Jumat, 04 Juli 2008

ABSTRAK TAHUN 2007

KUSMINI, Irin Iriana
Pemuliaan Dan Teknik Produksi Benih Huna Biru (Cherax albertisii) / Irin Iriana kusmini, Estu Nugroho dan Reza Samsudin
Dalam Laporan Hasil Riset TA. 2007 :

ABSTRAK : Tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh populasi sintetis Cherax albertisii yang mempunyai keunggulan dalam pertumbuhan. Metodologi yang digunakan adalah pemijahan antar Cherax albertisii dari berbagai lokasi dengan cara resiprokal dengan perbandingan jantan : betina sebanyak 9 : 15 ekor, ulangan merupakan induk-induk yang bertelur untuk masing-masing perlakuan. Untuk mengetahui kekerabatan Cherax albertisii dari berbagai lokasi. Hasil pengamatan populasi sintetis belum diperoleh karena induk cherax baru menetas sehingga belum diperoleh pertumbuhan benihnya. Hasil sementara pemijahan secara resiprokal, setelah dihitung heterosis untuk jumlah benih yang dihasilkan menunjukkan bahwa persilangan antara jantan Balai dengan betina Sukabumi mempunyai nilai heterosis yang lebih baik dibandingkan dengan persilangan lainnya. Hasil analisis Mt DNA tidak terdapat perbedaan yang nyata antara berbagai lokasi Cherax albertisii, panjang daerah Mt DNA D-loop berkisar antara 500-550 bp, monomorfik atau homozigositas untuk semua lokasi.


MULYASARI
Perbaikan Produktifitas Cherax quadricarinatus Melalui Program Selective Breeding Pada Trait Pertumbuhan / Mulyasari
Dalam Laporan Hasil Riset TA. 2007 :

ABSTRAK :




















PURWANINGSIH, Uni

Pengendalian Beberapa Patogen Potensial Pada Huna (Cherax spp.) / Uni Purwaningsih; Taukhid

Dalam Laporan Hasil Riset TA. 2007 :

ABSTRAK : Pada mulanya, huna capit merah (Cherax quadriacarinatus) merupakan salah satu jenis lobster air tawar yang diperuntukkan sebagai ikan hias, karena memiliki warna tubuh yang penuh warna. Introduksi jenis huna tersebut ke Indonesia telah memberi inspirasi kepada pioneer untuk dibudidayakan secara terkontrol pada skala rumah tangga. Keberhasilan pembenihan & pembesaran huna capit merah di Indonesia telah memikat banyak pihak untuk membudidayakannya, serta memperluas pangsa pasar yang lebih strategis, yaitu konsumsi. Masalah timbulnya penyakit merupakan konsekuensi yang pasti dari intensifikasi budidaya. Berdasarkan hasil riset 2006, ditemukan adanya beberapa jenis patogen yang berpotensi dapat menimbulkan masalah pada budidaya huna. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan teknik pengendalian penyakit potensial parasit (protozoa & monogenetic trematode) dan bakteri (Aeromonas hydrophilla) pada huna melalui pendekatan kemoterapis dan biologis. Penelitian ini menggunakan bahan kimia yaitu Formalin dan garam serta bahan herbal yaitu ekstrak mengkudu (Morinda citrifolia Linn) dan ekstrak tembakau (Nicotiana tobacum) yang diuji efektivitasnya untuk menanggulangi penyakit akibat parasit dan bakteri pada huna. Masing– masing pengujian menggunakan rancangan acak lengkap dengan 5 perlakuan dan 3 ulangan. Parameter yang diamati adalah gejala klinis dan survival rate. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui efektivitas terbaik penggunaan bahan kimia dan herbal yang diuji adalah sebagai berikut formalin dengan konsentrasi 100 ppm, garam dengan konsentrasi 4 ppt, ekstrak tembakau dengan konsentrasi 200 ppm dan ekstrak mengkudu dengan konsentrasi 3.325 ppm.


AHMAD, Taufik
Uji Multi Lokasi Budidaya Huna Biru (Cherax albertisii) Dan Capit Merah (C. Quadricarinatus) / Taufik Ahmad;
Dalam Laporan Hasil Riset TA. 2007 :

ABSTRAK :















SUGIANI, Desy

Inventarisasi Patogen dengan Prevalent Tinggi pada Cherax spp. / Desy Sugiani, Johan Effendi dan Taukhid

Dalam Laporan Hasil Riset TA. 2007 :

ABSTRACT : Paracytic pathogen at fishery of conducting seldom result sporadic disease epidemic, but at high attack intensity can generate loss of economics. Besides can result death, infection of paracytic physic at huna also can reduce weight, performance and reduces body resilience, so that often exploited as port of entry for secondary infection by fungi and bacterium. Ekstensification and intensification of conducting huna in Indonesia always grows, one of technical constraint which has started felt by most of aquaculturist is disease trouble, either infeksius and also non-infeksius. Research of stocktaking and identification ekto parasite at huna conducting in West Java area and Central Java has been done at period the year 2006 - 2007. Bacterial preparation taken from hepatopancreas and gill. Ekto parasite is infection huna conducting observed from organ: carapace, gill, abdomen, walking leg & swim, antenna, uropod and telson. From result of this research at least known [by] one bactery, one parasite types from group of protozoa and platyhelminthes, and mushroom having level of prevalence and high insidensi at huna conducting.

Keyword: ekto parasite, huna Redclaw ( Cherax quadricarinatus), blue huna ( Cherax albertisii)

ABSTRAK : Patogen parasitik pada perikanan budidaya jarang mengakibatkan wabah penyakit yang sporadis, namun pada intensitas penyerangan yang tinggi dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang signifikan. Selain dapat mengakibatkan kematian, infeksi jasad parasitik pada huna juga dapat menurunkan bobot, performance serta menurunkan ketahanan tubuh, sehingga sering dimanfaatkan sebagai port of entry bagi penginfeksi sekunder oleh patogen lain seperti jamur dan bakteri. Ekstensifikasi dan intensifikasi budidaya huna di Indonesia terus berkembang, salah satu kendala teknis yang sudah mulai dirasakan oleh sebagian besar pembudidaya adalah gangguan penyakit, baik infeksius maupun non-infeksius. Penelitian inventarisasi dan identifikasi ekto parasit pada huna budidaya di daerah Jawa Barat dan Jawa Tengah telah dilakukan pada periode tahun 2006 – 2007. Ekto parasit yang menginfeksi huna budidaya diamati dari organ: karapas, insang, abdomen, kaki jalan & renang, antenna, uropoda dan telson. Preparat bakteri diambil dari hepatopancreas dan insang. Dari hasil penelitian ini sedikitnya diketahui satu jenis bakteri, parasit dari kelompok protozoa dan platyhelminthes, dan jamur yang memiliki tingkat prevalensi dan insidensi tinggi pada huna yang dibudidayakan.

Kata kunci: ekto parasit, huna capitmerah (Cherax quadriacarinatus), huna biru (Cherax albertisii)









GUSTIANO, Rudhy
Peningkatan Keragaan Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) Dengan Seleksi Famili / Rudhy Gustiano, Otong Zenal Arifin, Jojo Subagya dan Sidi Asih

Dalam Laporan Hasil Riset TA. 2007 :

ABSTRAK : Teknik spesifik seleksi pada bobot telah banyak diterapkan pada berbagai kajian pertumbuhan ikan, termasuk ikan nila. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk menganalisa respon seleksi dan heretabilitas pada ikan yang diseleksi. Pada seleksi bobot, langkah pertama yang dilakukan nadalah adalah memilah (grading) individu ikan diseleksi ketika berumur 2 bulan untuk menyeragamkan ukuran. Kemudian dilakukan seleksi terhadap populasi pada umur 7 bulan. Pengamatan pertumbuhan dilakukan setiap bulan selama 5 bulan untuk mendapatkan nilai pertumbuhan dari populasi ikan yang diamati. Hasil yang diperoleh memperlihatkan bahwa ikan seleksi menunjukkan peningkatan bobot tubuh sebesar 10,62% dibandingkan dengan kontrol (generasi sebelumnya). Sedangkan untuk panjang didapatkan peningkatan sebesar 2,70%. Namun demikian ANOVA tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata antara populasi hasil seleksi dan control untuk perubahan bobot dan panjang yang diperoleh pada ikan hasil seleksi (P > 0,05). Respon seleksi yang dihitung berdasarkan berbedaan rataan antara populasi seleksi dan kontrol adalah sebesar 11.5 g untuk bobot dan 4,1 mm untuk panjang. Heretabilitas yang diperoleh adalah sebesar 0.11 untuk bobot dan 0,10 untuk panjang.
Kata kunci: ikan nila, tilapia seleksi, genetik,

WIDYASTUTI, Yohanna R.
Evaluasi Bioreproduksi Ikan Nila Hasil Peningkatan Keragaan Biologis / Yohanna R. Widyastuti, Jojo Subagja, Rudhy Gustiano
Dalam Laporan Hasil Riset TA. 2007 :

ABSTRAK : Ikan nila merupakan jenis ikan ekonomis penting di Indonesia. Teknologi budidayanya telah berkembang di masyarakat karena spesies ini mudah tumbuh dan berkembang biak pada kisaran lingkungan yang luas. Dengan potensi tersebut perkembang biakan ikan nila hampir sulit dikontrol, sehingga untuk mempertahankan kualitas ikan nila yang mempunyai performa baik dari generasi ke generasi sulit dilakukan.Program seleksi merupakan salah satu cara untuk perbaikan genetik agar pertumbuhan tidak semakin menurun yang berakibat mempercepat laju kematangan kelamin. Dalam rangka mendukung program seleksi, penelitian ini dilakukan dengan tujuan memperoleh informasi keragaan bioreproduksi pada ikan nila hasil seleksi generasi kedua (F2). Kajian dilakukan untuk aspek bioreproduksi terhadap induk, parameter telur yang meliputi jumlah/fekunditas, diameter telur, persentase daya tetas, perkembangan telur dan embrio hingga larva. Pengamatan terhadap pertumbuhan benih dilakukan untuk panjang, berat dan sintasan sampai dengan umur 40 hari. Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa nila dapat dipijahkan secara buatan. Penetasan telur secara buatan lebih cepat dibandingkan penetasan secara alami. Dari kesimpulan sementara terhadap karakter pertumbuhan benih antara nila tetua (F1) dengan nila seleksi (F2) hingga umur 40 hari tidak menunjukan perbedaan.

Kata kunci : bioreproduksi, nila, keragaan biologis

ABSTRACT : Nile tilapia (Oreochromis niloticus) is one of economic freshwater species and favorite species to be cultured. The reasons are simple to culture and adaptable to various environment which effected difficult to control the breeding. Selection program is one alternative to maintenance the genetic quality of cultured tilapia to evercome of the growth decreasing problem and to avoid the risk of early sex mature. In order to supprot the program, objective of the present study is to gain information on bioreproduction parameter of selected tilapia. Evaluation of biological character of brood stock, fecundity, eggs diameter, hatching rate, embryonic development pattern and larval growth rate has been done. The result showed that artificial breeding can be used on tilapia. Artificial eggs hatching faster than normal hatching. Larval growth rate has no differences between parent (F1) and selected tilapia (F2).

Keywords : Bioreproduction, tilapia, biological character


TAUFIK, Pipik

Seleksi Ketahanan Beberapa Strain Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) Terhadap Infeksi Streptococcus Sp. / Pipik Taufik, Desy Sugiani dan Uni Purwaningsih

Dalam Laporan Hasil Riset TA. 2007 :

ABSTRAK : Kebutuhan akan protein hewani yang bermutu tinggi untuk masyarakat telah memacu dikembangkannya budidaya ikan nila secara intensif. Penerapan sistem budidaya intensif akan selalu diikuti timbulnya masalah salah satunya penyakit. Streptococcosis adalah salah satu jenis penyakit yang menyerang ikan nila dan akhir-akhir ini cukup serius menyebabkan kematian pada beberapa usaha budidaya ikan nila. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan strain ikan nila yang tahan terhadap infeksi Streptococcus sp. Isolat bakteri yang digunakan berasal dari cianjur yang telah duji petogenitasnya. Penelitian ini menggunakan ikan seleksi dan non seleksi. Masing-masing kelompok ikan nila diinjeksi sebanyak 0,1 cc secara intraperitoneal. Parameter yang diamati adalah gejala klinis dan Survival Rate (SR). Gejala klinis yang timbul setelah ikan nila diinfeksi dengan Streptococcus sp. antara lain warna sisik menjadi pucat gelap, ikan mengumpul didasar aquarium, tidak lincah, whirling dan nafsu makan menurun bahkan ada yang tidak respon sama sekali. Dari hasil penelitian diketahui bahwa strain 37 yang merupakan ikan seleksi memiliki ketahanan paling baik dibanding strain yang lain.

NURYADI

Evaluasi Keragaan Dan Keragaman Genetik Ikan Nila (Oreochomis Niloticus) Hasil Program Seleksi Berdasarkan Karakter Morfometrik Dan DNA /Nuryadi, Otong Z. Arifin, Mulyasari dan Rudhy Gustiano

Dalam Laporan Hasil Riset TA. 2007 :

ABSTRAK : Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui keragaman genetik dan hubungan kekerabatan antar populasi ikan nila pada program seleksi di Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Bogor. Tiga populasi ikan nila diamati keragaman genetiknya menggunakan metode truss morfometrik dan meristik untuk keragaman penotipe dan Randomly Amplified Polimorphic DNA (RAPD) untuk keragaman genotipe. Nilai koefisien keragaman (CV) tiap karakter pada G1 cenderung rendah (4.26%) dibanding G3 (7.85%). Pada famili G3 nilai indek kesamaan tertinggi dalam famili diperoleh pada famili 5 dengan nilai sebesar 79,3% sedangkan nilai terendah diperoleh pada famili 12 dengan nilai sebesar 32,3%. Sedangkan nilai kesamaan tertinggi antar famili diperoleh antara famili 12 dengan famili 17 dengan nilai sebesar 22,6%. Berdasarkan nilai korelasi antar karakter, nilai korelasi positif tertinggi diperoleh antara C3 dengan C5 (0.684), sedangkan nilai korelasi negatif tertinggi adalah antara A1 dengan B2 (- 0.533). Jarak genetik dari 17 famili ikan nila G3 dikelompokkan ke dalam 4 kelompok besar jarak genetik dengan jarak antar kelompok famili rendah. Pada karakter genotipe, berdasarkan nilai polimorfik dan heterozigositasnya, tingkat keragaman genetik ikan nila G2 dan G1 lebih tinggi dibandingkan G3. Berdasarkan nilai jarak genetiknya, hubungan kekerabatan antar populasi G1 dan G2 lebih rendah dibanding antara keduanya dengan G3.

ABSTRACT: The aim of this research was to elucidate genetic diversity and genetic relationship between population of nile tilapia as a result from selective breeding program conducted at Research Institute for Freshwater Aquaculture (RIFA). Genetic diversity betweeen three population of nile tilapia was evaluated using truss morphometrics to describe phenotypic variation and Randomly Amplified Polimorphic DNA (RAPD) method to explore genotypic one. Coefisien of variation (CV) of each character on G1 families was tend to be lower (4.26%) compared to G3 families (7.85%). Within G3 families, the highest index of similarity was reached by family 5 (79.3%), while the lowest one reached by family 12 (32.3%), while between families index, the highest one was reached between family 12 and 17 (22,6%) . Based on correlation between characters, teh highest positive correlation was between C3 and C5 (0.684), while the lowest negative correlation was between A1 and B2 (-0.533). Based on their genetic distance, the 17 families of G3 were classified into 4 major groups with close genetic relationship. On the field of genotypic character, based on polimorphic value and heterozigosity, the genetic variation of nile tilapia G2 and G1 was higher than G3. Based on their genetic distance, the genetic relationship between G1 and G2 population was closer compared to between those two populations with G3.

Keywords : genetic variation, truss morphometric, meristic, RAPD, nile tilapia


WINARLIN

Evaluasi Keragaan Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) Hasil Seleksi Generasi 2 Pada Lingkungan Pemeliharaan Yang Berbeda / Winarlin , Rudhy Gustiano, dan Kusdiarti

Dalam Laporan Hasil Riset TA. 2007 :

ABSTRACT : The objective of this study was to evaluate the result of selection program by comparing the growth of selected from F2 of selection program and non selected fish from fish farmer. The study was carried out in the earthen pond and floating net cages. Each group of the examined fish used three cages 2 x 1 x 1 m3 sized with densities were 75 fish for earthen pond and 2 x 2 x 1 m3 sized with densities were 225 fish for floating net cages. Fish was fed 5% body weight a day with commercial pellet. Growth was observed by measuring the total biomass of every cage per three weeks. The results showed that selected fish has 200% bigger than non selected one in earthen pond. For survival rate, selected fish has better performance than the non selected one in floating net cages (P < 0.05).

Key words: growth, Oreochromis, selection, genetic
ABSTRAK : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji keberhasilan program seleksi dengan cara membandingkan pertumbuhan ikan hasil program seleksi dan non seleksi yang ada dimasyarakat. Penelitian ini dilakukan di kolam tanah dan karamba jaring apung dengan perlakuan adalah ikan generasi kedua hasil dari program seleksi famili dan ikan non seleksi yang berasal dari pembudidaya ikan. Masing-masing kelompok ikan uji menggunakan 3 jaring ukuran 2 x 1 x 1 m3 untuk kolam tanah dan 2 x 2 x 1 m3 untuk karamba jarring apung. Kepadatan yang digunakan adalah 75 ekor/jaring untuk kolam tanah dan 225 ekor untuk karamba jaring apung. Selama pengujian ikan diberi pakan komersil sebanyak 5% bobot tubuh per hari yang disesuaikan setiap 3 minggu. Pengamatan pertumbuhannya dilakukan dengan cara sampling dan menimbang biomas total dari tiap jaring perlakuan setiap 3 minggu. Hasil yang diperoleh memperlihatkan bahwa ikan seleksi memiliki pertumbuhan 200% lebih besar dibandingkan dengan ikan non seleksi di lingkungan kolam tanah. Sedangkan untuk kelangsungan hidup, ikan seleksi memiliki kelangsungan hidup yang lebih besar (P < 0,05) dibandingkan dengan ikan non seleksi di lingkungan danau.

Kata kunci: pertumbuhan, nila, seleksi, genetic

KUSDIARTI

Pendugaan Limbah Budidaya Ikan Nila Seleksi Dengan Ikan Nila Masyarakat Dengan Menggunakan Perunut Isotop Cr51 / Kusdiarti , Ani Widiyati dan Rudhy Gustiano

Dalam Laporan Hasil Riset TA. 2007 :

ABSTRACT : The objective of the study was to evaluate the success of the selection program by comparing the rate and the distribution pattern of the waste from the rearing of selected and non selected fish obtained from the society, the growth as well as the survival rates . The study was carried out in the floating net cages in the Cirata Reservoir. Each group of the examined fish was placed in 3 cages 2 x 2 x 2 m sized with the density of 300 fish per cage. The fish then was fed with the commercial pellet amounting 3% of the body weight. The growth rate was observed by measuring the individual and the total biomass weight of every cage per two weeks. Whereas, the waste rate was observed by measuring the sedimentation rate. The results showed that the growth rate of the selected fish was slightly bigger and more have homogenize size than that of non selected one . The study showed that there were no significant, results for the waste as well the survival rates either for selected or non selected fish. The distribution pattern of the waste by implementing isotope Cr51 is now still being analyzed in BATAN Laboratory.

Key words: growth, Oreochromis, selection, genetic,isotop

ABSTRAK : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji keberhasilan program seleksi dengan cara membandingkan laju dan pola penyebaran limbah budidaya ikan nila , pertambahan bobot ,ketahanan lingkungan ikan hasil program seleksi dan tanpa seleksi yang ada dimasyarakat . Penelitian ini dilakukan di karamba jaring apung di Waduk Cirata dengan perlakuan adalah ikan generasi kedua hasil dari program seleksi famili dan ikan tanpa seleksi yang berasal dari pembudidaya ikan. Masing-masing kelompok ikan uji menggunakan 6 jaring ukuran 2 x 2 x 2 m. Kepadatan yang digunakan adalah 300 ekor/jaring untuk Waduk Cirata . Selama pengujian ikan diberi pakan komersil sebanyak 3% bobot tubuh per hari yang disesuaikan setiap 2 minggu. Pengamatan pertumbuhannya dilakukan dengan cara menimbang bobot individu dan biomas total dari tiap jaring . Hasil yang diperoleh memperlihatkan bahwa ikan seleksi memperlihatkan pertumbuhan lebih besar dengan ukuran individu yang lebih seragam , kelangsungan hidup dengan laju sedimentasi tidak berbeda dibandingkan dengan ikan tanpa seleksi . Pola penyebaran limbah budidaya ikan dengan menggunakan isotop Cr51 sedang dianalisis di laboratorium BATAN.

Kata kunci: pertumbuhan, nila, seleksi, genetic, isotop
SUHENDA, Ningrum
Pematangan Gonad Ikan Baung Melalui Perbaikan Pakan Induk (Dempond) / Ningrum Suhenda dan Reza Samsudin
Dalam Laporan Hasil Riset TA. 2007 :

ABSTRAK : Penelitian ini bertujuan untuk menguji coba pakan hasil penelitian pada tahun 2006 pada skala lapang (dempond). Penelitian pada tahun 2006 telah menghasilkan pakan induk berkualitas baik yang mampu memberikan keberhasilan dalam pematangan gonad induk dan telur yang dihasilkan berkualitas baik. Keberhasilan ini perlu dilanjutkan untuk diaplikasikan pada skala lapang (“dem-pond”) dan usaha produksi benih secara massal. Dengan berhasilnya uji skala lapang, pengembangan budidaya ikan baung dapat tercapai karena benih dengan kualitas baik dan dalam jumlah cukup telah tersedia. Sebanyak seratus ekor induk ikan baung digunakan sebagai ikan uji dimana 50 ekor berasal dari Bogor dan sisanya dari perairan umum Palembang. Induk yang digunakan memiliki bobot individu 220 – 450 g/ekor. Ikan uji diadaptasikan dalam kolam beton bervolume 12m3 yang dilengkapi dengan sistem flow trough selama dua minggu. Wadah penelitian yang digunakan berupa kolam beton dengan volume 10m3 dan waring dengan ukuran 2 x 2 x2 m. Masing-masing wadah di tebar induk baung dengan kepadatan 10 ekor/wadah baik baung yang berasal dari Bogor (BB) maupun dari perairan umum Palembang (BP). Air yang digunakan berasal dari sungai pasang surut. Pakan yang digunakan berupa pakan buatan dengan kadar protein 35% dan lemak 8%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa induk baung Bogor yang dipeliharadi kolam beton maupun waring dengan pemberian pakan induk mampu matang gonad, sedangkan induk baung Palembang tidak ada satu pun yang matang gonad. Induk baung BB diakhir rata-rata pemeliharaan dalam kondisi TKG 4. Induk BB yang dipelihara di waring memiliki laju pertumbuhan 0,49±0,13%, ovosomatik indeks 13,48±0,86%. Induk baung BB yang dipelihara di kolam memiliki laju pertumbuhan 0,89±0,1%, ovosomatik indeks 14,28±3,35%.

Abstract : The objection of this research was to evaluate the effectivity of formulated feed resulted from the previous research and to examine it on farm research scale. The research showed that broodstock feed with good quality gave a succesfully in gonad maturation and produce good seeds. Its should be applied at on farm research scale and mass production of green catfish seed. The succesfull of on farm research can support development of green catfish culture because availab ility of good quality and quantity of green catfish seed. A hundred green catfish broodstocks were used for experimental fish, 50 fish from came Bogor and the other came from local area in palembang. The average individual body weight that used were 220 – 450 g fish-1. The fishes were adapted in concrete tank12 m3 in volume and equipped flow trough system for 2 weeks. The concrete ponds 10 m3 in volume and floating nets with dimension 2 x 2 x 2 m were used for culture of green catfish broodstock during experiment. The stoking density 10 fish pond-1 both broodstocks from Bogor and Palembang. Water from inter tidal river were used for culture. Formulated feed with 35% crude protein and 8% crude lipid was used as trial feed. The result showed that the broodstocks from Bogor which reared both at concrete tank and floating net fed with the improved feed were able to mature while none of broodstock from Palembang matured. Many of green catfish broodstock from Bogor were in condition of gonadal maturity 4. The daily growth rate of broodstock reared in floating net was 0.49± 0.13%, in concrete tank was 14.28±3.35% ovosomatic index was 13.48±0.86%.

Keywords : Gonad maturity, broodstock, feed, green catfish


SAMSUDIN, Reza

Penentuan Awal Pemberian Pakan dan Grafik Normal Pertumbuhan Benih Ikan Baung (Mystus nemurus) / Reza Samsudin, Ningrum Suhenda, Asep Maulana, dan Epih Ridwan

Dalam Laporan Hasil Riset TA. 2007 :

ABSTRAK : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui awal pemberian pakan dan grafik normal pertumbuhan benih ikan baung yang dipelihara dalam wadah budidaya yang berbeda. Pada percobaan pertama digunakan larva ikan baung dengan awal pemberian pakan 3,4,5, dan 6 hari setelah menetas. Pakan yang diberikan berupa nauplii Artemia dan pakan buatan. Larva ditebar dalam akuarium dengan padat tebar 10 ekor/l. Setelah 21 hari diamati pertumbuhan, sintasan, efisiensi dan konversi pakan. Percobaan kedua menggunakan benih ikan baung yang dipelihara dalam wadah yang berbeda yaitu bak fiber, waring, bak beton dan kolam tanah. Padat tebar benih 25 ekor/m2 dengan jumlah pakan yang diberikan 5% bobot tubuh/hari. Parameter yang diamati laju pertambahan panjang dan bobot harian, sintasan, efisiensi dan konversi pakan, retensi protein dan lemak. Hasil menunjukkan awal pemberian pakan yang berbeda tidak mempengaruhi pertumbuhan, sintasan, efisiensi dan konversi pakan. Laju pertambahan bobot harian 22,65 – 23,29% sedangkan sintasan benih 86,00 – 96,77%. Pada percobaan kedua menunjukkan pemeliharaan benih ikan baung di bak beton dan kolam tanah memiliki pola pertumbuhan yang sama. Laju pertambahan bobot harian berkisar 1,60-2,49%, tingkat kelangsungan hidup 27,00 – 62,96%, efisiensi pakan 26,10 – 37,81%, retensi protein 9,58 – 13,38%, dan retensi lemak 25,30-51,93%. Awal pemberian pakan yang berbeda tidak mempengaruhi pertumbuhan dan sintasan benih. Pola pertumbuhan benih ikan baung yang dipelihara di bak beton dan kolam tanah memiliki pola yang sama serta menghasilkan pertumbuhan yang terbaik.

ABSTRACT: The research was conducted to determinate first feeding time and normal growth graphic of green catfish seed that reared on different culture ponds. At the first experiment green catfish larvae was used with first feeding time 3rd ,4th ,5th and 6th days after hatching. Nauplii of Artemia and artificial feed were used as feed for the larvae. The larvae were cultured in aquaria with the stocking density 10 larvae l-1. After 21 days rearing period the growth, survival rate, efficiency and feed conversion were observed. The second experiment green catfish was used that cultured at different culture ponds i.e. fiber tank, floating net, concrete tank, and earthen pond. Stocking density 25 fish l-1,, feeding rate 5% day-1. The parameters that observed: daily growth and length rate, survival rate, feed efficiency and conversion, protein and fat retention. The results indicate the different first feeding time did not effect on growth, survival rate, feed efficiency and conversion. Daily growth rate 22.65 – 23.29% and the survival rate 86.00 – 96.77%. The second experiment showed that green catfish that reared in concrete tank and earthen pond have the same growth pattern. The daily growth rate 1.60 – 2.49%, the survival rate 27,00 – 62.96%, feed efficiency 26.10 – 37.81%, protein retention 9.58 – 13.38% and fat retention 25.30 – 51.93%. The first feeding time was not effected growth rate and survival rate. The green catfish that reared in concrete tank and earthen pond have the same pattern and gave the best growth rate.

Keywords: first feeding time, growth, green catfish, Mystus nemurus
KOMARUDIN, Oman

Pengaruh Pemberian Vaksin Koi Herpes Virus (KHV) Dari Donor Inang Terhadap Respon Kekebalan Tubuh Ikan Mas (Cyprinus Carpio Linn.) / Oman Komarudin

Dalam Laporan Hasil Riset TA. 2007 :

ABSTRAK : Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui teknik pengendalian penyakit KHV melalui vaksinasi dengan memakai donor inang terinfeksi KHV. Perlakuan yang diuji yaitu pemberian vaksin dengan konsentrasi tanpa pengenceran, pengenceran 1:5; pengenceran 1:10 dibandingkan dengan tanpa pemberian vaksin. Pada masa induksi vaksin kematian tidak ekstrem sehingga kematian yang ada diduga bukan akibat vaksinasi. Setelah uji tantang terjadi kematian dan kelangsungan hidup ikan uji bervariasi. Ikan uji dengan vaksinasi pengenceran 1:5 dan 1:10 memberikan kelangsungan hidup 10.% dan 17.5% sedangkan ikan yang tidak diberi vaksin hanya hidup 2.5%. Diduga pemberian vaksin dapat meinduksi kekebalan tubuh ikan terhadap infeksi KHV.

ABSTRACT: Research to study the technique of vaccination against KHV infection was carried out using fish infected by KHV as a donor. Vaccination were introduced to the fish which concentration (stock solution, dilution 1;5, dilution 1:10 and control). Result of this study show that survivor of fish on dilution 1:5 and 1:10 are 10.0 and 17.5% respectively while control fish is only 2.5%. It is stated that vaccination is able to increase immunity system on the fish against KHV.

TAUKHID
Optimasi frekuensi pemberian vitamin C (Ascorbic Acid) pada pakan komersial untuk pengendalian penyakit Koi Herpesvirus (KHV) pada ikan mas, Cyprinus carpio Linn. / Taukhid, Kusumasari Suryadi, Rosidah dan Gunawan Setiadharma
Tidak ada abstrak

TAUKHID
Optimasi periode induksi kekebalan spesifik pada ikan mas, Cyprinus carpio Linn. terhadap infeksi Koi Herpesvirus (KHV) melalui teknik pemaparan terkontrol /Taukhid, Wulan Andiyani, Rosidah dan Sriati
Tidak ada abstrak






YOSMANIAR

Hubungan Temperatur Dan Total Bahan Organik Reralut Terhadap Kasus Penyakit Koi Herpes Virus (KHV) Pada Ikan Mas (Cyprinus carpio) / Yosmaniar

Dalam Laporan Hasil Riset TA. 2007 :



NUGROHO, Estu

Pemijahan Buatan Ikan Gurame Dan Kloning Gen Penyandi Hormon Pertumbuhan / Estu Nugroho, Anang Hari Kristanto, Alimuddin Allsani, Odang Charman, Kusdiarti dan Komar Sumintadinata

Dalam Laporan Hasil Riset TA. 2007 :

ABSTRAK : Pemijahan buatan (induce breeding) dapat memacu produktivitas ikan gurame tanpa terpengaruh adanya musim. Pengetahuan tentang hormon dan dosis yang digunakan sangat dibutuhkan untuk menunjang keberhasilan penerapan teknologi pemijahan ikan gurame. Peningkatan produktivitas ikan gurame juga dapat ditempuh melalui cara inkonvensional yaitu transfer gena. Langkah pertama yang diperlukan dalam transfer gen adalah isolasi gen pertumbuhan dari spesies itu sendiri. Hasil penelitian menunjukkan pemijahan buatan pada ikan gurame menghasilkan telur berkisar antara 25-2111 butir per ekor. Telur yang dihasilkan masih belum berkembang dan menetas. Gen hormon pertumbuhan (growth hormone, GH) ikan gurame memiliki 4 cystein (C, diberi tanda asterisk) dan semua sekuens konserf (diberi tanda kurung menghadap ke atas) pada gen hormon pertumbuhan yaitu HLHLLA, DFE, QLXKIFX, FCNXDXI, KXETQXSSXLKLL, LXESWEXPS, LLACFKKDMHKVE-TYLXVAXCR, dan NCTL. Dengan melihat kesamaan sekuens gen GH, diduga bahwa clone 3 gen GH ikan gurame lebih mirip dengan gen GH dari ikan lain. Dari hasil analisa sekuens dapat disimpulkan bahwa gen GH ikan gurame secara evolusi adalah konserf (evolutionary conserve).


ABSTRACT : The productivity of gurame can be improved by induced spawning without influencing the effect of breeding season. Knowledege of hormone and its dosage used is important to support the successfully application of giant gouramy breeding technology. Improving prodcutivity of giant gouramy also could be conducted inconvensionaly by gen transfer. The first step of gen transfer is to isolate its own growh hormone. The result of the research showed that induce breeding of giant gouramy resulted 25-2111 eggs, however all of the eggs did not develop and hatch. The growth hormone of gurame fish has 4 cystein (C) and all conserve sequence, namely HLHLLA, DFE, QLXKIFX, FCNXDXI, KXETQXSSXLKLL, LXESWEXPS, LLACFKKDMHKVE-TYLXVAXCR, and NCTL. With regard to the same of growth hormone sequence, it was estimated that 3 clone of growth hormone of gurame fish resembles with others fish. From the sequence analysis showed that GH gen of gurame at the evolutionary manner was conserve

Key Word : Induced breeding, hormon pertumbuhan


SULHI, M.

Substitusi Tepung Ikan dengan Tepung Kedelai (Protein Nabati) pada Pakan Benih Gurame (Osphronemus gouramy) dengan Penambahan Enzim Fitase / M. Sulhi, Zafril I. Azwar dan Bei Abasari

Dalam Laporan Hasil Riset TA. 2007 :

ABSTRAK : Suatu penelitian telah dilaksanakan di laboratorium basah BRPBAT Bogor yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh substitusi tepung ikan dengan tepung kedelai dalam pakan benih ikan gurame. Wadah yang digunakan berupa akuarium ukuran 60 x 40 x 50 cm sebanyak 18 buah dengan menggunakan sistim resirkulasi, masing-masing ditebar benih gurame strain bastar ukuran rata-rata 9 gram/ekor dengan densitas sebanyak 50 ekor . Perlakuan dalam kegiatan ini adalah persentase substitusi tepung Kedelai terhadap tepung ikan yaitu : 0% ( A/ kontrol),10% (B). 15% (C), 20% (D), 25% (E) dan 30% (F). Kandungan protein pakan 30%, penambahan enzim fitase komersil “Rhonozyme P” pada pakan substitusi adalah sebanyak 0,05%/kg pakan. Jumlah pakan harian sebanyak 5% diberikan 2 kali sehari. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan 6 perlakuan dan 3 ulangan. Parameter yang diamati meliputi pertumbuhan , konversi pakan, kelangsungan hidup, retensi protein, lemak dan kualitas air .Lama Pemeliharaan di lapangan 5 bulan. Sampling dilakukan 3 minggu sekali. Hasil pengamatan selama penelitian menunjukkan bahwa perlakuan substitusi 10% tepung kedelai (B) terhadap tepung ikan memberikan pertambahan bobot mutlak rata-rata biomas (287,8%), pertambahan bobot mutlak rata-rata individu (406,7%), kelangsungan hidup (76,7%) dan konversi pakan (2,7) terbaik dibanding perlakuan kontrol dan substitusi lainnya. Substitusi tepung kedelai terhadap tepung ikan akan berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan, kelangsungan hidup dan konversi pakan dengan penambahan enzim fitase pada formulasi pakan.

Kata kunci : Substitusi,Tepung kedelai, Fitase, gurame, pertambahan berat

ABSTRACT : The study was conducted at wet lab of RIFFA, Bogor to determine the effect of substitution of fish meal with soybean meal in giant gouramy diet. The study used 18 aquaria with resirculation system, “Bastar” Strain with 9 gram initial weight and denrity of fish was 50 fish/aquaria. The treatment was used is persentation of fishmeal substitution with Soybean meal namely 0% ( A/ Control), 10% (B). 15% (C), 20% (D), 25% (E) and 30% (F). Protein contain of diets is 30%. Additional of phytase enzym (Rhonozym P) was 0,05%/kg diets. The daily feed was 5% of body weight was given at 2 times. Completely Randomized design were used with 6 treatment and 3 replication. The parameter is weight gain, FCR, Survival rate, protein and lipid retention and water quality. The result showed that substitution of fish meal with 10% soybean meal (B) was given the best effect of biomass weight gain (287,8%), Individual weight gain (406,7%), Survival rate (76,7%) and FCR (2,7). The effect of Substitution of Fish meal with Soybean meal on Giant Gouramy Fry Diet can significant different to weight gain, Survival rate, FCR with additional of Phytase Enzym on diets..

Key words : Substitution, Soy bean meal, Phytase, giant gouramy, weight gain

AZWAR, Zafril Imran

Peningkatan Kelulusan Hidup Benih Ikan Betutu (Oxyleotris marmorata Blkr) Dalam Sistem Produksi Secara Masal Melalui Penyediaan Pakan Alami dari Kolam Bioremediasi, Penggunaan Selter, Managemen Pakan dan Lingkungan / Zafril Imran Azwar, Irma Melati, Imam Taufik, Sutrisno

Dalam Laporan Hasil Riset TA. 2007 :

ABSTRAK : Suatu percobaan untuk memperbaiki kelulusan benih ikan betutu dengan penggunaan pakan alami dari bak bioremediasi (pemeliharaan lele), penggunaan selter, study aktivitas makan, dan suhu optimum untuk pemeliharaan telah dilakukan. Percobaan pemeliharaan larva dengan menggunakan pakan alami dari bak pemeliharaan lele dan pakan alami dari sistem kultur dilakukan dengan menggunakan bak ukuran 1.2x0.8x0.4 m, dan ditebar larva sebanyak 500 ekor/bak. Percobaan selter dilakukan dengan menggunakan akuarium kaca berukuran 60x40x40 cm, dan diisi benih ukuran 0.21±0.07 g, sebanyak 1 ekor/2l. Sebagai perlakuanadalah selter rak paralon, rumbai tali rapia, hidrilla dan kontrol. Percobaan studi paktivitas makan benih dilakukan pada benih ukuran 0.23±0.03 g. 300 ekor benih ditampung dalam akuarium ukuran 1.0x0.4x0.4 m, kemudian diberi pakan Moina sp. Sebanyak 150 benih digunakan untuk pengamatan “waktu evakuasi pakan”, dan 150 ekor benih digunakan untuk pengamatan aktivitas makan benih selama 24 jam. Setiap 15 menit dilakukan sampling benih untuk pengamatan waktu evakuasi pakan, dan setiap interval 2 jam dilakukan sampling untuk melihat aktivitas makan. Studi tentang suhu optimum untuk pemeliharaan benih dilakukan pada bak kayu dilapisi plastik ukuran 1.5x0.7x0.5 m3, dan di isi air 300 l. Ikan uji fingerling ukuran 0.5-1.0 g kepadatan 1 ekor/5 L, diberi pakan alami. Perlakuan adalah suhu 26o C; 29o C; 32o C; dan suhu ruangan (kontrol). Hasil percobaan menunjukkan bahwa kelulusan hidup larva yang diberi pakan alami dari kolam lele mencapai 11.70%, sedangkan larva yang diberi pakan alami dari bak kultur plankton mencapai 14.20% selama masa pemeliharaan 12 hari. Tiga jam setelah memangsa lambung ikan betutu mulai kosong, dan 1 ½ jam setelah memangsa usus mulai terisi pakan. Aktivitas makan betutu terjadi dari jam 8.00 pagi hingga jam 22.00, dan kemudian ativitas makan terhenti. Suhu air paling baik untuk pemeliharaan benih ikan betutu adalah 29-32o C.
ABSTRACT : Experiment have been conducted to improve survive rate of betutu fry through utilization of natural food from walking catfish culture ponds, use of shelters, and studies of feeding activity. The experiments of larval rearing using natural food from walking catfish culture concrete tanks and that from culture system were conducted using wood tanks each 1.2x0.8x0.4 m3 in size stocked with larvae at densities of 500 individuals/tank. The shelters experiment was conducted using glass aquaria each 0.60x0.40x0.40 m3 in size filled with fry of 0.21±0.07 g body weight at densities of 1 individual/2 L. The treatments tested were shelter types namely; paralon rack, tufted plastic raffia, Hidrilla verticulata and control. The experiment to study feeding activities was conducted for fry 0.23±0.03 g in body weight. Three hundred fry individuals were stocked in aquaria each 1.0x0.4x0.4 m3 in size and then fed with the natural food Moina sp. Portions of 150 fry were used for observations on “food evacuation time”, and150 fry for observations on feeding activity over a 24 hour periode. Fry sampling was conducted every 15 minute for observations on “food evacuation time”, whereas fry sampling for observations on feeding activity was conducted every 2 hours. Study on optimum temperatur for fingerling raring was conducted using wood tank covering by plactics each 1.5x0.7x0.5 m3. in size stockedwith fingerlingat density of 1 individu/5 L. The treatments tested were temperatur level 26oC;29oC, 32oC and room temperatur as control. The results of experiments showed that the survival rate of larvae fed natural food from the walking catfish ponds was11.70% while that of the larvae fed natural food from the plankton culture tank was 14.20% over a rearing periode of 12 daya. Three hours after ingestion, the stomach of betutu began to empty its contens, and one and .a half hour after ingestion the intestine began to contain food. Feeding activity of betutu occurred from 0.800 hrs to 22 hrs, there the activity stopped. Optimum temperatur for fingerling rearing was 29-32o C.

Keyword: Betutu fry, feeding activity, larva rearing

TAUFIK, Imam

Pengaruh Perbedaan Suhu Air Pada Pemeliharaan Benih Ikan Betutu (Oxyeleotris Marmorata Blkr) Dengan Sistim Resirkulasi / Imam Taufik, Zafril I.A., Dan Sutrisno

Dalam Laporan Hasil Riset TA. 2007 :

ABSTRAK : Penelitian bertujuan untuk menentukan suhu air yang paling optimal pada memeliharan benih ikan betutu dengan sistim resirkulasi air. Wadah penelitian: 16 unit bak kayu berlapis plastik (1.5 x 0.7x 0.5 m) diisi air 300 L yang masing-masing dilengkapi dengan filter, ditempatkan dalam ruang terlindung dan dilengkapi dengan aerasi. Hewan uji: benih ikan betutu ukuran fingerling (0.5-1.0 g/ekor), padat tebar 1 ekor/5 liter air, diberi makanan alami berupa cacing dan larva ikan seribu, dengan waktu pemeliharaan 12 minggu. Perlakuan berupa perbedaan suhu air, yaitu: (a) 26oC; (b) 29oC; (c) 32oC; dan (d) 24–28oC. Parameter yang diukur: sintasan, pertumbuhan dan produktivitas benih ikan betutu serta sifat fisika-kimia air pemeliharaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu air paling baik adalah antara 29-32oC dan secara nyata (P<0.05) berpengaruh terhadap sintasan, pertumbuhan dan produktivitas ikan betutu.

ABSTRACT : The objective of the research is know to optimum water temperature in fries reared of sand goby. Sixteen container of 1.5x0.7x0.5 m in size were use in this experiment, each container was stocked with 1 fish/5 L of sand goby fries with 0.5-1.0 gram weight. Four different water temperature were applied i.e: (a) 26oC; (b) 29oC; (c) 32oC; and (d) 24-28oC. The result showed that the water temperature 29oC and 32oC gave the best result on survival rate, growth rate and productifity of sand goby.

Key words : Sand goby, water temperaure recirculation system


ASIH, Sidi

Pembesaran Ikan Batak Dengan Pemberian Jenis Pakan Komersial Apung Dan Tenggelam Pada Kolam Deras / Sidi Asih, Zafril Imran Azwar dan Anang HK

Dalam Laporan Hasil Riset TA. 2007 :

ABSTRAK : Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi pembesaran ikan batak (Tor soro) atau Masheer dengan pemberian pakan komersial yang mengadung protein 25 % dan lemak 5 % berupa apung dan tenggelam. Wadah pemeliharaan berupa kolam air deras dengan debit 0.32-0,98 liter/detik, berukuran 5 x 2 x 1 m³ sebanyak 8 buah dengan padat tebaran 25 ekor / m² ukuran rata-rata 33,2 g (19.3-84.7±12.16). Pakan apung dan tenggelam dengan kadar nutrisi 25 % yang diberikan sebanyak 1,7 – 2,01 % dari berat biomas per hari mempunyai pengaruh yang sama baiknya terhadap pertumbuhan individu maupun biomasnya dan sintasan Pertumbuhan mutlak individu dengan pemberian pakan apung 53,45 g (25.7-112.3±17.87), dengan pemberian pakan tenggelam 56,67 g. (29.2-6-96.3±14.54). Laju pertumbuhan individu harian pada pemeliharaan dengan pakan terapung sebesar 0.34 % per hari yaitu 0,07 g (0.7 - 0.22 ± 0.05) dan dengan pemberian pakan tenggelam 0,42 % per hari yaitu 0.09 g (0.06 – 0,30 ± 0,27). Pakan apung dan tenggelam mempunyai pengaruh berbeda terhadap retensi protein dan lemak untuk pembesaran ikan batak dalam kolam air deras. Kolam air deras untuk pembesaran ikan batak membutuhkan air yang relatif jernih.

Kata kunci : Ihan, Sintasan, retensi protein, retensi lemak


DJAJASEWAKA, Hidayat

Perbaikan Manajemen Kolam Pendederan Ikan Nilem (Osteochillus Hasselti) Dengan Kedalaman Air 120 Cm / Hidayat Djajasewaka, Winarlin, Reza Samsudin, Uni Purwaningsih dan Zafril Imran Azwar

Dalam Laporan Hasil Riset TA. 2007 :

ABSTRAK : Penelitian ini telah dilakukan pada kolam tanah dengan perbedaan kedalaman air 30 cm dan 120 cm, masing-masing kolam mempunyai luasan sama yaitu 100 m². Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan data pertumbuhan dan produksi benih nilem yang memanfaatkan pakan alami dari hasil pemupukan dan pemberian pakan buatan berupa remah yang halus dengan kandungan protein 25 %. Larva nilem yang di tebar umur 9 hari dengan bobot 0,0024 gram per ekor, ditebar sebanyak 20.000 ekor pada kolam kedalaman 30cm dan 40.000 ekor pada kolam kedalaman 120 cm. Setelah penelitian 3 bulan, didapatkan data pertambahan bobot rata-rata individu nilem 1,494 gram pada kedalaman kolam 30 cm, 0,797 gram kedalam kolam 120 cm dan 1,178 gram kedalam kolam 120 cm yang diberi pakan bentuk remah yang halus. Sedangkan produksi benih nilem (p > 0,05) yaitu 10,71 kg / 100 m² (30 cm), 8,60 kg / 100 m² (120 cm) dan 12,32 kg / 100 m² (120 cm)ditambah pakan remah. Sintasan benih nilem selama penelitian didapatkan 35,97 % (30 cm), 26,95 % (120 cm) dan 26,11 % (120 cm) ditambah pakan remah, hasil dari laju pertumbuhan spesifik 6,56 % (30 cm), 5,91 % (120 cm) dan 6,32 % (120 cm) ditambah pakan remah. Dari hasil data pertumbuhan, produksi dan sintasan benih nilem selama penelitian ternyata kedalaman kolam 30 cm lebih baik dibandingkan dengan kedalaman 120 cm.

ABSTRACT : This research was conducted in earthen ponds with different depth of water 30 cm and 120 cm, each ponds have a same width 100 m². the aim of this research was to obtain the growth and seed production of nilem to utilize natural food by fertilization and crumbled feed with contain 25 % protein. Nine days-old larvae of nilem with initial weight 0.0024 gram was stocking 20,000 larvae at 30 cm depth-ponds and 40,000 at 120 depth-ponds. During 3 months were given data of weight gain 1.494 gr at 30 cm depth of water, 0.797 gr at depth of water 120 cm and 1.178 gr at 120 cm depth of water with crumbled feed. Seed production obtained ( P > 0.05) were 10.71 kg (30 cm ), 8.60 kg (120 cm) and 12.32 kg (120 cm) with crumbled feed. Survival rate of nilem during 3 months 35.97 % (30cm), 26.95 % (120 cm) and 26.11% (120 cm) with crumbled feed, the specific growth rate obtained 6.56 % (30 cm), 5.91 % (120 cm) and 6.32 % ( 120 cm) with crumbled feed. The resulth of this research, given data weight gain, seed production, survival rate and specific growth rate at 30 cm depth of water ponds was better than 120 cm.

Key words : Management, Nilem, depth of water ponds

SUBAGJA, Jojo
Manajemen induk ikan nilem (Osteochilus hasselti) di UPR dengan pemberian pakan buatan terhadap peningkatan produktivitasnya / Jojo Subagja, Fatuchri Sukadi, Yohana

(1) Perbaikan sistem inkubasi telur dalam pembenihan ikan nilem dari sistem tradisional ke sistem terkontrol di UPR Tasikmalaya.
(2) Seleksi jantan fungsional melalui pembentukan populasi dari hasil pengalihan kelamin pada ikan nilem (Osteochilus hasselti).

Dalam Laporan Hasil Riset TA. 2007 :
ABSTRAK : Kegiatan penelitian tentang aspek perbaikan manajemen induk yang ditindak lanjuti ke pemijahan yang diperbaiki dari sistem tradisional ke sistem yang terkontrol, telah dilakukan langsung di lahan petani (dem-pond) UPR Singaparna-Tasikmalaya. Hasil percobaan menunjukkan bahwa pemeliharaan induk nilem secara terkontrol dapat mempercepat rematurasi (pematangan gonad) 2 bulan lebih cepat dibandingkan dengan pemeliharaan secara tradisional, dan indukan yang telah matang gonad tersebut dipijahkan pada dua tipe sistem pemijahan yaitu sistem petani/ tradisional dan sistem injeksi dengan inkubasi telur menggunakan corong, hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem terkontrol (corong inkubasi) menghasilkan larva nilem umur 7 hari meningkat 71,43 % dari sistem petani. (yaitu dari jumlah larva 224.000 ekor menjadi 384.000 ekor dari jumlah betina yang di pijahkan masing-masing 8 ekor). Penelitian uji progeni terhadap populasi ikan hasil penelitian th 2006 (Subagja dkk. 2006). Hasil percobaan menunjukkan bahwa, dari 14 ekor yang di ambil secara acak kemudian disilangkan dengan betina normal keturunannya menghasilkan rata-rata 73,6 ± 6,515 persen individu betina. Dan proporsi dari populasi jantan yang di uji sebesar 63,64 %.lebih besar 75 % sedangkan sisanya yaitu 36,36 % menghasilkan anakan betina antara 60 -70%.

KRISTANTO, Anang Hari

Pematangan Induk Ikan Belida (Notopterus Chitala Dan Notopterus Notopterus) Melalui Implantasi Hormon / Anang Hari Kristanto, Sutrisno, Ningrum Suhenda Dan Jojo Subagja

Dalam Laporan Hasil Riset TA. 2007 :

ABSTRAK : Implantasi hormon LHRHa, dengan dosis 0, 50 dan 100 ug/kg untuk N. Chitala, serta LHRHa dengan dosis 0, 25, 50, 75 dan 100 ug/kg berat badan telah dilakukan dengan tujuan memperoleh induk belida (Notopterus chitala dan Notopterus notopterus) matang gonad, Pengamatan terhadap tingkat kematangan dilakukan melalui histologi dan pengukuran terhadap jumlah kandungan estradiol dan testoteron dalam darah ikan belida yang belum dan setelah di implant. Hasil penelitian menunjukkan ikan belida yang diimplant dengan dosis 100 ug/kg berat badan menunjukkan perkembangan telur dengan stadium yang lebih baik.

ABSTRACT : LHRHa hormone implantation with dosage 0, 50 and 100 ug/kg for N. Chitala and LHRHa with dosage 0, 25, 50, 75 and 100 ug/kg body weight were conducted with the aim of obatining matured belida broodstock. Histology of eggs and measurement of estradiol and testeoteron hormone was done to observe the maturation level. The result showed that belida implanted with 100 ug/kg LHRHa showed a better eggs stadium development.

Sinkronisasi Program Brpbat Dengan Daerah Dalam Menggali Potensi Komoditas Ikan Air Tawar : Analisis Komoditas / Tim Analisis Komoditas BRPBAT

Dalam Laporan Hasil Riset TA. 2007 :

ABSTRACT : Research on regional potential assesment for looking a new freshwater fish which has culture potency from Riau, South Sumatra, West Sumatra and Lampung was conducted. Survey method with interviewing stakeholder and focus disscusion group was done. The respondence was taken in porposive sampling and the obtained data was analized with Analytical Hierarhy Process (AHP ) and Interpretative Structural Modelling ( ISM). The commodities which have potential development as new candidate freshwater fish culture resulted from the choosen stakeholder were lais and tapah (Riau), garing (West Sumatra), toman (South Sumatra) and gabus (Lampung). The main factor which influences for new fresh water fish culture in fours province has the similarity, namely cultur pontency, marketing and culture technology. The main actor as the moving spirit on the new fresh water commodity development on four provinces was concumer and fish merchant. The influence intitution and also as moving spirit on fresh water development on the four provinces was fisheries and marine servce. The main objective on fresh water fish development which estimates as moving spirit was potential benefit , conservation of regional fish resource and prosperous community increase.

ABSTRAK : Penelitian analisis komoditas telah dilakukan bertujuan untuk mencari komoditas ikan air tawar baru yang berpotensi untuk dibudidayakan dari Propinsi Riau, Sumatara Barat , Sumatera Selatan dan Lampung . Penelitian dilakukan dengan metode survey ,wawancara dengan stakeholder dan focus disccusion group (FGD dengan pakar ). Responden diambil dengan purposive sampling. Analisis data dilakukan dengan Analytical Hierarhy Process (AHP) dan Interpretative Structural Modelling ( ISM.). Hasil pilihan stakeholder komoditas yang akan dikembangkan sebagai komoditas ikan air tawar budidaya baru adalah lais dan tapah (Riau), garing (Sumatera Barat), toman (Sumatera Selatan), dan gabus (Lampung). Faktor utama yang diduga akan berpengaruh terhadap pengembangan komoditas ikan air tawar baru pilihan stakeholder dari 4 propinsi di Pulau Sumatera memiliki kesamaan , yaitu factor potensi budidaya, pemasaran, dan teknologi budidaya. Aktor utama adalah konsumen dan pedagang ikan . Instansi yang paling berpengaruh adalah Dinas Kelautan dan Perikanan. Tujuan utama dalam pengembangan komoditas ikan air tawar baru yang diduga akan menjadi penggerak yang kuat adalah pemanfaatan potensi dan konservasi sumberdaya perikanan daerah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.


SUTRISNO

Revitalisasi Fasilitas Pembenihan Di Unit Pembenihan Rakyat, Mina Padi dan Kolam Budidaya Ikan Air Tawar / Sutrisno, Anang Hari Kristanto, Fatuchri Sukadi, Taufik Ahmad, Dewi Puspaningsih, Imam Taufik, dan Nuryadi

Dalam Laporan Hasil Riset TA. 2007 :

ABSTRAK : Insersi teknologi penetasan telur ikan mas, penggunaan benih ikan mas hasil pemijahan pada mina padi dan revitalisasi kolam air deras tergenang untuk pendederan ikan nilem telah dilakukan di kolam petani di Sumedang dan Gadok, Jawa Barat. Pada penetasan telur, digunakan sumber air yang berasal dari mata air dengan cara memasang pipa pralon sepanjang 200 m, pada budidaya mina padi dilakukan melalui sitem legowo, dengan cara membuat caren selebar 30 cm, sedangkan pada kolam air deras tergenang, menggunakan pupuk organik dan kedalaman dipertahankan 1,2 m serta mengatur kecerahan kolam. Hasil penelitian diperoleh sebagai berikut, penetasan telur sangat baik, larva dapat hidup sampai umur seminggu kemudian ditebar di caren sistem penyelang, dan dilanjutkan dengan sistem mina padi. Kontribusi perbenihan ikan dan mina padi menambah tingkat penghasilan kelompok tani. Pendampingan teknologi pembenihan dan mina padi yang lebih intensif akan membantu meningkatkan produksi. Penerapan budidaya mina padi dapat meningkatkan pendapatan petani sekitar 20 %. Penerapan manajemen praktis dapat mengurangi biaya produksi pada ikan herbivora, karena dengan pemupukan organik dengan kedalaman yang sesuai dapat meningkatkan jumlah plankton. pertumbuhan terbaik dicapai oleh kolam dengan kecerahan 40 – 50 cm.


PUSPANINGSIH, Dewi
Perbaikan Teknik Pendederan Untuk Meningkatkan Produktivitas Budidaya Lele (Clarias Gariepinus) / Dewi Puspaningsih, Taufik Ahmad, Anang Hari Kristanto, Kusdiarti dan Eri Setiadi

Dalam Laporan Hasil Riset TA. 2007 :

ABSTRAK : Penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas budidaya lele (Clarias gariepinus) dengan melakukan perbaikan teknik pendederannya telah dilakukan. Penelitian dilakukan di kolam milik pembudidaya di Desa Tarikolot, Cianjur, Jawa Barat. Penelitian terbagi atas 2 kali siklus pemeliharaan sebagai ulangan, dengan masing-masing fase pemeliharaan maksimal 15 hari. Ukuran benih yang digunakan berkisar antara 1-2 cm dengan padat penebaran setiap kolam adalah 500 ekor/m2. Perlakuan upaya perbaikan tehnik pendederan dilakukan dengan pemasangan naungan untuk stabilisasi suhu air diatas 280 C dan cara pemberian pakan (secara teratur dan ad libitum): (A) Kolam naungan, pakan teratur, (B) Kolam tanpa naungan, pakan teratur, (C) Kolam tanpa naungan, pakan ad libitum. Parameter yang diukur: sintasan, laju pertumbuhan harian, pertumbuhan plankton dan parameter kualitas air meliputi suhu, pH, kecerahan, oksigen terlarut, karbon dioksida, alkalinitas, kesadahan, amonia, nitrit, nitrat, fosfat dan bahan organik terlarut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kolam A memiliki nilai kelangsungan hidup yang paling tinggi yakni 83,8%, namun laju pertambahan bobot harian individu yang paling tinggi dicapai oleh kolam C yakni sebesar 5,8%. Kepadatan plankton meningkat pada pertengahan pengamatan dan semakin menurun di akhir pengamatan. Kualitas air yang terukur masih dalam kondisi yang aman untuk pertumbuhan ikan.

ABSTRACT: The research to increase the productivity of dumbo catfish (Clarias gariepinus) in order to improve the larva rearing have been done. The research was done at the pond belongs to the farmer at Tarikolot Village, Cianjur, Jawa Barat. The research devide into 2 times cycles as the repetition, each maximum 15 days. Dumbo catfish seed size between 1 – 2 cm with the density on each pond 500 ind/m2. The treatment to improve the larva rearing was done with the shelter on the pond to maintain the water temperature above 28°C and the feeding way (regularly and ad libitum): (A) shelter pond, regularly feeding, (B) No shelter pond, regularly feeding, (C) No shelter pond, ad libitum feeding. Parameter measured: survival rate, daily growth rate, plankton abundance and water quality parameters such as water temperature, pH, transparency, dissolved oxygen, carbon dioxide, alkalinity, hardness, amoniac, nitrite, nitrate, phosphat and organic matter. The result showed that A pond had the highest survival rate (83,8%), but the highest daily growth rate reach by C pond (5,8%). Plankton abundance increase in the middle of research and decrease at the end. Measured water quality still in the save condition for fish growth.

Keywords: larva rearing, productivity, dumbo catfish

Tidak ada komentar: