Jumat, 04 Juli 2008

ABSTRAK TAHUN 2006

Kusmini, Irin Iriana

Pemijahan Cherax albertisii Antar Famili Untuk mengevaluasi Heterosis / Irin Iriana Kusmini, Estu Nugroho dan Reza Samsudin

Dalam Laporan Hasil Riset TA. 2006 : 34-44

ABSTRAK : Lobster air tawar (Cherax sp) merupakan komoditi yang bernilai ekonomis. Di habitat alam Papua terdapat 14 jenis lobster air tawar. Salah satu jenis Cherax tersebut adalah Cherax albertisii. Cherax albertisii, lebih mudah dalam beradaptasi pada lingkungan budidaya diluar habitatnya dan tidak ada masalah dalam reproduksinya. Sehingga C. albertisii merupakan jenis cherax yang cocok untuk dibudidayakan diluar habitatnya, dan mempunyai prosfek budidaya yang cerah untuk dikonsumsi guna memenuhi kebutuhan gizi masyarakat umumnya, untuk eksport dan guna menjaga kelestariannya.Tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh benih Cherax albertisii yang dapat mengungguli dari indukkannya. Metodologi : Calon Induk Cherax albertisii hasil budidaya terdiri dari famili (A, B, C) dipelihara secara terpisah. Dipijahkan antar famili dalam aquarium 50 x 50 x 40 cm dengan sistim resirkulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa benih pada umur 100 hari hasil persilangan antar famili yang tidak seinduk (F2 BA1, 3.85g & F2 AB2, 3.83 g) ada yang mengungguli indukkannya (F1 3.31g), demikian juga jika dibandingkan dengan persilangan satu induk (F2 CC2, 1.72 g & F2 BB3 1.88 g). Hasil analisa statistik dengan ANOVA menunjukkan bahwa ada perbedaan nyata rata-rata bobot benih 100 hari yang dihasilkan dari persilangan antar famili (P<0.05), dan perbedaan yang sangat nyata (P<0.05) antara persilangan yang tidak seinduk dengan seinduk.

KURNIASIH, Titin

Pembentukan Populasi Dasar Cherax Quadricarinatus (Red claw) Sebagai Bahan Baku Program Selective Breeding Pada Trait Pertumbuhan / Titin Kurniasih, Estu Nugroho dan Otong Zenal Arifin

Dalam Laporan Hasil Riset TA. 2006 : 45-53

ABSTRAK : Penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan populasi dasar untuk kegiatan seleksi red claw sedang dilaksanakan di Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Bogor. Dua puluh tujuh famili yang dihasilkan dari pemijahan induk-induk secara resiprok dari tiga populasi telah dipelihara selama 2 bulan. Pertumbuhan benih yang dihasilkan selama 2 bulan pemeliharaan itu belum menunjukkan perbedaan nyata, baik untuk parameter panjang maupun berat. Dari ketiga persilangan (Bali-Sukabumi, Bali-Jakarta dan Jakarta-Sukabumi), maka persilangan Bali-Sukabumi memberikan nilai heterosis terbaik untuk parameter panjang standard (0.14) dan berat tubuh (0.0575).




AHMAD, Taufik

Single-O-shelter huna (Cherax albertisi) and redclaw (C. quadricarinatus) culture / Taufik Ahmad*, L. Sofiarsih*, Nuriadi* and G. Apriyana**

Dalam Laporan Hasil Riset TA. 2006 : 54-64

ABSTRACT : Many hatcheries successfully produced and sold cherax as ornamental crayfish. The attempt to culture cherax in earthen pond to produce consumable size yabbies facing the fact that cherax is a good hole digger and usually escapes through the hole in dyke. Single-O-shelter meant to provide shelter for every single spawner as well as hideout for the juvenile produced. The shelter for spawner was a 25 inches long and 2.0 inches diameter PVC pipe randomly spread on pond bottom. Aquatic weed (Vallisneria torta) grew in the shallow part of pond to provide hiding place for juvenile. The species stocked is huna and redclaw, each at density of 2 and 6 sets of spawner. One set of spawner consists of 3 males and 5 females weighing averagely around 20 g each. The experimental units are randomly selected to facilitate random block design in 2 rearing period as replicate. The pond dimension is 10X10m, divide into 3 compartments i.e. feeding, ground, nursery ground and harvest ditch. Water depth at nursery ground was 30 cm and at the other compartments at 60 cm. Follow gravity force, the water in ponds flows at 50-100 L minute-1. Self-made diet distributed into pond twice a day to meet 3% daily feeding ration. Survival rate and specific growth rate of spawner as well as juvenile produced and number of gravid female checked at the end of each rearing period or every 3 months. After 6 months, average weight of redclaw and huna reaching 146.12 ± 34.47 g and 103.7 ± 29.83 g, respectively. Redclaw produced progeny of 5 size groups and huna produced only 2 groups. Respective to the species, average weight of the first offspring batch was 39.03 ± 5.33 and 26.83 ± 2.09 g. Redclaw at 2 sets of spawner and male grow faster than of 6 sets of spawner and female. No survival rate significant difference among ponds indicates that single–O-shelter technique provides sufficient shelter for spawner to grow and reproduce. Male monosex redclaw culture in earthen pond seems to be more promising than mixed-sex and female monosex culture for consumable size production of either huna or redclaw.

* Research Institute for Freshwater Aquaculture
** Pakuan University


EFFENDI, Johan

Dalam Laporan Hasil Riset TA. 2006 : 65-69

Identifikasi penyakit dan parasit serta cara penanggulangannya pada lobster air tawar (Cherax sp.) / Johan effendi

ABSTRAK : Penelitian identifikasi dan inventarisasi jasad patogen pada Cherax spp. dilakukan untuk menunjang perkembangan budidaya secara intensif dalam management penanggulangan penyakit. Cherax spp. yang diteliti adalah Cherax albertisii dan Cherax quadricarinatus yang diambil dari Sukabumi, Depok, Bogor dan Cibubur.
Pengamatan parasit dilakukan dengan mengamati preparat basah dari lendir, ekor, dan insang, sedangkan untuk isolat bakteri diambil dari hepatopancreas dan insang. Parasit yang teridentifikasi pada huna (Cherax spp.) diantaranya Dactylogyrus sp., Vorticella, Trichodina sp., Epistylis sp., Gyrodactylus, Apiosoma. dan Tetrahymena, serta teridentifikasi adanya monogenea baru dari spesies Craspedella. Bakteri dominan yang teridentifikasi adalah Aeromonas hydrophila dan Pseudomonas sp.


GUSTIANO, Rudhy

Peningkatan Keragaan Pertumbuhan Ikan Nila Dengan Seleksi Famili : Pembentukan F2 / Rudhy Gustiano, Otong Zenal Arifin dan Ani Widiyati

Dalam Laporan Hasil Riset TA. 2006 : 70-78

ABSTRAK : Permasalahan utama yang sedang dihadapi pada budidaya nila adalah penurunan pertumbuhan yang berdampak terhadap produksi dan produktivitas. Sehubungan dengan masalah yang sedang dihadapi, upaya menghasilkan jenis unggul sedang dilakukan. Hasil yang diperoleh telah didapatkan induk-induk jantan F1 dari famili-famili terseleksi dengan pertumbuhan spesifik di atas 21,4 ± 0,36 g/bulan dan betina di atas 15,0 ± 0,63 g/bulan Penelitian seleksi untuk mendapatkan F2 dengan pertumbuhan yang baik masih berlangsung. Hasil Sementara telah didapatkan F2 dari 17 famili.

SUTRISNO

Penanggulangan Pencemaran Nitrat dan Phosfat Pada Perairan Budidaya di Perkotaan Melalui Teknik Fitoremidiasi / Sutrisno, Nuryadi, Dewi Puspaningsih dan Supriyono Eko Wardoyo

Dalam Laporan Hasil Riset TA. 2006 : 79-94

ABSTRAK : Limbah domestik yang masuk ke perairan umumnya banyak mengandung unsur N dan P sehingga perairan menjadi subur (eutrof). Tanaman sayuran akan dapat memanfaatkan kedua unsur tersebut untuk pertumbuhannya, sehingga diharapkan akan dapat mengurangi kesuburan perairan tersebut. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan teknik penanggulangan pencemaran Nitrat dan Phosfat melalui proses fitoremidiasi, yakni proses bioremidiasi dengan menggunakan tanaman tingkat tinggi (tanaman sayur). Penelitian dilakukan di Inris Cibalagung Bogor. Wadah yang digunakan kolam berdinding tembok berukuran 10 m2 dengan kedalaman air dipertahankan pada kisaran 80 cm, perlakuan adalah ukuran luas tanaman sayur yang berbeda yakni 0, 10, 20 dan 30% dari luas kolam. Ikan nila yang dipergunakan berukuran panjang total 8-10 cm atau 10-15 gram/ ekor dengan padat tebar 10 ekor per meter persegi. Pakan dalam bentuk pellet komersial diberikan 3 kali sebanyak 3-4 % bobot biomassa per hari. Sayuran ditanam di keranjang plastik yang diisi dengan arang sebagai media, keranjang kemudian dirangkai dengan pipa pvc yang sekaligus berfungsi sebagai pelampung, sehingga rangkaian keranjang tadi memyerupai rakit yang terapung diatas permukaan air. Peubah yang diamati yakni kualitas air terutama unsur N dan P, pertumbuhan ikan, dan produksi sayuran. Hasil yang diperoleh ternyata ada kecenderung penurunan unsur N dan P pada kolam yang diberi tanaman sayur, semakin luas tanaman sayur semakin kecil kandungan unsur N dan P. Produktivitas ikan nila menurun sejalan dengan semakin luasnya tanaman sayur, sedangkan derajat sintasannya tidak berbeda nyata dengan kontrol.

ABSTRACT : Domestic wastes which came into the waters consist of N and P so that it made the waters become eutroph. Vegetables can use that two elements for their growth, so that it was expected to lessen the eutroph of that waters. The research was conducted to get the best technique in order to solve the nitrate and phosphate problems by the fitoremediation process, which is the bioremediation using vegetables. The research was done at Inris Cibalagung, Bogor. The research were done on the 10 m2 ponds, with 80 cm depth, the treatments were the different wide of the vegetables 0, 10, 20 and 30% of the total wide of the ponds. The nile used in the research was 8-10 cm length or 10-15 gram/each with the stocking density is 10 individu/m2. Food using pellet were given 3 times/day, 3-4% of total biomass. Vegetables were plant in the plastic basket filled with charcoal as the media, the basket then combinated with pvc pipe function as the float, so that the floating basket looks like the floating raft in the surface. Water quality criteria especially N and P elements, fish growth, and vegetables production were watcing during the experiments. The result showed that there was the decreasing of N and P elements in the ponds with vegetables, the wider the vegetables area, the lower of N and P contents. The nile productivity decreased as the wider the vegetables, meanwhile the survival rate were not different with the control.

KUSDIARTI

Budidaya Ikan Nila Hemat Lahan Dan Air Dengan Sistem Akuaponik / Kusdiarti; Taufik Achmad ; Sutrisno dan Yohana

Dalam Laporan Hasil Riset TA. 2006 : 95-101

ABSTRAK : Penelitian mengenai budidaya ikan nila hemat lahan dan air dengan sistem akuaponik dengan tujuan untuk mendapatkan teknik budidaya ikan nila yang hemat lahan dan air. Wadah yang digunakan adalah bak fiber sebanyak 9 buah yang di lengkapi dengan filter tanaman, sebagai perlakuan yaitu tanpa filter tanaman (0 %), filter 25 % dan 50 % dari luas wadah. Ikan yang digunakan adalah ikan nila dengan bobot awal 13,36 – 14,86 gram dengan padat penebaran 50 ekor per wadah. Pakan yang diberikan adalah pakan buatan sebanyak 3 % bobot badan per hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari ke tiga perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata ( P>0,05 ) baik untuk pertumbuhan maupun sintasannya, dari hasil rata-rata bobot akhir ber turut-turut adalah perlakuan B ( 67,03 gram), perlakuan C (65,76 gram) dan perlakuan C (53,70 gram) dan rata-rata sintasan adalah perlakuan B (100 %), perlakuan C (96 %) dan perlakuan A (93,34%). Selain itu dari hasil produksi tanaman filter (kangkung) yang baik adalah perlakuan B (7.877 gram per 3 bulan) dibandingkan pelakuan A (4.644 gram per 3 bulan). Dari hasil penelitian ini yang terbaik adalah perlakuan B.


WIDIYATI, Ani

Karakaterisasi Sedimen Dari Aktivitas Budidaya Ikan Di Waduk Cirata Dan Potensinya Sebagai Bahan Pupuk Organik / Ani Widiyati, Hidayat Djajasewaka, Kusdiarti, Adang Saputra, Tri Heru Prihadi

Dalam Laporan Hasil Riset TA. 2006 : 102-128

ABSTRAK : Penelitian karakterisasi sedimen dari aktivitas budidaya ikan di waduk Cirata dan potensinya sebagai pupuk organik, bertujuan untuk menganalisis karakter fisik dan kandungan bahan kimia pada sedimen dari aktivitas budidaya ikan di Waduk Cirata dalam rangka pemanfaatannya sebagai bahan baku pupuk organik serta untuk memprediksi volume sedimen dari limbah budidaya ikan Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Sampel sedimen untuk karakterisasi fisika dan kimia diperoleh dari 15 titik lokasi di wilayah Kabupaten Bandung (Gandasoli, Sangkali dan Cibungur), Purwakarta (Maleber, Patok Batas,Ciputri, Cadas Bodas dan Palumbon) dan Cianjur (Jangari, Jatinenggang, Nyelempet, dan Calingcing). Prediksi volume sedimen limbah budidaya ikan dilakukan dengan percobaan dan menggunakan GPS Garmin type 178 dan 128 dengan 9 titik lokasi yang sudah ditentukan oleh BPWC. Analisis data dilakukan dengan analisis deskriptif dan membandingkan dengan baku mutu. Hasil penelitian memperlihatkan C, N rasio yang didapatkan dalam sedimen dari Waduk Cirata dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik (9 - 14). Kandungan logam berat Hg, Fe, Mn, Cu, Pb, dan Cd dalam sedimen limbah budidaya ikan di Waduk Cirata masih dibawah ambang baku mutu (dalam batas yang dapat ditoleransi). Laju sedimentasi di bawah KJA (0 m) hampir sama dengan laju sedimentasi pada jarak 10 m, yaitu masing-masing dengan kisaran 20,67 – 56,15 dan 19,92 – 54,73 g/cm/hari. Hasil prediksi penghitungan terhadap jumlah sedimen limbah budidaya ikan di Waduk Cirata, yaitu 161,241,448.25m3.

KATA KUNCI : SEDIMEN, KERAMBA JARING APUNG , PUPUK ORGANIK

ABSTRACT : The sediment characteristic of cage culture activity in Cirata and its potency on organic fertilizer was aimed to analyze the physical and the chemical contents in the sediment of fish cage culture activity as well as to predict the sediment volume and its potency. The collected data were primary and secundary data. Sediment samples were taken from 15 points of location in the are Bandung (Gandasoli, Sangkali and Cibungur), Purwakarta( Maleber, Patok Batas,Ciputri, Cadas Bodas and Palumbon) and Cianjur (Jangari, Jatinenggang, Nyelempet, and Calingcing) regencies. The prediction of the sediment volume was carried by using GPS Garmin type 178 and 128 , in 9 points of location/ The data analyses was carried in a description and by comparing with standard of water quality. The result of the study showed that C, N ratio of the sediment was 9-14, its can be used as the organic fertilizer. The content of the heavy metal were under the limit of quality standard (The limit that can be to tolerated). The result of the calculated prediction to the sediment volume was 16,.241,448.25 m3.

KEYWORDS : SEDIMENT, CAGE CULTURE, ORGANIC FERTILIZER

SUPRIYADI, Hambali

Peningkatan Kekebalan Spesifik Anti Streptococcus Pada Budidaya Ikan Nila / Hambali Supriyadi, Desy Sugiani dan Uni Purwaningsih

Dalam Laporan Hasil Riset TA. 2006 : 129-140

ABSTRAK : Uji lapang vaksin Streptococcus telah dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui efectivitas vaksin dan respon kebal pada ikan nila (Orechromos niloticus) terhadap rangsangan yang diberikan. Penelitian dilakukan pada 2 (dua) sistem budidaya yang berbeda yaitu pada keramba jaring apung (KJA) dan kolam tanah. Perbedan tersebut didasarkan pada kemudahan dalam pemberian vaksin ulang (booster). Vaksin yang digunakan adalah vaksin S!N8 dan GM2.4 berupa vaksin yang diinaktivasi dengan formalin 0.3 %. Aplikasi vaksin dilakukan secara bertahap yaitu vaksin awal (priming) diberikan melalui rendaman baik untuk yang di kolam maupun yang di KJA, sedangkan vaksin ulang diberikan melalui suntikan untuk yang di KJA dan untuk uji dikolam diberikan melalui pakan. Dosis vaksin awal yaitu 10 ml vaksin /100 l air untuk 1000 ekor ikan direndam selama 15 menit. Booster yang diberikan melalui suntikan 0.2 ml/ekor ikan, sedangkan untuk uji dikolam tanah sebanyak 2 ml/kg ikan di campur dengan pakan dengan dosis pakan 3% dari bobot tubuh. Hasil menunjukkan bahwa kombinasi pemberian vaksin priming melalui rendaman, dan booster melalui suntikan untuk vaksin S1N8 menghasilkan sintasan paling tinggi (70.3-72.5 %), apabila dibandingkan dengan vaksin GM2.4 (59.3-62.5%) dan kontrol (35.5-42.0%).

ABSTRACT : Field study of vaccines S1N8 and GM2.4 with the aims to evaluate the effectiveness of vaccine and the immune response of nile tilapia (Oreochromis niloticus) against the vaccines. The research were performed in 2 (two) culture systems i.e. floating net cage and pond. The difference was based on the easiness of vaccine application especially for booster. Vaccine tested were S1N8 and GM2.4 which was prepared by formalin killed of 0.3 %(v/v). Vaccine delivery were given in two steps i.e. priming with immersion for both floating cage and pond study, and booster through injection for floating cage test meanwhile for pond test was given orally. The dose of vaccine for priming was 10 ml of vaccine/100 l water immersed for 1000 fish for 15 minutes. Booster were delivered by injection as much as 0.2ml/fish (floating cage study) and 2 ml/kg of fish orally for pond test. The results indicated that combination of vaccine delivering of immersion (priming) and injection (booster) especially for S1N8 vaccine were the highest percent of survival rate (70.3-72.5%) as compared with GM2.4 vaccine (59.3-62.5%) and control (35.5-42.0%).

NUGROHO, Estu

Perbaikan Produktifitas Ikan Baung Melalui Perbaikan Mutu Genetik Dengan Program Selective Breeding / Estu Nugroho, Reza Samsudin, Jojo Subagja dan Sidi Asih
Dalam Laporan Hasil Riset TA. 2006 : 141-157
ABSTRAK : Evaluasi pertumbuhan dari populasi dasar untuk kegiatan seleksi ikan baung telah dilakukan sejak maret 2004. Dua puluh satu famili yang terbentuk dari pemijahan 7 induk jantan dan 21 induk betina telah dilakukan secara artificial. Pemeliharaan larva dan benih dilaksanakan secara bertahap yang dimulai dari pemeliharaan di akuarium, happa hingga waring yang ditempatkan di kolam. Fekunditas dan Index Ovisomatik (IOS) induk yang digunakan berkisar antara 14.000 – 110.000 telur/kg induk dan 2.1%-15.4% berturut turut. Pertumbuhan benih yang dihasilkan bervariasi dengan pertambahan bobot harian terbesar terjadi ketika umur 50-75 hari dengan rerata 1.067 gram / hari. Terjadi perbedaan pertambahan bobot dan panjang harian pada setiap fase pengamatan di tahun I. Populasi ikan baung dibagi menjadi 2 kelompok yaitu besar dan kecil berdasarkan berat rata-rata populasi sebagai parameter pada tahun II. Ada indikasi “stunting” pada pertumbuhan ikan baung selama pemeliharaan, baik pada tahun II dan III. Respon seleksi pada benih umur 30 hari diestimasi sebesar 0,425 g dengan estimasi differensial seleksi sebesar 95.875 g dan estimasi heritabilitas pada saat 30 hari sebesar 0.082 dengan nilai perbaikan pertambahan bobot 70,25% dari kontrol.

ABSTRACT : Evaluation of growth from base population of green catfish activity has been conducted since March 2004. Twenty-one families was constructed by artificially spawning of 7 male and 21 female. Offspring have been reared in aquaria, happa and warring put in ponds respectively. Fecundity and Ovisomatic Index (IOS) were range of 14.000-110.000 eggs/kg and 2.1%-15.4% respectively. The growth of green catfish was varied. The highest daily weight addition is 1.067 gram that occurred in 50-75 days. Based on the average weight of population, there is two groupsi.e. big and small collections. A significant difference was observed in among observation step in the first year. There is indication that the stunting was happen during observation in first and second years. Respon selection have been estimated of 0.425g with differential selection is of 95.875g dan estimated heritability is 0.082 at 30 days old larvae with improvement of weight as 70.25% than a control line.

SUHENDA, Ningrum

Penentuan kadar lemak pakan induk ikan baung (Mystus nemurus) untuk produksi benih berkualitas / Ningrum Suhenda

Dalam Laporan Hasil Riset TA. 2006 : 158-172

ABSTRAK : Dalam teknologi pembenihan, selain rangsangan hormon, formulasi pakan yang efektif dan efisien perlu diperoleh karena pakan memegang peranan penting untuk pematangan gonad dan menghasilkan telur dengan kualitas yang baik. Penelitian ini dilakukan di Instalasi Riset Lingkungan Perikanan Budidaya dan Toksikologi, Cibalagung, Bogor dengan tujuan untuk memperoleh data kadar lemak pakan yang tepat untuk pematangan gonad induk ikan baung. Induk ikan baung dengan bobot bervariasi antara 280g – 465 g dipelihara dalam kolam beton berukuran 3,5 x 2,5 x 0,8 m dengan padat penebaran 15 ekor per kolam selama 3 bulan. Pakan yang diberikan berupa pelet yang mengandung protein 35% dengan kadar lemak berbeda yaitu 4%, 6%, 8%, 10%, dan 12%. Pakan diberikan dengan ransum harian sebesar 2% dari bobot tubuh. Data indeks gonadosomatik, indeks ovosomatik, bobot telur, jumlah telur, diameter telur, derajat pembuahan, derajat penetasan telur, serta sintasan dan laju pertumbuhan bobot harian benih umur 21 hari diamati secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pakan dengan kadar lemak berbeda memberikan nilai indeks gonadosomatik berkisar antara 13,69 – 16,65%, indeks ovosomatik antara 11,26 – 14,62%, bobot telur antara 1,45 – 1,69 mg/butir, jumlah telur per kg induk 74.473 – 88.787 butir, diameter telur berkisar antara 1,37 – 1,66 mm, derajat pembuahan antara 67,15 – 93,29%, dan derajat penetasan antara 88,33 – 96,62%. Nilai laju pertumbuhan bobot harian benih umur 21 hari antara 18,12- 19,25% dengan nilai kelangsungan hidup berkisar antara 60,25 – 75,50%. Kadar lemak pakan dengan kadar 8% cenderung memberikan hasil terbaik apabila dilihat dari parameter-parameter yang diamati.

ABSTRACT : The production of good quality seed for culture purpose begins with proper attention to the nutritional requirements of the parental broodstock. The objective of this research was to know the level of lipid in broodstock feed to reach good seed production. The experiment was conducted in concrete ponds located at Research Instalation for Aquaculture Environment and Toxicology, Cibalagung, Bogor. Broodstock with an individual weight varied of 280 – 465 g were cultured in concrete pond 3.5 x 2.5 x 0.8 m3 with stocking density of 15 fish/ pond. Pelleted fish with 35% protein content and different lipid level of 4, 6, 8, 10, and 12 % were given with daily ratio 2 % of body weight. Gonadosomatic index, ovosomatic index; the weight, the number, and the diameter of egg; fertilization rate, hatching rate, and daily growth rate and survival rate of 21 days old seed were observed by descriptive method. The result showed that all of the broodstock were matured in three months. Gonadosomatic index were range between 13.69 – 16.65%, ovosomatic index : 11.26 – 14.62%. the weight of the egg was varied 1.45 – 1.69 mg/egg with the diameter in between 1.37 – 1.66 mm. The number of eggs per kg broodstock were varied from 74,473 – 88,787 with fertilization rate : 67.15 – 93.29%, and hatching rate were ranged from 88.33 – 96,62%. Average daily growth rate of the 21 days old offsprings was 18.12 – 19.25% with survival rate 60.25 – 75.50%. The feed with 8% lipid level tends give the best effect on the reproduction parameters and the performances of the seed.

KOMARUDIN, Oman

Efektifitas Chloramine T dan Getah Kamboja Terhadap Ektoparasit Serta Toleransi Benih Ikan Baung (Mystus nemurus) Pada Kedua Bahan Tersebut / Oman Komarudin dan Sutrisno

Dalam Laporan Hasil Riset TA. 2006 : 173-180

ABSTRAK : Ektoparasit merupakan pathogen penyebab penyakit parasiter yang menginfeksi benih ikan pada periode awal kehidupan ikan sehingga merupakan pembuka rusaknya pertahanan kesehatan ikan yang selanjutnya diikuti oleh infeksi sekunder berbagai pathogen lainnya. Selain itu akibat infeksi ektoparasit sering menimbulkan kematian pada benih. Upaya penanggulangan kematian akibat infeksi ektoparasit perlu dilakukan oleh karena itu harus diketahui berbagai jenis bahan yang dapat memberantas ektoparasit tersebut. Tujuan riset ini adalah untuk mengetahui tingkat toksisitas Chloramine T dan getah Kamboja terhadap benih ikan baung serta efektifitasnya untuk memberantas ektoparasit. Hasil menunjukan bahwa LC50 24 jam Cloramine T adalah 33.08-49.58 ppm dan LC50 24 jam Kulit kamboja 141.51-160.28 ppm. Sedangkan terhadap ektoprasit sampai dengan nilai diatas LC50 tidak efektif dapat membunuhnya.

ABSTRACT : Effectiveness of Chlorasol and body fluid of Kamboja against ectoparasit and the tolerance of Mystus nemurus on these drugs. By Oman Komarudin and Sutrisno. This study was carried out to determine the effectiveness of Chlorasol and body fluid of kamboja against ectoparasite on Mystus nemurus and its tolerance on these drugs. Result of this study showed that the LC50 of Chlorasol for the period of 24 hours are 33.08-49.58 ppm, and LC50 of body fluid of Kamboja for the period of 24 hours are141.51-160.28 ppm, while the two drugs against ectoparasite is considered not effective.

TAUKHID
Efektivitas penambahan vitamin C (Ascorbic Acid) pada pakan komersial bagi upaya pengendalian penyakit Koi Herpes Virus (KHV) pada ikan mas, Cyprinus carpio / Taukhid
Dalam Laporan Hasil Riset TA. 2006 : 181-204
ABSTRAK : Riset dengan tujuan untuk mengevaluasi teknik pengendalian penyakit KHV pada ikan mas melalui penggunaan “imunostimulan” yaitu penambahan vitamin C pada pakan komersial dengan dosis yang berbeda telah dilakukan pada skala laboratorium. Wadah uji berupa bak plastik volume 80 liter yang diisi air sebanyak 60 liter, dan diisi ikan uji sebanyak 30 ekor. Suhu air pemeliharaan dipertahankan pada kisaran 23-27 oC. Penggantian air pemeliharaan dilakukan setiap 7 hari sebanyak 25% dari total volume air. Ikan mas uji berukuran antara 10-25 gram/ekor. Jumlah pakan yang diberikan sebanyak 5% berat biomassa per hari yang diberikan sebanyak 2 kali/hari. Penambahan vitamin C ke dalam pakan dilakukan secara konvensional dengan cara melekatkan vitamin C secara langsung beberapa saat sebelum diberikan. Pada hari ke-15, seluruh kelompok perlakuan diinfeksi KHV secara buatan dengan teknik kohabitasi. Perlakuan yang diterapkan adalah penambahan vitamin C jenis CFC-90 (microencapsulated vitamin C) pada pakan komersial dengan berbagai dosis penambahan, yaitu: (A) tanpa vitamin C, sebagai kontrol, (B) vitamin C sebanyak 250 mg/kg pakan, (C) vitamin C sebanyak 500 mg/kg pakan, (D) vitamin C sebanyak 750 mg/kg pakan, dan (E) vitamin C sebanyak 1000 mg/kg pakan. Masing-masing perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak 3 (tiga) kali. Pengamatan dilakukan terhadap tingkah laku, gejala klinis dan mortalitas ikan uji yang dilakukan setiap hari hingga akhir percobaan. Pengambilan sample untuk deteksi keberadaan KHV pada ikan uji dengan teknik PCR dilakukan sesaat sebelum proses uji tantang, serta hari ke-7, 14, dan 21 setelah proses uji tantang. Rataan persen sintasan ikan uji tertinggi pada akhir riset diperoleh pada penambahan vitamin C sebanyak 750 mg/kg pakan yaitu sebesar 82,22%; diikuti dengan penambahan vitamin C 250 mg/kg pakan sebesar 70,00%, vitamin C 1000 mg/kg pakan sebesar 61,11%; vitamin C 500 mg/kg pakan sebesar 58,89%; sedangkan rataan sintasan terendah diperoleh pada kelompok kontrol yaitu sebesar 27,78%. Analisa statistik terhadap persen sintasan kumulatif menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata pada selang kepercayaan 95% (P<0,05) antar kelompok perlakuan.

SUNARTO, Agus

Peningkatan Sensitivitas Diagnosa Koi Herpes Virus (KHV) Dengan Teknik Nested PCR / Agus Sunarto, Hessy Novita, Isti Koesharyani, Taukhid dan Tuti Sumiati

Dalam Laporan Hasil Riset TA. 2006 : 205-214

ABSTRAK : Koi herpesvirus (KHV) menyebabkan kerugian ekonomi dan dampak sosial yang sangat besar terhadap budidaya ikan mas dan koi di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapat teknik diagnosa KHV yang cepat, akurat dan punya sensitivitas yang tinggi yaitu dengan nested PCR. Metode diagnosa nested PCR dengan mendesign primer, setting temperatur, uji spesifisitas dan sensitivitas nested PCR-KHV. Hasil menunjukkan bahwa nested PCR lebih sensitif 10 kali dari Gray et al (2002) dan 1000 kali lebih sensitif dari Gilad et al (2002). Pengembangan sensitivitas KHV dengan nested PCR dapat mendeteksi penyakit KHV sub klinis, sehingga dapat dipakai sebagai early warning system dalam pengendalian penyakit KHV. Arti penting penemuan ini didalam pengendalian KHV juga dibahas dalam makalah ini.

ABSTRACT : Koi herpesvirus (KHV) has caused severe economic loss and significant social impact in Indonesian koi and common carp culture. The aims of research was to getting diagnosis technical for KHV disease which very fast, accurate and have high sensitivity as one of to prevent the disease with nested PCR. Current diagnostic nested PCR methods are primer designed, temperature setting, specificities and sensitivity assay of nested PCR KHV.
The results showed that nested PCR has more sensitive 10 times than Gray et al (2002) and 1000 times than Gilad et al (2002). Development of sensitivity diagnose KHV with nested PCR will be able to detection sub clines KHV disease so that use as early warning system to prevent KHV. The significant contribution of these findings on the control of KHV was also discussed in this paper.

KEYWORDS : KOI HERPESVIRUS, NESTED PCR, SENSITIVITY, EARLY WARNING SYSTEM


ARIFIN, Otong Zenal

Pembentukan populasi dasar (G-1) ikan mas (Cyprinus carpio) melalui program seleksi untuk menghasilkan ikan mas unggul tahan KHV /Otong Zenal Arifin

Dalam Laporan Hasil Riset TA. 2006 : 215-220

ABSTRAK : Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan populasi ikan mas yang memiliki keragaan ketahanan terhadap KHV yang baik sebagai kandidat untuk program seleksi. Tiga puluh empat populasi ikan mas digunakan dalam penelitian ini. Penelitian dilakukan dalam jaring yang dilet di kolam. Pembentukan ikan uji dilakukan di Instalasi Penelitian Cijeruk, Bogor. Sedangkan pengujian ketahanan terhadap KHV dilakukan di laboratorium Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Sempur Bogor. Parameter yang diamati berupa ketahanan terhadap penyakit Koi Herve Virus. Hasil yang diperoleh 6 famili terbaik pada diallel cross yang sebagian besar berasal dari induk betina ke-1 ikan rajadanu (R1.1, R1.2, R1.3, R1.4, R2.2, dan R2.5) Sedangkan pada pooling gamet, famili terbaik banyak dihasilkan dari turunan induk betina ikan mas strain rajadanu (RR, WR, WM, MR).

AZWAR, Zafril Imran

Perbaikan Produksi Benih Ikan Betutu Dengan Managemen Pemberian Pakan Alami Dan Buatan / Zafril Imran Azwar, Imam Taufik dan Dewi Puspaningsih

Dalam Laporan Hasil Riset TA. 2006 : 221-232

ABSTRAK : Empat perbedaan pemberian kombinasi pakan alami yang diperkaya pakan buatan telah diuji pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan kelulusan hidup benih ikan betutu . Percobaan dilakukan dalam wadah toples plastik yang berisi air volume 7 L dilengkapi aerasi dengan dasar wadah dilubangi dan dipasang net yang berfungsi menimbulkan sirkulasi air. Wadah direndam dalam bak fiberglass yang diisi air dan diberi pemanas air. Padat tebar ikan uji adalah 3 ekor/L benih umur 25 hari. Rancangan percobaan yang dipergunakan berupa Rancangan Acak Lengkap dengan perlakuan pakan alami Moina sp dan nauplii Artemia (50%:50%), Moina sp (100%) diperkaya minyak ikan, Moina sp (100%) diperkaya minyak ikan dan tepung telur, Moina sp (100%) diperkaya minyak ikan dan pakan buatan, yang masing-masing memiliki 3 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pakan alami Moina sp (100%) diperkaya minyak ikan dan pakan buatan cukup mendukung pertambahan berat dan panjang benih betutu selama masa pemeliharaan, masing-masing dengan 0.22 g dan 2.18 cm. Sintasan sampai dengan akhir penelitian berkisar antara 43.33%-70%.

ABSTRACT : Four difference combination of enrichment natural feed and artificial feed were tested for their effects on the growth and survival rate of sand goby (Oxyeleotris marmoratus Blkr) seed. The experiments was done on the plastic jars with filled 7 L of water equipped with aeration, with the net on the bottom of the jars function as resirculation of water. The jars were put in the fiberglass filled with water and water heater. The stocking density was 3 fry/L 25 days seed. CDR (Complete Random Design) was used in this analysis. The treatments were: Moina sp and nauplii Artemia combination (50%:50%), Moina sp (100%) enrich with cod oil, Moina sp (100%) enrich with cod oil and egg meal, Moina sp (100%) enrich with cod oil and artificial feed. The result showed that Moina sp (100%) enrich with cod oil and artificial feed was enough to growth of sand goby seed. The survival rate until the end of the experiments ranged between 43.33%-70%.

KEYWORDS: MANAGEMENT, MOINA SP, SAND GOBY SEED


TAUFIK, Imam

Pengaruh Sistim Pergantian Air Yang Berbeda Pada Pemeliharaan Benih Ikan Betutu (Oxyeleotris marmorata Blkr) / Imam Taufik, Zafril I.A., dan Sutrisno

Dalam Laporan Hasil Riset TA. 2006 : 233-243

ABSTRAK : Penelitian bertujuan untuk mengetahui sistem pergantian air yang paling baik pada memeliharan benih ikan betutu. Wadah penelitian: 12 unit bak kayu berlapis plastik (1,9 x 0,8 x 0,5 m) diisi air 500 L, ditempatkan dalam ruang terlindung dan dilengkapi dengan aerasi. Hewan uji: benih ikan betutu ukuran bobot 0,7 – 1,2 g/ekor, padat tebar 1 ekor/5 liter air, diberi pakan alami dengan waktu pemeliharaan 12 minggu. Perlakuan berupa perbedaan sistim pergantian air: (a) resirkulasi, (b) semi statis dan (c) continous flow. Parameter yang diukur: sintasan, pertumbuhan dan produktivitas benih ikan betutu serta sifat fisika-kimia air pemeliharaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pergantian air dengan sistim resirkulasi memberikan sintasan yang paling baik terhadap benih ikan betutu (33,0%) dibanding continous flow (28,3%) dan berbeda nyata (P<0,05) dengan sistim semi statis (21,3%). Laju pertumbuhan spesifik benih ikan betutu antara perlakuan tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan nilai secara berturut-turut sebesar: 1,41%; 1,31%; dan 1,50%.

ABSTRACT : The goal of this experiment is to obtain the information on survival rate and growth of sand goby fries. The experiment was conducted at research station Cibalagung-Bogor. Twelve container of 1.9 x 0.8 x 0.5 cm in size were used in this experiment, each container was stocked with 1 fish/5L of sand goby fries with 0.7-1.2 gram weigt. Three different water substitution were aplied i.e (a) recirculation, (b) semi static, (c) continous flow. Each traetment was applied in three replicates. The result showed that the recirculation gave the best result on survival (33.0%) compared with continous flow (28.3%) and significantly different from semi static (21.3%).

KEYWORDS : SURVIVAL RATE, SAND GOBY, WATER SUBSTITUTION.
TAUFIK, Pipik

Penelitian Pencegahan Penyakit Ikan Betutu Ukuran Budidaya Pembesaran / Pipik Taufik, Dayat Bastiawan, Uni Purwaningsih, dan Zafril Imran Azwar

Dalam Laporan Hasil Riset TA. 2006 : 244-248
ABSTRAK : Penelitian patogenitas isolat bakteri ikan betutu (Oxyeolatris marmorata Blkr) hasil tahun 2005, vaksinasi dan pengaruh herbal terapi terhadap penyakit ikan betutu telah dilakukan, dengan tujuan mengetahui jenis bakteri patogen, keefektifan dari vaksin Aeromonas hydrophila dan sambiloto (Andrographis paniculata) terhadap patogen A. hydraphila. Setiap 0,2 ml larutan bakteri uji umur 24 jam dalam tryptic soy broth (TSB) disuntikan intramuskular (im) pada setiap ekor ikan betutu ukuran 25-50 gram, kemudian dipelihara dalam akuarium bereisi 40 liter air dan diamati kematian ikan setiap hari selama 7 hari. Vaksinasi dilakukan dengan dosis perlakuan 104-1010 cfu/ekor ikan, setiap ikan uji ukuran 25-50 gram disuntik im dengan 0,5 ml vaksin dan setelah 21 hari divaksin ulang, pada hari ke-36 diuji tantang dengan A. hydrophila. Ikan uji diinfeksi 0,2 ml larutan A. hydrophila no. 2 kemudian direndam dalam larutan sambiloto dengan dosis perlakuan 100-800 ppm, pengamatan kematian ikan dilakukan setiap hari selama 10 hari. Hasil menunjukan bahwa 6 dari 10 isolat uji bersifat patogen terhadap ikan betutu, vaksinasi tidak menunjukan keefektifannya, ikan uji mulai hari ke 1-7 terserang penyakit dan pada hari ke 17 semanya mengalami kematian. Perendaman dengan sambiloto 100-800 ppm selama 24 jam terhadap ikan betutu sakit tidak menunjukan keefektifannya, ikan uji pada hari ke 10 mengalami kematian 95-100%.

KEYWORDS : PATOGENITAS BAKTERI, VAKSINASI DAN HERBAL TERAPI.


SULHI, M.

Pengaruh Kadar Lemak Pakan Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Sintasan Benih Ikan Batak (Tor soro ) / M. Sulhi, Sidi Asih, Jojo Subagja dan Ningrum Suhenda

Dalam Laporan Hasil Riset TA. 2006 : 249-261

ABSTRAK : Suatu penelitian telah dilakukan di laboratorium basah Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar, Bogor. Selama 3 bulan dengan tujuan untuk mengetahui kadar lemak yang optimal dalam pakan mendukung pertumbuhan dan sintasan benih ikan batak (Tor soro). Rancangan percobaan yang digunakan yaitu Rancangan Acak lengkap dengan 5 perlakuan dan 3 ulangan. Sebagai perlakuan adalah perbedaan kadar lemak dalam pakan yaitu 4% (A) ; 6% (B); 8% (C) ; 10% (D); 12% (E). Ikan uji yang digunakan adalah benih ikan batak dengan bobot awal 10,2 g. Ikan uji dipelihara dalam akuarium ukuran 60x40x50 cm dengan menggunakan sistim resirkulasi. Padat penebaran benih 50 ekor/akuarium. Pakan yang digunakan mempunyai kandungan protein 35% dan diberikan perhari sebanyak 4% dari bobot tubuh, frekuensi pemberian 3 kali. Parameter yang diamati meliputi pertumbuhan, sintasan, konversi pakan dan kualitas air sebagai pendukung. Hasil penelitian menunjukan bahwa pakan dengan kadar lemak 4% cukup mendukung pertumbuhandan sintasan benih ikan batak dengan pertumbuhan bobot rata-rata individu 17,53 g, Sintasan 81,33%, Konversi pakan 3,99 dan retensi lemak 70,63%.


ABSTRACT : The study was conducted in wet lab RIFFA Bogor to determine the effect of dietary lipid levels on growth and survival rate of Tor soro Fry. The fry with averaging individual body weight of 10,2 g were stocked in aquarium (60x40x50 cm) with stocking density 50 fry/aquarium. The Experimental design were used is Completely Randomized Design with five treatment lipid levels and three replications. The daily feed was given at 4% of body weight, feeding frequency was three times a day. The parameter observed was weight gain, survival rate, feed convertion ratio and water quality. The result showed that the feed containing 4% lipid was enough to growth and survival rate of Tor soro fry with individual weight gain 17,53 g, survival rate 81,33%, feed conversion ratio 3,99 and lipid retention 70,63%.

KEYWORDS : LIPID LEVEL, GROWTH, LIPID RETENTION, TOR SORO.

ASIH, Sidi

Penentuan Variasi Genetik Ikan Batak (Tor soro) Dari Sumatera Utara Dengan Metode Analisis RANDOM AMPLIFIED POLYMORPHISM DNA (RAPD) / Sidi Asih, E. Nugroho, Anang H. K dan Mulyasari

Dalam Laporan Hasil Riset TA. 2006 : 262-270

ABSTRAK : Variasi genetik ikan batak yang dikoleksi dari daerah Asahan, Tarutung, Aek Sirambe, Bahorok di Sumatera Utara dan Sumedang di Jawa Barat telah diteliti menggunakan metode Random Amplified Polymorphism DNA (RAPD). Primer yang digunakan untuk analisis adalah OPC-01 dan OPC-02. Dari 2 primer yang dicoba hanya OPC-01 yang menunjukkan hasil PCR yang baik. Berdasarkan nilai rata-rata heterozigositas dan persentase loci polimorfik diketahui bahwa secara umum keragaman genetik ikan batak yang dianalisis tergolong rendah. Analisis RAPD menunjukkan secara genetik tidak ada perbedaan yang nyata diantara ke lima populasi ikan batak.

KATA KUNCI : VARIASI GENETIK, TOR SORO, METODE RAPD

ABSTRACT : The Genetic variability of Tor soro collected from Asahan, Tarutung, Aek Sirambe, Bahorok (North Sumatera) and Sumedang (West Java) were examined by RAPD markers. Primers used for analysis were OPC-01 and OPC-02. Only OPC-01 showed good PCR result. Based on heterozigosity average and percentage of polimorphyc loci value, genetic variation of Tor soro of North Sumatera were low. RAPD primers showed significant differerence among collections.

KEYWORDS : GENETIC VARIATION, TOR SORO, RAPD METHODS



PARTASASMITA, Suwidah

Respon Ikan Tor sp. Terhadap Infeksi Bakteri Aeromonas hydrophilla / Suwidah Partasasmita, Uni Purwaningsih, Tuti Sumiati dan Edy Farid

Dalam Laporan Hasil Riset TA. 2006 : 271-289

ABSTRAK : Tor sp. adalah salah satu jenis ikan perairan umum yang keberadaan habitatnya sudah langka. Domestikasi dan pembudidayaan ikan tersebut akan membantu pelestarian dan juga dapat meningkatkan kesejahteraan karena untuk sebagian masyarakat ikan ini memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Aeromonas hydrophila dikenal sebagai bakteri yang sering merugikan budidaya ikan air tawar dan keberadaanya dapat ditemukan dimana-mana sehingga ikan Tor sp yang akan dibudidayakan memiliki perluang untuk dapat terserang.
Untuk melengkapi data ikan Tor sp. yang akan disebarluaskan ke masyarakat maka dilakukan penelitian untuk mengetahui respon ikan Tor sp. terhadap infeksi bakteri Aeromonas hydrophila dengan tujuan untuk melihat ketahanan ikan tersebut serta gejala klinis maupun histopatologinya.
Penelitian ini dilakukan dalam skala laboratorium dan lapangan dengan 3 kali ulangan. Infeksi dilakukan secara intraperitoneal. Hasil pengamatan ikan Tor sp yang diinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila 1011 cfu/ml dan 109 cfu/ml menunjukkan tingkat mortalitas hingga 100% sedangkan untuk infeksi 107 cfu/ml dan 105 cfu/ml tidak ditemukan adanya kematian. Gejala klinis yang timbul yaitu tampak dari luar warna kemerahan pada bagian ventral dari anus sampai bagian dada, basal sirip anal dan sirip ventral serta dropsi pada bagian perut. Gambaran histopatologi pada organ hati, ginjal dan limpa menunjukkan adanya pengaruh invasi bakteri dengan terlihatnya kongesti, sel-sel yang rusak dan mati, vakuola serta melanomakrofag.

KATA KUNCI : TOR SP, AEROMONAS HYDROPHILA


DJAJASEWAKA, Hidayat

Pengaruh Kadar Lipid Berbeda Terhadap Produksi dan Kualitas Telur Induk Ikan Nilem (Osteochilus hasselti) / Hidayat Djajasewaka, Reza Samsudin, Ani Widiyati dan Yohanna.

Dalam Laporan Hasil Riset TA. 2006 : 290-299

ABSTRAK : Penelitian pakan ikan nilem dengan kandungan lipid berbeda telah dilakukan terhadap induk ikan nilem yang dipelihara dalam tangki serat kaca. Calon induk nilem betina dengan bobot individu 95 gram per ekor diberi pakan induk yang beda lipidnya yaitu 4%, 6%, 8% dan 10%. Sedangkan kandungan protein dari pakan tersebut adalah sama yaitu 42%. Padat tebar 20 ekor per wadah dengan pemberian pakan 1 – 2 % per hari dari bobot total induk nilem. Dari hasil percobaan ini menunjukkan bahwa semua perlakuan pakan memberikan hasil pertambahan bobot tubuh, konversi pakan, produksi telur, indek kematangan gonad, bobot gonad, serta kandungan protein dan lemak dalam telur ikan nilem tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P > 0,05). Telur ikan nilem mengandung asam amino dan asam lemak yang lengkap, asam glutamat histidin, prolin, asam linoleat dan asam linolenat dalam telur ikan nilem memberikan rasa yang enak dan kelezatan yang tinggi.

ABSTRACT : The study was conducted on the effect of different levels lipid in diets production and quality of egg from nilem broodstock reared in fiberglass. Broaders with 95 gram for female, were fed diets containing different levels of lipid, 4%, 6%, 8% and 10%. The protein contain of the diet for 42 %. The density of 20 female per fiberglass and daily fed ration of 1.0 – 2.0% of body weight. The result of experiment indicated that all diet gave weight gain, fed convertion ratio, production of egg, GSI, gonada weight and the egg of nilem containing protein and lipid were not significantly different (P>0.05). The eggs of nilem content completely amino acids and fatty acids, glutamic acids, histidine, proline, linoleic acids and linolenic acids, give egg its a good taste and delicious.

Keywords : Osteochilus hasselti, lipid, egg.

SUBAGJA, Jojo

Penentuan Dosis Hormon Steroid dan Teknik Pemberian Untuk Feminisasi Ikan Nilem (Osteochilus haselti) / Jojo Subagja, Rudhy Gustiano dan Hidajat Djajasewaka

Dalam Laporan Hasil Riset TA. 2006 : 300-312

ABSTRAK : Pengaruh perendaman hormon steroid 17β-estradiol (E2) pada fase bintik mata dan larva baru menetas hingga mulai makan terhadap keberhasilan pengalihan kelamin menjadi betina ikan nilem (Osteochilus haselti) telah di teliti di Instalasi Riset Plasma Nutfah Perikanan Air Tawar Cijeruk. Perbedaan dosis hormon pada perendaman embrio fase bintik mata yaitu 400ug.L-1; 200 ug.L-1; 100 ug.L-1 dan kontrol, serta konsentrasi hormon pada perendaman fase larva adalah 100 ug.L-1; 75 ug.L-1; 50 ug.L-1dan kontrol. Nisbah kelamin betina tertinggi sebesar 94% atau meningkat 30% dari kontrol dicapai pada perlakuan perendaman fase bintik mata pada konsentrasi 400 ug/L, sedangkan melalui perendaman larva nisbah kelamin tertinggi yaitu sebesar 75% atau meningkat 13% dari kontrol dicapai pada konsentrasi 50 ug.L-1.

WINARLIN

Pengaruh Tingkat Kedalaman Air Terhadap Perkembangan Pakan Alami Untuk Pertumbuhan Benih Ikan Nilem / Winarlin, Eri Setiadi, Ani Widiyati, dan Hidayat Djajasewaka

Dalam Laporan Hasil Riset TA. 2006 : 313-332

ABSTRAK : Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan kedalaman air media pemeliharaan yang optimal untuk peningkatan kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih ikan nilem (Osteochilus hasselti C.V.). Penelitian dilakukan di Inris Cijeruk Bogor. Wadah yang digunakan adalah kolam berukuran 2 X 5 m2 dengan kedalaman air kolam berbeda yaitu 120 cm, 60 cm dan 30 cm. Ikan uji adalah benih ikan nilem berumur 5 hari setelah menetas. Penelitian dibagi dalam 2 tahap kegiatan, yaitu: pertama, pengamatan perkembangan pakan alami pada 3 kolam dengan kedalaman air berbeda selama 3 minggu, sedangkan kedua, pengamatan pertumbuhan benih ikan nilem yang dipelihara dengan kepadatan 1000 ekor/m3 di kolam yang kedalaman airnya berbeda, sampai mencapai ukuran ± 5 gram/ekor. Pengamatan/Sampling dilakukan 3 – 10 hari sekali selama penelitian. Parameter yang diamati adalah: Tingkat kelangsungan hidup (SR), Laju pertumbuhan spesifik (LPS), cuaca harian, kualitas air, kecerahan, jumlah dan jenis pakan alami, serta jenis makanan dalam perut ikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedalaman air berpengaruh terhadap laju pertumbuhan spesifik benih ikan nilem (p<0,05), yang tertinggi diperoleh pada kolam dengan kedalaman air 30 cm yaitu 8,53 ± 0,38 % dan terendah 6,37 ± 0,08 % diperoleh pada kolam dengan kedalaman 120 cm, namun tidak berpengaruh terhadap kelangsungan hidup(p>0,05).

ABSTRACT : The aim of this research to obtained the optimum water depth for increasing on survival and growth rate of nilem fish larvae. The research was conducted at Freshwater aquaculture biodiversity Research station, Cijeruk, Bogor. Three ponds of 2 X 5 m2 in size were used different water depth on 120 cm, 60 cm and 30 cm. 5 days old fish larvae were stocked with 1000 larvae/m3 and were reared during 85 days up to larvae size ± 5 grams . The result showed that water depth were significant on growth of larvae but not significant on survival rate of larvae.


KRISTANTO, Anang Hari

Perkembangan Variasi Telur dan Sperma Induk Ikan Belida Yang Dipelihara Di Kolam / Anang Hari Kristanto, Nuryadi, Yosmaniar dan Sutrisno

Dalam Laporan Hasil Riset TA. 2006 : 333-341

ABSTRAK : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan dan variasi perkembangan telur dan sperma induk ikan belida per bulan. Induk ikan belida dipelihara dikolam dengan perlakuan induk betina saja, induk betina yang dicampur dengan induk jantan dan induk jantan saja. Pengukuran suhu harian dan curah hujan dan konductivity selama pemeliharaan dan pengaruhnya terhadap perkembangan variasi telur dan jumlah sperma serta motilitynya. Selama pengamatan lima bulan, peningkatan curah hujan mempengaruhi perubahan suhu dan konduktivity pada kolam pemeliharaan. Induk ikan belida yang dipelihara bersama (jantan dan betina) pada pemeliharaan 2 bulan pertama persentase induk jantan matang 100 %, dan induk betina yang mengandung telur 60 % – 80 %. Sedangkan pada induk jantan saja 50 – 66 % dan induk betina saja 30 – 80 %, pada 3 bulan berikutnya dimana masuk musim penghujan persentase induk ikan yang dipelihara bersama, induk jantan matang 40 % - 60 % dan betina yang mengandung telur 0 %- 20 %. Sedangkan pada pemeliharaan induk jantan saja terdapat 66 – 100 % induk matang dan pada pemeliharaan induk betina saja 50 % yang mengandung telur.



YOSMANIAR

Studi Perkembangan Gonad Induk Ikan Belida (Notopterus sp) Melalui Pendekatan Pakan / Yosmaniar, Anang H.K., Hidayat D. Dan Dewi P.
Dalam Laporan Hasil Riset TA. 2006 : 342-348
ABSTRAK : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan vitamin E pada pakan pada pematangan gonad induk ikan belida. Ikan uji yang digunakan adalah induk ikan belida ukuran berkisar 50 – 157,5 g. Wadah pemeliharaan yang digunakan adalah 3 buah bak beton bulat yaitu 2 buah volume 10 m 3 dengan kepadatan 100 ekor/bak dan 1 buah volume 20 m3 dengan kepadatan 200 ekor. Ketinggian air pada masing-masing bak 100 cm. Pakan untuk percobaan ini: (1) ikan rucah + vitamin E 200 mg/kg pakan, (2) ikan rucah + vitamin E 300 mg/kg pakan, dan (3) ikan rucah + vitamin E 400 mg/kg pakan. Pakan diberikan sore hari sebanyak 2 % dari populasi ikan, lama pemeliharaan 3 bulan. Peubah yang diamati adalah tingkat kematangan gonad dan kualitas air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan ikan rucah + vitamin E 400 mg/kg lebih baik yaitu menghasilkan 6 % dari populasi TKG IV dengan nilai GSI 5,5 %.

ABSTRACT : This research was aimed at determining effect of different dietary levels of vitamin E on gonadal maturation of Notopterus sp. It was size 50 – 157,5 g. Used three container permanent cycle, it was two 100 fish/10 m 3 and then 200 fish/20 m 3. The water level 100 cm. The dietary treatment was (1) trash fish + vit E 200mg/kg; (2) trash fish + Vit E 300mg/kg and (3) trash fish + vit E 400mg/kg, gived at afternoon 2 %. This research during three months . The parameter development gonadal of maturation and water analysis. The research showed that dietary trash fish + vit E 400 mg/kg the highest for 6 % maturation gonadal level IV with IGS 5,5 %


SETIADI, Eri

Pengaruh Padat Tebar Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Sintasan Pada Elver (Anguilla bicolor) Dalam Sistem Resirkulasi di Dalam Panti Benih /Eri Setiadi, Jojo Subagja, dan M. Fatuchri Sukadi

Dalam Laporan Hasil Riset TA. 2006 : 349-356

ABSTRAK : Sidat merupakan ikan yang memiliki nilai ekonomi baik lokal maupun luar negeri. Penelitian sidat ini dilakukan di Instalasi Riset cijeruk, Bogor. Penelitian terdiri dari dua tahapan, yaitu tahapan I merupakan uji pendahuluan, sedangkan penelitian tahap II merupakan penelitian yang sebenarnya. Penelitian tahap II terdiri dari tiga perlakuan dengan masing-masing perlakuan tiga kali pengulangan, yaitu A) 10 individu/liter, B) 20 individu/liter, dan C) 30 individu/liter. Hasil penelitian tahap I pada pertumbuhan panjang total dan pertambahan bobot diperoleh hasil yang tidak berbeda, sedangkan sintasan menunjukkan perbedaan. Hasil penelitian pada tahap dua menunjukkan bahwa tidak ada perbedaaan terhadap pertumbuhan panjang dan pertambahan bobot dengan masing-masing nilai sebesar 5,93  0,30 cm, 6,01  0,34 cm, 5,98  0,33 cm dan 2,61  1,22 gr, 2,77  1,30 gr, 2,69  1,26 gr. Hasil sintasan menunjukkan adanya perbedaan, yaitu yang terbaik dijumpai pada perlakuan C (69,27%) kemudian diikuti oleh perlakuan B (56.75%) dan C (43,77%). Namun demikian hasil pada penelitian tahap dua masih berlanjut.

Tidak ada komentar: