRAK : Riset ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas ekstrak daun sambiloto, Andrographis paniculata bagi pengendalian penyakit Koi Herpes Virus (KHV) pada ikan mas, Cyprinus carpio. Daun sambiloto dalam bentuk sediaan kering diekstrak melalui perebusan. Pengujian efektivitas antimikrobial dilakukan secara in vitro terhadap bakteri Aeromonas hydrophila sebagai model. Hewan uji yang digunakan adalah ikan mas ukuran 10-25 gr/ekor yang secara definitif terinfeksi Koi Herpes Virus (KHV). Konsentrasi ekstrak daun sambiloto yang diterapkan adalah A (100 ppm), B (200 ppm), C (300 ppm), D (400 ppm) dan E (tanpa sambiloto sebagai kontrol). Deteksi KHV pada masing-masing kelompok perlakuan dilakukan setiap minggu dan riset berlangsung selama 3 minggu. Rataan sintasan ikan uji pada masing-masing kelompok perlakuan adalah A (11,12%), B (16,12%), C (31,67%), D (42,22%), dan E (12,78%).

ABSTRACT : The research with the aim to know an efficacy of sambiloto leaf to control of Koi Herpes Virus Disease (KHVD) on common carp has been conducted in laboratory level. Sambiloto leaf in dry form was extracted by boiling technique. In vitro test of antimicrobial properties of sambiloto extract was done against Aeromonas hydrophila isolate as a model. Result of the above research was used as reference for further research. Common carp with the size of 10-25 gram/fish, and positively infected by KHV were used as fish test. The treatments applied were A (100 ppm), B (200 ppm), C (300 ppm), D (400 ppm), and E (without sambiloto extract as a control). KHV detection of each treatment was done weekly, and research was lasting for 3 weeks. Results of the research showed that mean percentages of survival rate are : A (11.12%), B (16.12%), C (31.67%), D (42.22%), and E (12.78%).

Key words : PENGENDALIAN, KOI HERPES VIRUS (KHV), IKAN MAS DAN SAMBILOTO


TAUKHID
EKO-BIOTERAPIPENYAKIT KOI HERPES VIRUS (KHV) PADA IKAN MAS, Cyprinus carpio : EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN PEPAYA, Carica papaya BAGI PENEGNDALIAN PENYAKIT KOI HERPES VIRUS (KHV) PADA IKAN MAS, Cyprinus carpio/ Taukhid dan Hambali Supriyadi
Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor TA. 2005, 286-292

---------------------




SUNARTO, Agus
APLIKASI KULTUR JARINGAN (TISSUE CULTURE) BAGI UPAYA PENGENDALIAN PENYAKIT KOI HERPES VIRUS (KHV) PADA IKAN MAS = Application of tissue culture for the control of Koi Herpes Virus (KHV) in common carp / Agus Sunarto, Tuti Sumiati, Rudi Antoni, Yulissa Fitrianis, Ali Rizqi Arasyi, Hessy Novita, Isti Koesharyani dan Fachriyan Hasmi Pasaribu

Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor TA. 2005, 293-301

ABSTRAK : Koi Herpes Virus (KHV) menyebabkan kerugian ekonomi dan dampak sosial yang sangat besar terhadap budidaya ikan mas dan koi di Indonesia. Kemampuan KHV menyebabkan kerusakan sel (cytopathic effect, CPE), pengaruh suhu terhadap pertumbuhan virus, viabilitas virus di luar sel inang dan target organ KHV dipelajari dengan menggunakan kultur jaringan KT-2. KHV hanya tumbuh dan menyebabkan CPE pada kultur sel KT-2 dan KF-1 yang berasal dari jaringan ikan koi, tetapi tidak tumbuh pada SSN-1 yang berasal dari ikan gabus. Virus tumbuh optimum pada suhu 20,25 dan 30oC, dan tidak tumbuh pada suhu 15 dan 35oC. Virus mampu bertahan hidup di luar sel inangnya selama 4 hari, tetapi tidak 8 hari. Virus berhasil diisolasi dari kumpulan organ insang, limpa dan ginjal ikan koi serta jantung dan otak ikan mas. Arti penting penemuan ini di dalam pengendalian KHV juga dibahas dalam makalah ini.

ABSTRACT : Koi Herpes Virus (KHV) has caused severe economic loss and significant social impact in Indonesia koi and common carp culture. The ability of KHV to induce cytopathic effects (CPE), the role of temperature on the growth of the virus, viability of the virus outside host cell and target organ of the virus were studied using KT-2 cells. The results showed that KHV induce CPE in KT-2 and KF-1, which are originated from koi, but does not grow in SSN-1, which is originated from striped snakehead. Virus grows well at 20, 25 and 30˚C and does not grow at 15 and 35˚C in these cells. Virus could survive outside the host cells for 4 days, but not for 8 days. Virus was successfully isolated from pooled of gills, spleen and kidney of koi and heart and brain of common carp. The significant contribution of these findings on the control of KHV was also discussed in this paper.

Key words : KOI HERPESVIRUS (KHV), TISSUE CULTURE, TEMPERATURE, VIRUS VIABILITY, TARGET ORGAN, DISEASE CONTROL

ARIFIN, Otong Zaenal
PERBAIKAN GENETIK IKAN MAS MELALUI UPAYA PENINGKATAN PERTUMBUHAN DAN KETAHANAN TERHADAP PENYAKIT KHV (KOI HERVES VIRUS) / Otong Zaenal Arifin, Rudhy Gustiano, Agus Sunarto, Taukhid dan Titin Kurniasih
Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor TA. 2005, 302-313
ABSTRAK : Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan populasi ikan mas yang memiliki keragaan pertumbuhan dan ketahanan terhadap KHV yang baik sebagai kandidat untuk program seleksi. Tiga populasi ikan mas (Majalaya, lokal dan Rajadanu) digunakan dalam penelitian ini. Penelitian dilakukan dalam jaring yang diletakan di kolam. Dilakukan di Instalasi Penelitian Cijeruk, Bogor. Parameter yang diamati berupa pertambahan biomas selama 2 bulan pengamatan, pertambahan panjang individu, dan derajat kelangsungan hidup. Hasil yang diperoleh memperlihatkan bahwa tidak ada perbedaan untuk pertambahan berat dan kelangsungan hidup serta ketahanan terhadap KHV dari 3 populasi ikan mas yang diuji. Sedangkan untuk pertambahan panjang individual (mm) ada perbedaan yang sangat nyata (F < 0,05) dari tiga populasi yang diamati. Populasi ikan mas rajadanu memiliki pertambahan tertinggi dan berbeda dengan Majalaya dan lokal.


ASIH, Sidi
PEMATANGAN GONAD IKAN BATAK PADA LINGKUNGAN BERBEDA DAN DENGAN PEMACUAN HORMONAL (LHRHA DAN OVAPRIM / Sidi Asih, Jojo Subagja, Winarlin, Anang H.K. dan Estu Nugroho
Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor TA. 2005, 314-323
ABSTRAK : Ikan Batak (Tor soro) merupakan kelompok ikan asal alam, yang dulunya banyak terdapat di Danau Toba, namun keberadaannya saat ini sudah tidak jelas. Populasi ikan sudah langka dan teknologi pembenihan yang terapan sangat dibutuhkan. Kendala utamanya adalah proses pematangan sampai ovulasi belum menghasilkan benih yang maksimal sehingga kurang mendukung budidayanya. Pengembangan ke arah budidaya perlu dipertegas mengingat masih tinggi permintaan terhadap ikan ini. Suatu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh LHRH terhadap perkembangan oosit ikan Tor soro telah dilakukan di Instalasi Riset Plasma Nutfah Perikanan Air Tawar Cijeruk dan KJA Lido Bogor, ikan dipelihara dalam kolam tembok ukuran 10 m2, Ikan dimatangkan secara intensif selama 3 bulan dengan pemberian 3 % pakan berprotein 40 % kadar lemak 5 %. Hasil pematangan dari 2 lokasi bahwa pematangan di KJA dapat memacu lebih baik perkembangan gonad. Perlakuan penyuntikan hormon LHRH pada dosis 75, 100, 125 dan 150 µg/kg induk selama 5 hari berturut-turut dapat meningkatkan perkembangan oosit. Efek terhadap kualitas telur yang diovulasi yaitu pada dosis 150 µg. Diharapkan dosis tersebut dapat membantu manajemen induk dan pemijahan buatan pada ikan Tor sp.

ABSTRACT : Fish Batak, Mahseer (Tor soro) represent group Ihan nature origin fish, what before now a lot of there are in Lake Toba, but its existence in this time have the rareness. population Ihan have scarce and the seeding technology which amplicaple. Constraint of the core important is maturation process until ovulation not yet yielded maximal seed so that less support to cultivated. Development toward cultivated require to be assured to remember still be high [of] request to this fish. A research which aim to to know influence LHRH to growth oosit fish Tor soro. have been conducted in Installation Research Into Germ Plasm Freshwater Cijeruk Fishery and Floating Cage Lido Bogor, fish conducted in pool brick up size measure 10 m2, Fish maturation intensively untill 3 month, 3 % body weight feed have protein to 40 % fat rate 5 %. Maturation result from 2 location that maturation in Floating Cage earn better stimulate of growth gonad. Hormone LHRH Injection treatment at dose 75, 100, 125 and 150 µ g/kg mains of during 5 day successively can improve growth oosit. Effect to egg quality which ovulation that is at dose 150 µ g. Expected by the dose can allowing to succeed in its artificial propagation, especially broodstock management and induced spawning also artificial fertilization fish Tor sp.











KRISTANTO, Anang Hari
KARAKTERISASI REPRODUKSI IKAN BATAK DARI DUA LOKASI (SUMATRA UTARA DAN JAWA BARAT) = Reproduction characterization of tor soro from two location (north sumatra and west java) / Anang Hari Kristanto, Sidi Asih, Winarlin, Eri Setiadi dan Jojo Subagja

Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor TA. 2005, 324-336

ABSTRAK : Karakterisasi reproduksi terhadap induk ikan batak dan keturunannya yang dipelihara di kolam dan induk ikan batak yang dipelihara di karamba telah dilakukan. Karakterisasi tersebut meliputi panjang dan berat ikan pada saat matang gonad, diameter telur, jumlah telur per kg berat badan, indek ovosomatik, laju pembuahan, daya tetas telur, dan produksi larva per kg induk dari masing-masing populasi, serta panjang larva pada saat menetas.
Karakterisasi reproduksi ikan batak pada induk dan keturunannya di Cijeruk berhasil ditentukan, tetapi untuk induk ikan batak di Ambarita Medan belum berhasil.

ABSTRACT : Reproductive characterization of tor soro broodstock and its descent reared in the pond and tor soro broodstock reared in the cage was conducted. The reproductive characterizations are length and weight at the maturation stage, egg diameter, number of eggs per kg body weight, index ovosomatic (IOS), fertilization rate, hatching rate and production of larvae per kg body weight of broodstock. Reproductive characterizations on tor soro broodstock and its descent in Cijeruk were able to determine but for tor soro broodstock from Ambarita, Medan has not successed yet.

Key words : TOR SORO, REPRODUCTION


YULIATI, Pawartining

SISTEM DAN TEKNOLOGI PENDEDERAN BENIH IKAN BATAK (Tor soro) = Tor soro larval rearing system and technology / P. Yuliati, Sidi Asih, Ani Widiyati, Winarlin dan Zafril Imran Azwar

Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor TA. 2005, 337-345

ABSTRAK : Penelitian sistem dan teknologi pendederan benih ikan batak bertujuan untuk mendapatkan sistem pemeliharaan yang sesuai untuk pendederan benih ikan batak sampai mencapai glondongan, sehingga mampu meningkatkan produksi benih ikan batak secara kualitatif dan kuantitatif yang pada akhirnya akan mendorong budidaya pembesarannya. Wadah penelitian sebagai perlakuan yaitu ; KJA (2 x 1 x 1 m), kolam tanah dengan dasar batu dan pasir (5 x 2,6 x 0,75 m) dan bak beton dengan air deras (2 x 1 x 0,75 m), kedalaman air masing-masing 60 cm di ulang 4 kali. Hewan uji yaitu benih ikan batak dengan berat awal + 4,3 g diberi pakan buatan (42 % protein) sebanyak 7 %/hari dengan frekuensi pemberian pakan 4 kali. Ikan diadaptasikan terhadap lingkungan dan pakan selama 2 minggu. Penelitian dilakukan selama 12 minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendederan benih ikan batak yang terbaik dilakukan di KJA (berat akhir individu 14,25 g, KP = 5,89. Sintasan 99,20 %); diikuti kolam tanah (berat akhir individu 13,10 g, KP : 6.06, sintasan 97,82 %) dan terendah di bak beton (berat akhir individu 9,56 g, KP=7,91, sintasan 97,53 %).


ABSTRACT : Research on system and technology of Tor soro larva rearing was conducted to obtain an appropriate rearing system that increased its production as well as husbandry. Three rearing places as treatments were: floating cages (2 x 1 x m), ponds with basement of stone and sand (5 x 2.6 x 0.75 m), and water-flowing ponds with basement of cement (2 x 1 x 0.75 m), replicated four times. Each place had water depth of 60 cm. di ulang 4 kali. Tor soro larva, initially weighing of approximately 4.3 g/beast, was fed concentrate (42 % protein) at 7%, 4 times/d. Adaptation period to environment and feed was 2 weeks prior to the measurement period of 12 weeks. The resuts showed that floating net was the best place, giving average final weight of 14.25 g, feed conversion of 5.89, suvival rate of 99.20%, followed with soil-based pond (average final weight of 13.10 g, feed conversion of 6.06, suvival rate of 97.82%) and the worst with cement-based pond (average final weight of 9.56 g, feed conversion of 7.91, suvival rate of 97.53%).


NUGROHO, Estu

EVALUASI BEBERAPA RAS IKAN BATAK = Genetic Divergence of Tor sorro analyzed by Mitochondria D-loop and Random Amplified Polymorphism DNA (RAPD) / Estu Nugroho, Jojo Subagja dan Sidi Asih

Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor TA. 2005, 346-355

ABSTRAK : Variasi genetik ikan batak yang dikoleksi dari daerah Kuningan (Pesawahan, Gondosoli dan Ragawacana) dan Sumedang di Jawa Barat telah diteliti dengan menggunakan Polimorfisme Mitokondria DNA D-loop dan Random Amplified Polymorphism DNA (RAPD). Berdasarkan analisa MT DNA tidak terdapat perbedaan yang nyata antara ras ikan batak dari empat lokasi tersebut. Sedangkan analisa RAPD menunjukkan perbedaan yang nyata. Panjang daerah Mt DNA D-loop ikan batak berkisar antara 700-800 bp. Satu komposit haplotype terdeteksi dengan menggunakan 4 enzyme restriksi yaitu Rsa I, Nde II, Taq I dan SacI pada sekuens D-loop. Dua dari 20 primer RAPD menunjukkan perbedaan yang nyata diantara ke empat populasi ikan batak. Jarak genetik berdasarkan polimorfisme dua primer tersebut adalah 0,349.

ABSTRACT : The aim of this research is to evaluate genetic variability of Tor sorro. The Genetic variability of Mahseer collected from Kuningan (Pesawahan, Gondosoli and Ragawacana) and Sumedang, West Java were examined using polymorphism of the mitochondria DNA (MtDNA) D-loop and RAPD markers. Based on MtDNA D-loop analysis, there is no significant different among collection. The length size of MtDNA D-loop region is approximately 700-800 bp. A composite haplotype was detected using four endonuclease i.e. Rsa I, Nde II, Taq I and SacI. Two of 20 RAPD primers showed significant different among collections. Average genetic distance based on the polymorphism of two primers is 0.349.

Key words : GENETIC DIVERGENCE, TOR SORRO, MT.DNA D-LOOP, RAPD










SUWIDAH

INVENTARISASI HAMA DAN PENYAKIT PADA BENIH DAN INDUK IKAN BATAK / Suwidah, Dayat Bastiawan, Tuti Sumiati dan Edi Farid

Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor TA. 2005, 356-366

ABSTRAK : Telah dilakukan penelitian inventarisasi hama dan penyakit pada ikan Tor sp (“ batak”). Sampel diambil dari beberapa lokasi pemeliharaan ikan Tor sp di wilayah Propinsi Jawa Barat (Kabupaten Sumedang, Majalengka, Kuningan dan Bogor), serta di wilayah Propinsi Jawa Timur yaitu di Kabupaten Blitar. Sampel ikan yang dikumpulkan dari tiap lokasi bervariasi antara 5-30 ekor dengan kisaran ukuran panjang total 3,9 cm – 32 cm . Dari hasil identifikasi sampel menunjukkan hanya beberapa jenis parasit yang berpotensi mengganggu yaitu Trichodina sp, metacercaria (cacing) Trematoda dan Argulus sp. Insidensi Trichodina sp 30-40 % selama 2 bulan pemeliharaan di kolam Cibalagung (Kab. Bogor). Bakteri pada ikan Tor sp di 5 lokasi pengamatan di Jawa Barat teridentifikasi Aeromonas sp dan Pseudomonas sp sedangkan dari lingkungan perairan situ Rambut Monte di Kabupaten Blitar Jawa Timur teridentifikasi Pseudomonas sp Hewan liar yang merupakan hama yang ditemukan pada waktu pengamatan hanya keong, katak dan ikan paray.

TAUFIK, Imam

PEMELIHARAAN LARVA IKAN BETUTU (Oxyeleotris marmorata Blkr) DENGAN PERIODE PENYINARAN (FOTOPERIOD) YANG BERBEDA = Larval breeding of sand goby (Oxyleotris marmorata Blkr.) with different of photoperiod / Imam Taufik, Zafril Imran Azwar, Sutrisno dan Yosmaniar

Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor TA. 2005, 367-376

ABSTRAK : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh periode penyinaran terhadap kelangsungan hidup dan perkembangan larva ikan betutu. Penelitian dilakukan di Inris Cibalagung-Bogor, dengan menggunakan wadah berupa 12 unit akuarium kaca berukuran 70x40x45 cm yang diisi 40 l air tawar dan dilengkapi aerasi. Perlakuan berupa periode penyinaran: 24 jam terang : 0 jam gelap, 18 jam terang : 6 jam gelap, 12 jam terang : 12 jam gelap, dan 6 jam terang : 18 jam gelap, masing-masing dengan 3 kali pengulangan. Padat penebaran larva sebanyak 10 ekor/l, pakan berupa zooplankton dari jenis Brachionus sp dan Paramaechium sp yang telah disaring dengan net plankton 100 m dengan jumlah/kepadatan 25 individu/ml air media. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyinaran berpengaruh nyata terhadap sintasan larva ikan betutu dengan periode penyinaran yang paling baik adalah 12 T: 12 G dan 18 T : 6 G.

ABSTRACT : The experiment aimed to study the effect of photoperiod on survival rate and growth of sand goby larvae. The experiment was conducted at research station Cibalagung-Bogor. Twelve aquaria of 70 x 40 x 45 cm in size were used in this experiment completed with water circulation system, each aquarium was stocked with 10 larvae/L of sand goby of one day old. Photoperiod treatment were: 24 light : 0 dark; 18 light : 6 dark; 12 light : 12 dark; and 6 light : 18 dark. Each treatment was applied in three replicates. The larvae was feed with Brachionus sp. and Paramaechium sp. with were reared by 21 days. The result showed that the photoperiod 12 L : 12 D and 18 L : 6 D gave significantly different on survival (P<0.05) from others.

Key words : GROWTH, PHOTOPERIOD, SAND GOBY, SURVIVAL

AZWAR, Zafril Imran

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN ALAMI Moina sp. SEBAGAI SUBSTITUSI ARTEMIA DALAM PRODUKSI MASAL BENIH IKAN BETUTU UKURAN “FRY” = The Effect of Moina sp as an Artemia Nauplii Substitute in Mass Production of Sand Goby Seed / Zafril Imran Azwar, Agus Priyadi dan Sutrisno

Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor TA. 2005, 377-391

ABSTRAK : Lima perbedaan pemberian pakan Artemia dan Moina sp baik secara sendiri maupun kombinasi telah diuji pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan kelulusan hidup benih ikan betutu. Hasil menunjukkan bahwa penambahan berat ikan betutu yang diberi pakan kombinasi nauplii Artemia dan Moina sp (perbandingan 50%:50% dan 25%:75%) nyata lebih tinggi (P<0.05) dibandingkan dengan larva yang diberi pakan nauplii Artemia maupun Moina sp secara sendiri. Penambahan bobot benih ikan betutu yang diberi pakan Moina sp saja tidak berbeda nyata (P>0.05) dengan yang diberi nauplii Artemia saja. Kesimpulan dari percobaan ini menunjukkan bahwa substitusi Moina sp sebanyak 50% telah menstimulasi pertumbuhan benih ikan betutu yang lebih baik.

ABSTRACT : Five different feeding regime of artemia and Moina sp, either solely or in combination, were tested for their effects in the weight and survival rate of sand goby (Oxyeleotris marmorata, Blkr) seed. Significantly higher (P<0.05) weight gain was obtained for the fry fed with (25%:75%;50%:50%) combination of artemia and Moina sp than that artemia (100%) and Moina sp(100%) alone. The weight gain of diet Moina sp alone (100%) was not significantly (P>0.05) compare sand goby fry fed the diet of artemia alone (100%). Conclution of this experiment to show that substitution of artemia with Moina sp as much as 50% was stimulated growth rate of sand goby fry.

Key words : ARTEMIA, MOINA SP, SAND GOBY FRY

HADIE, Wartono
HUBUNGAN KARAKTER MORFOMETRIK DAN REPRODUKSI IKAN BETUTU (Oxyeleotris marmorata) DARI TIGA LOKASI SUMATRA, KALIMANTAN, DAN JAWA / Wartono Hadie, Anang Hari Kristanto, Sutrisno, dan Zafril Imran Azwar, dan Dewi Puspaningsih

Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor TA. 2005, 392-404

ABSTRAK : Sumberdaya genetik ikan betutu terdapat di beberapa sungai besar di Sumatra, Kalimantan dan Jawa sebagai suatu strain yang telah berinteraksi dengan lingkungan spesifik masing-masing sungai. Potensi genetik tersebut dapat dievaluasi melalui karakter reproduksi untuk mendukung keberhasilan budidaya. Eksploitasi karakter reproduksi tersebut dilakukan dengan mengamati karakter reproduksi seperti diameter telur, daya tetas telur, bukaan mulut larva, dan perkembangan larva yang bermanfaat untuk memperoleh strain yang lebih baik. Dari karakter morfometrik terlihat bahwa kekerabatan antara populasi Sumatra lebih dekat dengan populasi Kalimantan dibanding dengan populasi Jawa. Ukuran telur untuk strain Jawa panjang telur 24.15+1.205 μm, lebar 6.3+0.209 μm, panjang embrio 16.6+0.858 μm, dan lebar embrio 5.6+0.136 μm. Populasi Sumatra (Palembang) Belum didapatkan data fekunditas, ukuran telur dan larva karena belum dapat memijah.


TAUFIK, Pipik

IDENTIFIKASI DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT BENIH IKAN BETUTU = Identification of the diseases on send goby (Oxyeleotris marmorata Blkr) seed and its control / Pipik Taufik, Hessy Novita, Dayat Bastiawan dan Zafril Imran Azwar

Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor TA. 2005, 405-412

ABSTRAK : Identifikasi jasad parasit dan bakteri pada benih ikan betutu (Oxyeleotris marmorata Blkr) dari Parung, Bogor, Palembang dan Jambi telah dilakukan, dengan tujuan untuk mengetahui jenis parasit dan bakteri patogen dan sensitivitasnya terhadap antimikroba. Pemeriksaan jasad parasit dari benih ikan betutu umur 3-18 hari dan ukuran 0,5-5,0 gram menggunakan mikroskop dengan pembesaran 50-400 kali, sedangkan untuk identifikasi bakteri menggunakan uji fisiologi dan biokimia. Hasil menunjukkan bahwa ditemukan parasit Trichodina sp, Ichthyopthirius sp, Dactylogyrus sp, Glocidium sp dan Lernaea sp dari benih ikan betutu dari alam, sedangkan dari benih hasil pemijahan di Cibalagung Bogor dan Jambi tidak ditemukan parasit. Bakteri Aeromonas hydrophila dominan ditemukan pada ikan betutu, bakteri lainnya adalah Vibrio sp, Bacillus sp, Flavobacterium sp, Eubacterium sp dan Kurthia sp. Sebagian besar isolat A. hydrophila dan Vibrio sp sensitif terhadap tetrasiklin, kloram fenikol, asam nalidiksik dan enrofloksasin.

ABSTRACT : The identification study of parasites and bacteria on sand goby (Oxyeleotris marmorata Blkr) seed from Parung, Bogor, Palembang and Jambi have been carried out. The objective of study is to identify the pathogenic parasites and bacteria and its sensitivity to antimicrobial agents. The examination of parasites used microscope at power of 50-400 times, while for identification of bacteria used physiological and biochemical tests. The result showed that was found parasites of Trichodina sp, Ichthyopthirius sp, Dactylogyrus sp, Glocidium sp and Lernaea sp on natural sand goby seed, while from hatchery of Cibalagung Bogor and Jambi were not found parasites. Bacteria of Aeromonas hydrophila was found dominantly and the others were Vibrio sp, Bacillus sp, Flavobacterium sp, Eubacterium sp and Kurthia sp. Almost the total number of A. hydrophila and Vibrio sp were sensitive to tetracycline, chloramphenicol, nalidixcic acid and enrofloxacin.

Key words : IDENTIFICATION, PARASITES, BACTERIA AND SAND GOBY
















DJAJASEWAKA, Hidayat

PENGARUH KADAR PROTEIN TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS TELUR INDUK IKAN NILEM (Osteochilus Hasselti) = The effect of different levels protein in diet for production and quality of egg nilem broodstock ( Osteochilus hasselti ) / Hidayat Djajasewaka, Jojo Subagja, Ani Widiyati), Reza Samsudin dan Winarlin

Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor TA. 2005, 413-421

ABSTRAK : Penelitian pakan ikan nilem dengan kandungan protein berbeda telah dilakukan terhadap induk ikan nilem yang dipelihara dalam tangki serat kaca. Calon induk nilem betina dengan bobot individu rata-rata 75 gram per ekor telah diberi pakan induk yang beda proteinnya yaitu 27%, 32%, 37%, dan 42%. Padat tebar 18 ekor per wadah dengan pemberian pakan 1.0-2.0% per hari dari bobot total induk nilem. Dari hasil percobaan ini menunjukkan bahwa semua perlakuan pakan memberikan hasil pertambahan bobot tubuh, konversi pakan, produksi telur dan indeks kematangan gonad yang tidak berbeda nyata (P>0,05). Pakan dengan kandungan protein 42% memberikan kualitas telur yang lebih baik dan jumlah TKG 4 yang lebih banyak pada induk ikan nilem.

ABSTRACT : The study was conducted on the effect of different levels protein in diets production and quality of egg from nilem broodstock reared in fiberglass. Broaders with average 75 gram for female, were fed diets containing different levels of protein, 27 %, 32%, 37% and 42 %. The density of 18 female per fiberglass and daily fed ration of 1.0 – 2.0 % of body weight. The results of experiment indicated that all diet gave weight gain, feed conversion ratio, produce of egg and GSI were not significantly different (P >0.05). But the feed wich containing 42% protein was given high in brood spawning and the good quality of nutrient in the egg.

Key words : OSTEOCHILUS HASSELTI, PROTEIN, EGG

Tidak ada komentar: