Jumat, 04 Juli 2008

ABSTRAK TAHUN 2004

GUSTIANO, Rudhy

EVALUASI PERTUMBUHAN EMPAT POPULASI IKAN NILA (Oreochromis niloticus) DI KOLAM PERCOBAAN CIJERUK DAN CIBALAGUNG, BOGOR / Rudhy Gustiano; Otong Zenal Arifin; Yanti Suryanti dan Ani Widiyati

Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2004 , 1-9

ABSTRAK : Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan populasi ikan nila yang memiliki keragaan pertumbuhan baik sebagai kandidat untuk program seleksi. Empat populasi ikan nila (GIFT-6; Tempe; Lokal; dan GIFT-3) digunakan dalam penelitian ini. Penelitian dilakukan dalam kantong jaring yang diletakan dalam 4 buah kolam sebagai ulangan, di Instalasi Penelitian Cijeruk, Bogor. Sedangkan di Instalasi Cibalagung, 16 buah jaring diletakkan di dalam kolam berukuran 250 m2. Parameter yang diamati berupa pertambahan biomas selama 4 bulan pengamatan, pertambahan panjang individu, dan derajat kelangsungan hidup. Hasil yang diperoleh memperlihakan bahwa tidak ada perbedaan untuk parameter biomas dari 4 populasi nila yang diuji. Sedangkan untuk pertambahan panjang individual (mm per bulan) ada perbedaan yang sangat nyata (F < 0,01) dari empat populasi yang diamati. Populasi ikan nila lokal memiliki pertambahan terbaik dan berbeda dengan ketiga populasi lainnya untuk lokasi penelitian di Cijeruk. Sedangkan untuk lokasi penelitian di Cibalagung ikan nila GIFT-6 memperlihatkan pertambahan panjang terbaik. Populasi ikan nila Danau Tempe memperlihatkan pertumbuhan yang paling rendah di kedua lokasi percobaan.

ABSTRACT : Objective of the present study is to obtain the good populations of Oreochromis niloticus based on their growth performance. Four populations (GIFT-6, Tempe, Local, and GIFT-3) are used in the present study. The test used cages laid in four earthen ponds as replication, in the Cijeruk Research Installation, Bogor. Meanwhile, in Cibalagung Research Installation, sixteen cages were laid in 250 m2 pond. Biomass, length, and survival rate are observed for four months. The results showed that there are no significant different among four populations for biomass at the end of experiment. Significant different among population is exist for length parameter (F < 0.01). In which the local population is the best in Cijeruk. Population of GIFT-6 is the best in Cibalagung. In both research installation, population Tempe is the worst.


TAUFIK, Pipik

PATOGENITAS PATOGEN DAN EVALUASI INANG RENTAN TERHADAP PENYAKIT Streptococciasis PADA IKAN NILA = The resistance of nile (Oreochromis niloticus), giant gouramy (Osphronemus gouramy) and kissing gouramy (Helostoma temminckii) against pathogenic Streptococcus iniae / Pipik Taufik, Hambali Supriyadi, Dayat Bastiawan dan Ani Widiyati.

Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2004 , 10-16

ABSTRAK : Penelitian mengenai ketahanan ikan nila (Oreochromis niloticus), gurame (Osphronemus gouramy) dan tambakan (Helostoma temminckii) terhadap patogen Streptococcus iniae telah dilakukan dengan tujuan mengetahui toleransi ketahanan ikan tersebut terhadap berbagai dosis Streptococcus iniae. Ikan uji ukuran 10-30 gram, setiap ekornya disuntik intramuskular (i.m) dengan 0,2 ml Streptococcus iniae umur 24 jam dalam salin pada dosis 108-1011 cfu / ikan dan kontrol dengan 0,2 ml salin. Ikan uji dipelihara dalam akuarium kaca berisi 40 liter air sumur beraerasi dengan kepadatan 10 ekor / akuarium dengan ulangan 3 kali pada setiap perlakuan, pengamatan dilakukan setiap hari selama 22 hari terhadap gejala klinis dan kematian ikan uji. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada akhir percobaan (hari ke 22) ikan nila, gurame dan tambakan yang hidup pada dosis 1011 cfu / ikan adalah berturut-turut 80%, 76, 67% dan 73,3%.

ABSTRACT : The resistance study of nile (Oreochromis niloticus), giant gouramy (Osphronemus gouramy) and kissing gouramy (Helostoma temminckii) fish against Streptococcus iniae was carried out the objective of study is to find out the lethal dose of S. iniae on thefish. Test fish werghing 10-30 gram were injected with 0,2 ml / fish of S . iniae inspention in saline at dose of 108-1011 cfu / fish, then test fish were culture in the 40 liters aerated water volume aquarium at density of 10 fish / aquarium using 3 replicates. The observation on clinical sign and mortality of fish was conducted everyday for 22 days. The result showed that in the end of study (the 22 th day) the survival rate of nile, giant gouramy and tambakan fish was 80%, 76,67 and 73,3% respectively.

Key words : RESISTANCE, NILE, GIANT GOURAMY, KISSING GOURAMY FISH AND STREPTOCOCCUS INIAE.


SUPRIYADI, Hambali

TEKNIK PENANGGULANGAN PENYAKIT STREPTOCOCCOSIS PADA IKAN NILA SECARA BIOLOGIS DAN KHEMOTERAFIS = Control of streptococcosis on nile tilapia by khemotherapy and biological methods /Hambali Supriyadi, Taukhid, Ani Widiyati dan Desy Sugiani

Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2004 , 17-24

ABSTRAK : Penelitian dengan tujuan untuk mengetahui antibiotik yang efektip untuk pengobatan penyakit streptococcosis, serta mendapatkan cara pencegahan penyakit secara biologis yaitu melalui penggunaan vaksin telah dilakukan di Laboratorium Riset kesehatan Ikan Pasarminggu. Tiga jenis antibiotika yaitu Neomycin, Oxytetracyclin dan Enrofloxacin diuji efektifitasnya terhadap 4 isolat bakteri Streptococcus iniae yaitu Y2N7, Y2N9, GM2.4, dan S1N8 melalui uji zona hambatan dan konsentrasi hambat minimum (MIC). Uji imunogenitas diuji dengan cara pembuatan vaksin dari isolat yang digunakan yang kemudian dievaluasi level titer antibodi yang diproduksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa enrofloxacin merupakan antibiotik yang efektif terhadap semua isolat yang diuji, sedangkan Neomycin efektif hanya untuk isolat Y2N7. Isolat GM2.4 relatif memiliki sifat immunogenitas lebih baik dibanding dengan isolat uji lainnya.

ABSTRACT : Research with the aims to evaluate the effectiveness of some antibiotik against 4 (four) Streptococcus iniae isolates, and evaluation of immunogecity of those isolat to be used for disease control chemotherapicaly and biologically have been conducted at Fish Health Research Laboratory Pasarminggu. The effectiveness of three antibiotics namely Neomycin, Oxytetracyclin and Enrofloxacin have been tested against 4(four) isolates Y2N7, Y2N9, GM2.4., and S1N8. The immunogenicity of those isolates were also tested by developing vaccine and evaluated through the production of antibody titer level. The results indicated that enrofloxacin was effective agains all isolates tested, meanwhile Neomycin only effective against isolate Y2N7. Isolate of GM2.4 was relatively immunogenic as compared to other isolates.

Key words : ANTIBIOTIC EFFECTIVENESS, IMMUNOGENICITY, STREPTOCOCCOSIS, NILE TILAPIA.


SURYANTI, Yanti

PENGARUH PENAMBAHAN CHROMIUM TERHADAP PEMANFAATAN BERBAGAI SUMBER KARBOHIDRAT BAHAN BAKU LOKAL PEMBESARAN IKAN NILA ( Oreochromis niloticus ) / Yanti Suryanti, Zafril I. Azwar dan Kusdiarti

Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2004 , 25-33

ABSTRAK : Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh chromium terhadap pemanfaatan sumber karbohidrat berbeda sebagai ‘sparing effect’ protein. Perlakuan yang diberikan dalam penelitian ini adalah penambahan 6 ppm chromium dan control tanpa chromium pada pakan yang mengandung sumber karbohidrat berbeda; tapioka, dedak dan tepung tapioka. Ikan uji yang digunakan nila gift G6 ukuran 50 g yang ditebar dalam bak beton ukuran 1m3 . Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan chromium dapat meningkatkan retensi protein, protein efisiensi rasio dan kadar glukosa plasma darah ikan nila yang diberi pakan dengan sumber karbohidrat dedak. Chromium tidak memberikan pengaruh terhadap performansi (pertumbuhan, retensi protein/lemak dan PER) ikan nila yang diberi pakan dengan sumber karbohidrat tapioka dan tepung jagung

ABSTRACT : The aim of this experiment was to know effect of supplement chromium on the utilization of different caobohydrates as protein sparing effect. Fish fed in this experiment used different carbohydrates i.e: cassava, rice brand and corn meal which given chromium 6 ppm and without chromium as control. The fish of experiment was nila gift G6 50 gin size with stocking density 50 fish/tank in 1 m3 capacity. Results indicated that protein retention, protein efficiency ratio and plasma glucose were significantly increased in fish fed the rice brand diet. Chromium supplementation in fish fed the cassava and the corn meal diet on performance (growth, protein retention and protein efficiency ratio) nonsignificantly (P<0,05)





WIDIYATI, Ani

IMPLEMENTASI SISTIM PENGELOLAAN PEMBESARAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) BERBASIS PRODUKSI BERSIH = Implementation for Cleaner Production of Nile Tilapia Culture management / Ani Widiyati, Hambali Supriyadi, dan Winarlin

Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2004 , 34-45

ABSTRAK : Penelitian implementasi pengelolaan pembesaran ikan nila berbasis produksi bersih telah dilakukan di kolam petani pembudidaya ikan nila di Kabupaten. Cianjur . Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji dan memperoleh nilai validitas dari model ideal produksi bersih pada pengelolaan pembesaran ikan nila di kolam. Untuk melihat validasi suatu model dalam mewakili atau menggambarkan keadaan sistem yang sesungguhnya maka dilakukan validasi model dengan nilai tengah kuadrat dari persen galat (root mean-square percent error=RMSPE). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model pengelolaan pembesaran ikan nila berbasis produksi bersih dapat diterapkan secara faktual karena beberapa parameter input dan output produksi (laju pertumbuhan spesifik, kelangsungan hidup benih dan produksi ikan , kualitas dan kuantitas limbah ) mempunyai nilai validitas di atas 80%.

ABSTRACT : A study of implementation for cleaner production of nile tilapia culture management were conducted in the farmer ponds in Kabupaten Cianjur. The main objectives of the study were to find out and to obtain the validity value of the cleaner production model of nile tilapia culture management and then were verified with their current status management. The implementation model of cleaner production was tested with RSMPE (root mean-square percent error) to observe the validity of the model. The study showed that the cleaner production model of nile tilapia culture management can be applied factually since some parameters for production input and output (specific growth rate, survival rate and seed productions, waste quality) have the validity value of more than 80%.
Key words : CLEANER PRODUCTION CULTURE MANAGEMENT, NILE TILAPIA



NUGROHO, Estu

PERBAIKAN PRODUKTIFITAS IKAN BAUNG MELALUI PERBAIKAN MUTU GENETIK DENGAN PROGRAM SELECTIVE BREEDING : pembentukan populasi dasar untuk kegiatan seleksi ikan baung = Increasing productivity of green catfish through genetic improvement program : reconstruction of base population for selection activity of green catfish / Estu Nugroho; Jojo Subagja; Sidi Asih

Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2004 , 46-56

ABSTRAK : Evaluasi pertumbuhan dari populasi dasar untuk kegiatan seleksi ikan baung telah dilakukan sejak maret 2004. Dua puluh satu famili yang terbentuk dari pemijahan 7 induk jantan dan 21 induk betina telah dilakukan secara artificial. Pemeliharaan larva dan benih dilaksanakan secara bertahap yang dimulai dari pemeliharaan di akuarium, happa hingga waring yang ditempatkan di kolam. Fekunditas dan Index Ovisomatik (IOS) induk yang digunakan berkisar antara 14.000 – 110.000 telur/kg induk dan 2.1%-15.4% berturut turut. Pertumbuhan benih yang dihasilkan bervariasi dengan pertambahan bobot harian terbesar terjadi ketika umur 50-75 hari dengan rerata 1.067 gram / hari. Terjadi perbedaan pertambahan bobot dan panjang harian pada setiap fase pengamatan.

ABSTRACT : Evaluation of growth from base population of freshwater catfish selection activity has been conducted since March 2004. Twenty-one families was constructed by artificially spawning of 7 male and 21 female. Offspring have been reared in aquaria, happa and warring put in ponds respectively. Fecundity and Ovisomatic Index (IOS) were range of 14.000-110.000 eggs/kg and 2.1%-15.4% respectively. The growth of green catfish was varied. The highest daily weight addition is 1.067 gram that occurred in 50-75 days. A significant difference was observed in among observation step.


DJAJASEWAKA, Hidayat

PENGARUH PAKAN DENGAN KADAR KARBOHIDRAT YANG BERBEDA PADA PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN BAUNG (MYSTUS NEMURUS C.V.) The Effect of Different Level of Carbohydrate on the Growth and Survival Rate Of Catfish ( Mystus Nemurus C.V .) / Hidayat Djajasewaka; Yanti S.; I Wayan S.; Ani Widiyati dan Evie T.

Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2004, 57-64

ABSTRAK : Karbohidrat merupakan sumber energi yang murah dapat menghemat protein yang harganya mahal dalam formulasi pakan ikan. Starch salah satu sumber karbohidrat dapat digunakan dalam formulasi pakan benih ikan baung. Tujuan penelitian ini mendapatkan sumber karbohidrat dalam bentuk starch efektif dan efisien yang dapat dimanfaatkan oleh benih ikan baung secara optimal sebagai sumber energinya. Dengan rancangan acak lengkap telah digunakan empat formulasi pakan benih ikan baung yang mengandung starch berbeda yaitu 30%; 25%; 20% dan 15%. Benih baung dengan bobot awal rata-rata 5,78 gram per ekor dipelihara dalam tangki serat kaca dengan volume air 100 liter dilengkapi sistem aerasi dan heater. Padat tebar benih ikan baung 100 ekor per tangki, jumlah pakan yang diberikan 3% per hari sebanyak 3 kali pemberian yaitu pada pagi hari, siang dan sore hari. Dari hasil penelitian ini dengan pakan yang mengandung 30% starch dan protein 30% memberikan hasil terbaik dibandingkan pakan lainnya terhadap pertambahan bobot ikan (6,09 gram), efisiensi pakan (68,97%), rasio efisiensi protein (1,98), retensi protein (46,27%) , retensi lemak (12,32%) dan sintasan (22,3%).

ABSTRACT : Carbohydrates represent a cheap source of energy can spare the more expensive protein as an energy source in fish feed formulation. Starch one of the source of carbohydrate can be used in the diet of catfish Mystus nemurus. Target of this experiments to get the optimum level of carbohydrate in a form of starch as an energy source in the diets of catfish. With the randomize completely design have been used four feed formulation containing different level of starch 30%; 25%; 20% and 15%. One hundred fishes with an initial body weight of 5.78 g were cultured in a hundred litre fiber tank for three months. The fiber tank are provide with aeration and heater. The feed was given at three percents of body weight with feeding frequency was three times a day. The result showed that the feed containing 30% starch was better growth and survival rate of Mystus nemurus with the individual weight gain (6.09 g), 68.97% feed efficiency, 1.98 protein efficiency ratio, 46.27% protein retention, 12.32% lipid retention and 22.3% survival rate.

Key words : CARBOHYDRATE, GROWTH, SURVIVAL RATE, CATFISH, MYSTUS NEMURUS


SUHENDA, Ningrum

PENGGUNAAN SUMBER KARBOHIDRAT BERBEDA SEBAGAI PENGHEMATAN PEMANFAATAN PROTEIN PADA PAKAN BENIH PATIN JAMBAL / Ningrum Suhenda ; Zafril Imran Azwar dan M. Sulhi

Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2004, 65-77

ABSTRAK : Diantara 12 spesies pangasiid yang diketahui di Indonesia Pangasius djambal bobotnya dapat mencapai 20 kg. Keberhasilan pemijahan buatan dan pendederan larva dan benih termasuk aspek pakannya merupakan peluang untuk ketersediaan benih untuk para petani pembesar. Karbohidrat merupakan nutriea yang relatif murah sebagai sumber energi tetapi pemanfaatannya dalam tubuh ikan bervariasi antar spesies. Suatu penelitian telah dilakukan untuk mengevaluasi pemanfaatan beberapa sumber karbohidrat sebagai penghematan penggunaan protein pada benih ikan patin jambal. Benih ikan patin jambal dengan bobot awal rata-rata 4,95 gram ditebar dalam akuarium volume 100 liter dengan padat penebaran 50 ekor/akuarium. Setiap akuarium dilengkapi dengan sistem resirkulasi dan “water heater” dengan debit air 4 liter/menit. Ikan uji diberi pakan uji selama 4 minggu. Sebagai pakan uji yaitu pakan tanpa penambahan sumber karbohidrat, dan empat pakan uji lainnya yaitu pakan dengan penambahan tepung jagung, tapioka, dedak padi, dan terigu. Seluruh pakan uji mengandung nutriea yang penting untuk pertumbuhan. Ransum harian diatur agar tiap pakan uji dapat memasok 16 g protein/kg ikan/hari ; 7,5 g lemak/kg ikan/hari ; dan 25 g pati/kg ikan/hari kecuali untuk pakan tanpa penambahan karbohidrat 5 g pati/kg ikan/hari. Pakan diberikan dalam bentuk remah, 3 kali per hari. Penyesuaian jumlah pakan yang diberikan dilakukan setiap minggu setelah dilakukan penimbangan ikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pakan dengan sumber karbohidrat berbeda memberikan pertambahan bobot rata-rata individu, rasio efisiensi protein dan laju pertumbuhan bobot harian yang tidak berbeda nyata (P>0,05). Nilai konversi pakan terendah (0,77) diperoleh pada pakan tanpa penambahan sumber karbohidrat dan nilai ini berbeda nyata (P < 0,05) dengan konversi pakan lainnya. Nilai konversi pakan dengan penambahan sumber karbohidrat berbeda berkisar antara 1,20 – 1,29. Nilai retensi protein dan retensi lemak antara perlakuan ternyata berbeda (P < 0,01). Retensi lemak terendah (28,98%) diperoleh untuk tepung jagung dan nilainya tidak berbeda nyata dengan yang diperoleh untuk tepung jagung dan nilainya tidak berbeda dengan yang diperoleh dari tapioka dan dedak padi. Nilai retensi protein antara pakan dengan sumber karbohidrat ternyata berbeda dan nilaiya berturut-turut 48,39%; 47,97%; 45,01%; dan 41,60% untuk terigu, tapioka, dedak padi, dan tepung jagung. Berdasarkan data yang diperoleh ternyata benih patin jambal dapat memanfaatkan karbohidrat dengan cukup baik apabila dilihat dari nilai pertambahan bobot, rasio efisiensi protein dan nilai laju pertumbuhan bobot harian yang diperoleh tidak berbeda dengan nilai yang diperoleh pada ikan yang diberi pakan tanpa penambahan karbohidrat.


AHMAD, Taufik

PENELITIAN ENGINEERING AKUAKULTUR PADA PEMELIHARAAN PATIN JAMBAL : pertumbuhan patin hipop, pangasius hypopthalmus pada sistem budidaya tertutup = The growth of patin (Pangasius hypopthalmus) in open and close system ponds / Taufik Ahmad; Lilis Sofiarsih; Rusmana

Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2004, 78-88

ABSTRAK : Produktivitas usaha pembesaran patin hipop masih rendah karena tidak didasari hasil penelitian yang mendalam terutama dalam hal penerapan kondisi lingkungan habitatnya, terutama dalam kaitan dengan kecepatan arus dan pasok oksigen. Enjinering akuakultur dicoba diterapkan untuk mengakomodir sifat biologi ikan tersebut pada upaya produksi ukuran konsumsi yang menggunakan benih tebar berukuran panjang total sekitar 10 cm dan sudah dapat memanfaatkan pakan buatan. Pada kedua sistem budidaya, terbuka dan tertutup, air dialirkan di dasar dan di permukaan air sebagai perlakuan. Debit air pada semua unit percobaan budidaya terbuka dipertahankan untuk dapat menjamin pergantian air 100 % per hari. Pakan diberikan tiga kali sampai sehari sampai mencapai 3-4% bobot biomassa. Aliran air di dasar wadah tidak lebih baik dari di permukaan tetapi ikan yang dipelihara pada sistem budidaya tertutup bertumbuh lebih cepat dari yang dipelihara pada sistem budidaya terbuka. Volume air yang digunakan dalam sistem budidaya terbuka lebih dari 100 kali dari yang digunakan dalam sistem budidaya tertutup untuk menghasilkan masing-masing 13,70 kg dan 16,45 kg ikan per 5 bulan pada tangki bervolume 7,0 m3. Sistem budidaya tertutup jelas dapat menghemat air tanpa merugikan produktivitas budidaya. Penerapan sistem resirkulasi lebih baik dari sistem air mengalir karena secara nyata (P<0,05) menghemat penggunaan air serta sekaligus meningkatkan produktivitas wadah budidaya patin dan memungkinkan budidaya patin dilakukan pada lahan sempit di perkotaan.

ABSTRACT : The experiment aims at evaluating the possibility of integrated recirculation pond application for patin grow-out. Twelve concrete 4.4x2.30x.1.2 m ponds filled with surface water to 0.73 m depth were stocked with 100 juveniles weighted 9-10g each per pond. Six ponds were equipped with sand and palm (Arenga pinata) fibre filters planted with vegetables, lettuce and water spinach. A submersible pumps was installed in each pond to assure a continuous water recirculation at the rate of 0.4 L.sec-1. The water from the filter flows into the pond in the surface, SC ponds, and in the bottom, BC ponds. In the other 6 ponds, the water flows continuously from a concrete canal in an open culture system at the similar rate and water entrance position, SO and BO ponds. The experimental unit was arranged in a completely randomized design with 3 replicates. The fish fed dry pelleted feed to satiation and sampled every other week for growth observation. Water quality was monitored every day for dissolved oxygen and temperature, and every other week for unionized ammonia, biological oxygen demand, pH and transparency. After 90 days, the average individual weight of the fish attained the range of 80-100 g. The fish grew significantly faster (P<0.05) in SC ponds than in the rest of the ponds, except in BC ponds. Denser growth of plankton and more suitable water quality is suspected to encourage faster growth of the fish in close system ponds. The survival of the fish was not significantly different (P>0.05) among treatment, ranged from 99 to 100%. In term of water usage, the close system ponds produced fish, 202.38 – 220.05 g/m3, much more efficiently than did the open system pond, 1.87 – 1.89 g/m3. The vegetables, either lettuce or water spinach, grew well on the filter. Apparently, the integrated recirculation pond is suitable for patin culture.
Key words : INTEGRATED RECIRCULATION, PANGASIUS GROW-OUT.



SUTRISNO

STUDI PENGGUNAAN BAKTERI BIOREMEDIASI DAN PROBIOTIK PADA PEMELIHARAAN IKAN PATIN = effect of bioremediation and probiotic bacteria on pangasius rearing / Sutrisno; Parwatining Yuliati; Imam T.; Hambali S. dan Siti S.

Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2004, 89-103

ABSTRAK : Studi penggunaan bioremediasi dan probiotik bertujuan untuk menentukan suhu optimal dalam aktifitas bakteri bioremediasi serta kepadatan mikroba probiotik yang tepat untuk menanggulangi penurunan kualitas air dalam budidaya ikan patin, sehingga mampu meningkatkan sintasan dan memacu pertumbuhan. Wadah penelitian: 30 unit akuarium kaca (70 x 40 x 45 cm) dilengkapi dengan aerasi.. Hewan uji: benih patin yang diberi pakan buatan (40% protein) sekenyangnya dengan frekuensi pemberian 3 kali. Rancangan percobaan: Acak Lengkap (RAL) dan dilakukan selama 56 hari. Kepadatan bakteri bioremediasi 104 cfu/ml dengan suhu: A. 31oC; B. 29oC; C. 28oC; D. suhu ruang; dan E. suhu ruang tanpa bakteri. Perlakuan probiotik dengan konsentrasi berbeda: A. tanpa probiotik; B. probiotik 0,25%; C. probiotik 0,50%; D. probiotik 1,00% dan E. probiotik 2,00%. Parameter: perkembangan bakteri, sintasan, pertumbuhan, kualitas air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu air tidak berpengaruh terhadap perkembangan bakteri bioremediasi tetapi berpengaruh terhadap sintasan dan pertumbuhan serta sifat fisika-kimia air. Kepadatan mikroba probiotik berpengaruh terhadap pertumbuhan dan sintasan ikan patin dengan konsentrasi terbaik adalah 0,25%.

ABSTRACT : The aim of this study were to abtain: a) the optimum temperature on bioremediation bacteria activity and b) the optimum density of probiotic microba in pangasius rearing. Thirty units aquarium were used, pangasius fry was feed pellet (protein of 40%) at satiation, 3 times/day. This study was conducted as long as 56 days. CRD (Complete Randomized Design) was used in this analyzed. The dense of bioremediation bacteria were 104 cfu/ml, the temperature treatment were A) 31oC; B) 29oC; C) 28oC; D) room temperature; and E) room temperature with no bacteria added. Probiotis treatment were A) no probiotic added; B) probiotis 0.25%; C) probiotic 0.50%; D) probiotic 1.00%; and E) probiotic 2.00%. Parameters meassured were quantity bacteria, survival rate, growth, and water quality. The result showed the water temperature gave no significan different from bacteria growth but survival rate and growth of pangasius. The optimum density of probiotic microba was 0.25%.
Key words : BIOREMEDIATION, GROWTH, PROBIOTIC, SURVIVAL RATE.


CHUMAIDI
PEMATANGAN GONAD IKAN BOTIA (Botia macracanta BLKR) MENGGUNAKAN PAKAN BUATAN DAN PAKAN HIDUP (Larva Chironomus sp) = The gonadal development of clown loach (Botia macracanta BLKR) using commercial feed and live food (Chironomus sp. larvae) / Chumaidi; Yanti Suryanti dan Agus Priyadi

Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2004, 104-112

ABSTRAK : Ikan botia (Botia macracanta BLKR) ialah salah satu jenis ikan hias air tawar yang potensial dan sebagai komoditas ekspor. Penelitan dilakuan untuk mengetahui kombinasi pakan komersial dan pakan hidup yang sesuai untuk pematangan gonad sehingga dapat menghasilkan larva. Delapan induk betina dan dua induk jantan dipelihara dalam fiber glas (0,5 m3) dengan sistem pemutaran air. Penelitan dilakukan menggunakan kombinasi pakan komersial (pelet ) dan pakan hidup (larva Chironomus sp), sebagai berikut ; a) pelet (100 %), b) pelet (65%) + larva Chironomus sp (35 %), c) pelet (35 %) + larva Chironomus sp (65 %) dan d) larva Chironomus sp (100 %). Pakan diberikan sebanyak 2,5 % bobot kering dari biomassa induk botia. Setelah empat bulan perlakuan induk botia baru dalam tingkat kematangan gonad I atau gonad baru terbentuk oogonia. Tetapi perlakuan larva Chironomus sp, 100 % mempengaruhi indek gonad somatik paling tinggi yaitu 1,02 %. Penelitian ini perlu dilanjutkan untuk mendapatkan tingkat kematangan gonad III atau dapat menghasilkan larva.

ABSTRACT : Clown loach (Botia macracanta BLKR) as a potential freshwater ornamental fish and it export comodity. The purpose of the experiment to know the appropriate combination of commercial feed and live food on the gonad development for producing larvae. The eight females and two males reared in fiber glass tank of 0,5 m3 with continued water circulater system. The treatments were different combination of commercial feed (pellet) and live food (Chironomid larvae) i.e.: a)pelett (100 %), b) pellet ( 65%) + chironomid larvae ( 35 %, c) pellet ( 35 %) + chironomid larvae 65 % and d) chironomid larvae (100 %). The feeding rate were 2,5 % dry weight of clown loach biomass. After four months treatmen, the female gonad developed from all the treatments had only reache gonade maturation stage I or gonad produced oogonias only but the treatment of chironomid larvae, 100 % affected the higest gonad somatic index of 1.02 %. The experiment should be continued for gonade maturation stage III or for producing larvae.

Key words : CLOWN LOACH, GONADAL DEVELOPMENT, COMMERCIAL FEED, CHIRONOMID LARVAE



SUDARTO

KOLEKSI DAN KARAKTERISASI BEBERAPA SPECIES BOTIA = Collections and characterization among several botia populations / Sudarto; Agus Priadi; Rudhy Gustiano; M. Rizal

Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2004, 113-119

ABSTRAK : Informasi morfologis antara ikan botia (Botia macracantha) asal Sumatera dan Kalimantan berbeda. Riset pengamatan morfometri ikan botia dengan contoh ikan dari Sumatera dan Kalimantan dimana jenis ikan ini berasal akan membantu memecahkan kesulitan yang selama ini terjadi di dalam usaha pemijahan ikan ini di hatchery. Hal ini diduga karena kurang tepatnya memilih species yang dipakai.. Sehingga harus dilakukan riset untuk mengetahui sejauh mana perbedaan itu. Selain itu keberhasilan identifikasi akan menunjang keberhasilan breeding guna memperkaya keanekaragaman ikan ini melalui restocking. Ikan contoh (sample) yang berasal dari 2 lokasi di Sumatera (Sekayu, Musi Banyuasin, Sumatera Selatan) dan 3 lokasi dari Kalimantan yaitu Pontianak (Kalbar), Buntok (Kalteng) dan Banjarbaru (Kalsel) untuk setiap populasi dikumpulkan. Sebanyak 30 sample untuk setiap lokasi dilakukan pengukuran morfometri dan dianalisa dengan software Statistica untuk mendapatkan informasi kekerabatan species ikan botia asal Sumatera dan Kalimantan. Hasilnya menunjukkan bahwa kedua populasi itu berbeda.

ABSTRACT : There are two distinct morphological characters of Botia macracantha (Clown loach) originated from Sumatera and Kalimantan. It is assumed that those two populations caused difficulties in breeding program when the populations mixed up. To know the differences of those two populations at least 30 samples were collected from 5 different locations, two from Sumatera (Sekayu of Musi Banyuasin, South Sumatera Province) and Muara Tebo of Jambi Province. Another locations are Pontianak of West Kalimanta, Buntok of Central Kalimantan and Banjarbaru of South Kalimantan. Morfometric characters are measured among those populations and statistical analysis is implemented to know the differences among populations observed. The result showed that populations from Sumatera is differ from Kalimantan.


SATYANI, Darti

RISET PENINGKATAN PEMBENIHAN IKAN BOTIA MELALUI PENGUASAAN TEKNIK FERTILISASI, INKUBASI TELUR DAN PEMELIHARAAN LARVA = Advanced reseach of techniqal fertilization, eggs incubation and larval rearing control for botia’s hatchery / Darti Satyani; Mundriyanto; Chumaidi; Kusdiarti dan Agus Priyadi

Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2004, 120-129

ABSTRAK : Penguasaan teknik fertilisasi, inkubasi telur dan pemeliharaan larva ikan botia untuk meningkatkan keberhasilan dalam pembenihan diteliti di Laboratorium Instalasi Riset Budidaya Ikan Hias Air Tawar, Depok dengan bantuan para peneliti dari Institute de Reserche Developmente (IRD) Perancis. Teknik yang digunakan untuk fertilisasi adalah dengan cara pengenceran sperma dalam larutan garam fisiologis sebelum digunakan untuk pembuahan. Inkubasi telur dan pemeliharaan larva dilakukan dalam 2 (dua) macam medium yaitu air minum akua dan air sumur., dan dalam 2(dua) sistem yaitu sistem sirkulasi dan stagnan (aerasi). Dari penelitian ini didapatkan hasil derajat fertilisasi (telur yang terbuahi) sebanyak 34,78 – 41,5%. Inkubasi telur dalam akua mengalir memberikan daya tetas telur yang paling baik hampir 80%, diikuti oleh air sumur mengalir, air akua stagnan. Pada air sumur stagnan tidak ada yang berhasil menetas (0%). Sementara pemeliharaan larvanya air sumur mengalir memberikan derajat kelangsungan hidup dan pertumbuhan paling baik diikuti oleh air akua mengalir dan akua stagnan. Tidak ada larva yang hidup pada air sumur stagnan.

ABSTRACT : Fertilization technique, eggs incubation and larval rearing control for increasing yield in botia”s hatchery was done in Laboratory of Instalation ReseachFreshwater Ornamental Fish Culture, Depok cooperate with researcher from Institute Researche Developmente, France. Fertilization technique was used by diluting sperm ini saline solution. Egg incubation and larval rearing was done in 2(two) media and 2(two) system that wwere drinking water (aqua) and ground water (from well) with circulating and stagnation systems.Fertilization rate 34,78 – 41,5 % was resulted from that fertilization technique. Hatching rate in circulated drinking water was shown to be the highest (80%) followed by circulated ground water and stagnan drinking water. No fertilization egg in stagnan ground water(0%). The other hand circulated ground water resulted the highest growth and survival rate af larvae followed by circulated drinking water and stagnan dringking water. The stagnan ground water also gave no larvae live.



SUBANDIYAH, Siti

PENGARUH PERBEDAAN SUHU PADA PEMATANGAN GONAD, FERTILISASI DAN INKUBASI TELUR IKAN BOTIA = Effect of different temperature for development of gonad, fertilization and incubation egg of botia / Siti Subandiyah; Darti S.; Ningrum Suhenda dan Pawartining Yuliati

Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2004, 130-142

ABSTRAK : Penelitian ikan botia dilakukan untuk mendapatkan induk matang gonad menghasilkan telur yang menetas dengan lingkungan yang optimal terutama suhu yang sesuai yaitu suhu A). 26–27 ºC; B). ≥ 27-28 ºC; dan C). ≥ 28–29 ºC suhu diatur denan pengatur suhu dengan pH 5,5 – 7,0 dengan sistem resirkulasi kepadatan ikan 10 ekor induk botia setiap kontainer volume 1.000 liter dan diisi air ± 1/3 nya. Dilengkapi dengan filter air. Pakan ikan diberikan cacing tubifex atau bloodworm sebanyak 75% dan pakan buatan yang mengandung vitamin C dan E sebanyak 25% dari 3% bobot badan. Dihasilkan telur 2.000 butir dari berat induk 108 gram didapatkan larva 1.850 ekor untuk suhu pematangan induk sebaiknya berkisar 27 – 29 ºC dan untuk penetasan sebaiknya menggunakan air aqua dengan suhu ± 26–27 ºC bisa mencapai ± 90% derajat penetasannya.

ABSTRACT : Experiment of botia for gonad maturation resulted broodstock ovulation. Broodstock reared in 1.000 L's container applied with recirculating systems; 10 fish/tank. Environments as treatment were tree temp. i.e. A). 26–27 ºC; B). ≥ 27-28 ºC; dan C). ≥ 28–29 ºC. Feeding was tubifex worm and bloodworm with proportion 75% and 25% was given 3% of body weight/day. The result of the experiment was that one pair of broodstock (female, 100 gr and male 68 gr) from the A (26–27 ºC) treatment was matured and produced 2.000 eggs, larvae of 1.850 (90%) hatched with drinking water as incubation medium.

Key words : BOTIA, TEMPERATURE, GONAD, EGG, LARVAE



PRIYADI, Agus

PENGARUH KADAR PROTEIN DALAM RANSUM TERHADAP PERKEMBANGAN OVARIUM INDUK IKAN BALASHARK (Balantiocheilus melanopterus) = Effect of Dietary Protein Levels on Gonadal Maturation Stage of Balashark (Balanthiocheilus melanopterus Bleeker) Broodstock / Agus Priyadi; Zafril Imran Azwar; I.Wayan Subamia

Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2004, 143-152

ABSTRAK : Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan informasi mengenai pengaruh dari kadar protein terhadap perkembangan kematangan ovari (gonad) induk ikan balashark (Balantiocheilus melanopterus). Empat jenis pakan percobaan yang terdiri 25%, 30%, 35% dan 40% protein, yang diformulasi dari tepung ikan dan kedele sebagai sumber protein digunakan dalam percobaan ini. Pakan percobaan diberikan kepada induk yang dipelihara dalam bak beton ukuran 3x3 m2 selama 24 minggu. Tingkat kematangan gonad di evaluasi secara morfologi dengan melihat kondisi perut, celah genital dan strukturse telur (oosit}. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa induk yang diberi pakan dengan kandungan protein paling sedikit 35% mampu menstimulasi perkembangan gonad lebih cepat yaitu mencapai TKG III dan IV masing 33.67 % dan 66.33% dibandingkan yang diberi pakan 25%, 30% dan 40%. Ransum protein lebih tinggi memperlihatkan jumlah (%) oosit yang mencapai tingkat vitelogenesis lebih banyak dari ransum protein rendah.

ABSTRACT : Four experimental diets formulated to contained 25%,30%, 35% and 40% protein were pepared using fish meal and soybean meal as protein sources. These diets were feed to adult female of balashark stocked in concrete tanks of 3x3 m2 size during 24 weeks. Gonadal maturation stages of experimental fish were evaluated based on morphologi of genitalphore and oocytes structure. Results of experiment indicated that the fish fed high protein (35%,40%) had gonadal maturation stage more higher than fish that fed low protein level (25%,30%). The sexual maturation stage of fish fed with 35% protein were reached stage III (33.67%) and stage IV (66.23%). The high protein diets also showed a greater in percentage of vitelogenesis oocytesthan the low protein diet.



MUNDRIYANTO, Honorius

PENGARUH PEMELIHARAN IKAN SECARA POLIKUKTUR DENGAN IKAN MAS KOKI DAN GURAME TERHADAP PERKEMBANGAN GONAD IKAN BOTIA (Botia macracanthus Bleeker) = Effect of polyculture with goldfish and gouramy on the gonad development of clown loach (Botia macracanthus Bleeker)/ Honorius Mundriyanto; Darti Satyani; Agus Priyadi dan Kusdiarti

Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2004, 153-164

ABSTRAK : Riset mengenai pemeliharaan ikan secara polikultur untuk meningkatkan perkembangan gonad ikan botia telah dilakukan di Instalasi Riset Budidaya Ikan Hias Air Tawar Depok selama 5 bulan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sistim pemeliharaan ikan secara polikultur yang tepat dalam meningkatkan respon makan sehingga dapat meningkatkan perkembangan gonad ikan botia. Wadah budidaya yang digunakan berupa akuarium berukuran (100x40x 40) cm sebanyak 6 buah masing-masing diisi air setinggi 25 cm, dilengkapi dengan resirkulasi serta suhu dipertahankan stabil. Wadah tersebut terletak di dalam hatchery yang sekelilingnya tertutup rapat, agar supaya fluktuasi suhu air terkendali. Sebagai perlakuan adalah pemeliharaan ikan botia (4-5 inci) secara monokultur (A), polikultur dengan ikan maskoki (B) dan polikultur dengan ikan gurame (C). Pakan berupa pakan buatan komersial dan cacing super (blood worm), yang diberikan sebanyak 3% (berdasarkan bobot kering) dari bobot biomassa ikan untuk 2 bulan dan 2% untuk 3 bulan berikutnya. Hasil riset menunjukkan bahwa pemeliharaan ikan secara resirkulasi di akuarium secara terkontrol dapat meningkatkan respon makan serta perkembangan gonad ikan botia. Perlakuan B memberikan peningkatan pertambahan bobot terbaik, disusul oleh perlakuan C dan A. Walaupun demikian pada perlakuan C sudah ada botia yang mencapai TKG tertinggi (TKG VI), disusul oleh perlakuan B (TKG V) dan A (TKG IV).

ABSTRACT : Research about polyculture fish rearing for increasing gonad development of clown loach (Botia macracanthus Bleeker) carried out in Depok Research Installation for freshwater ornamental fish during 5 months. The propose of the study to know the rearing method of of the suitable rearing method to increase the feeding responses so that can be increase the gonad develop of clown loach. The culture tank were six aquaria (100x40x40) cm in the closed room was used, filled with water for 25 cm in high, applied with resirculating system. Temperature was adjusted for stabil condition so that the water temperature fluctuation is better. Polyculture treatment were clown loach with A. Monoculture B. Gold fish and C.. gouramy. Feeding with artificial commercial feed and blood worm was given 3% of body weight per day for 2 months and followed by 2% for 3 months later. The result of the experiment showed that fish reared in recirculating system in aquarium on this condition could be responsive to feeding and gonad developed. Treatment B gave the best of growth rate, and followed by treatment C and A respectively. Nevertheles, on treatment C have reached the stage VI, followed by treatment B (stage V) and A (stage IV).

Key words : BOTIA, GONAD DEVELOPMENT, POLYCULTURE, GROWTH RATE, COMMERCIAL FEED, NATURAL FOOD

KUSDIARTI

PERKEMBANGAN GONAD IKAN HIAS BALASHARK (Balanthiocheilus melanopterus) PADA PEMELIHARAAN DI KOLAM = Gonadal development ornamental fish Balashark (Balanthiochilus melanopterus) on pond cuture / Kusdiarti; Agus Priyadi; Yanti S.; Irsyaphiani I.; Darti S. dan Sudarto

Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2004, 165-174

ABSTRAK : Kajian mengenai perkembangan gonad ikan balashark dengan sistem pemeliharaan di kolam yang berbeda didasarkan dari hasil pengamatan visual dan mikroskopis terhadap gonad serta pengukuran GSI telah dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan balashark yang dipelihara di dalam kolam dengan penambahan pemberian sprayer ternyata mampu meningkatkan perkembangan gonad dari TKG I menjadi TKG III dengan nilai GSI antara 6,42 – 9,67 % dan dengan sebaran diameter oosit 0,68 – 1,28 mm.

ABSTRACT : Study on gonada development of balashark with culture system in pond with different based on visual and microscopic and the measurement of gonad index had been conducted. Research was showed of balashark culture with pond with sprayer is better. Before gonada stage (TKG) I and can after TKG III with GSI value 6.42 – 9,67 % and oocyt diameter 0,68 – 1,28 mm.


SUBAMIA, I Wayan

PENGARUH PEMBERIAN DOSIS ASAM LEMAK N-6 YANG BERBEDA TERHADAP PEMATANGAN GONAD INDUK IKAN HIAS BOTIA (Botia macracanthus) = Effects of feeding different dosages of n-6 fatty acid on gonadal maturation of the ornamental fish botia (Botia macracanthus) / I Wayan Subamia; Jojo Subagja; Agus Priyadi dan Hidayat Djajasewaka

Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2004, 175-183
ABSTRAK : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kadar asam lemak n-6 berbeda dalam pakan terhadap pematangan gonad induk ikan hias Botia. Tiga macam pakan iso-energi dan iso-protein tetapi mempunyai kadar asam lemak n-6 berbeda yaitu 0,5 % (A), 1 % (B), dan 1,5 % (C) digunakan dalam penelitian ini. Induk ikan Botia dengan bobot awal rata-rata 50 gram ditebar dengan kepadatan 4 ekor / wadah. Jumlah pakan diberikan 3 % dari total bobot ikan dengan frekuensi 3 kali /hari yaitu pukul 08.00, 13.00 dan 18.00. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap Evaluasi pengaruh perlakuan dilakukan dengan analisa ragam dan dilanjutkan dengan uji BNT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pakan dengan kadar asam lemak n-6 sebesar 1 % menghasilkan kematangan gonad yang baik yaitu tingkat kematangan gonad IV.
ABSTRACT : This research was aimed at determining the effects of different dietary levels of n-6 fatty acid on gonadal maturation of the ornamental fish Botia. Three types of iso-caloric and iso-nitrogenous diets containing different levels of n-6 fatty acid namely, 0.5 % (A), 1 % (B), and 1.5 % (C) were used in this research. Broodstock of Botia averaging 50 g in initial individual weight were stocked at a stocking density of 4 fish / rearing container. The daily feeding rate was 3 % of total fish body weight with a feeding frequency of 3 times/day, namely, at 0.800, 13.00, and 18.00 hours. The statistical Complete Randomized Design was employed in the research. Evaluation of the effects of the dietary treatments were based on the statistical analysis of variance and the least significant difference test. Results of the research showed that the diet with fatty acid level of 1 % gave a good level of gonadal maturation IV.

Kata kunci : ASAM LEMAK N-6, KEMATANGAN GONAD, IKAN BOTIA.

Key words : N-6 FATTY ACID, GONADAL MATURATION, ORNAMENTAL FISH BOTIA


KADARINI, Tutik

STUDI BIOEKOLOGI IKAN BALASHARK (Balanthiceiulus melanopterus ) DI SUNGAI MUSI PROPINSI SUMATRA SELATAN = Biological study on silver shark (Balanthiceiulus melanopterus) in Musi River South Sumatra Province / Tutik Kadarini; Sudarto; I Wayan Subamia dan Siti Subandiyah

Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2004, 184-194

ABSTRAK : Penelitian biologi ikan balashark di daerah aliran sungai Musi , Propinsi Sumatra Selatan. Telah dilakukan bulan April sampai dengan bulan November 2004. Bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang pertumbuhan,reproduksi ,habitat dan kebiasaan ikan. Sampel ikan hasil tangkapan dari petani kemudian diukur berat dan panjng. Pengamatan Identikasi makanan di Laboratorum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan balashark yang tertangkap sebanyak 95 ekor di daerah aliran Sungai Musi pertumbuhannya bersifat allometrik. Lambung usus ikan berisi jenis plankton sebagai berikut Nitzschia 41%,Stauroncis 18% Microspora 14% dan Microcistis 14%. Di daerah hulu pH lebih tinggi dibanding daerah tengah. Jenis plankton di perairan yang teridentifikasi phytoplankton 37 jenis dan Zooplankton 2 jenis.

ABSTRACT : A study on some biological aspects of silvershark was carried aut in Musi River South Sumatra Province from April to November 2004. The obyective of the study is to find some informations of growth, habitat, reproduction and feeding habit. Body weigth (gr) and total length (cm) of 95 fish samples were measured individually. The results showed that silver shark samples from Musi River grows allometricelly. Gut content was obsered and several spesies of plankton are found i.e Nitzschia 41%,Stauroncis 18% Microspora 14% dan Microcistis 14%. Water quality anlyses of upper (Musi Hulu) and lower part (Sekayu) of the river showed that the pH of upper part was higher than central part.. Plankton observation from water samples of the river consisted of 37 spesies of phytoplankton and 2 of spesies Zooplankton.

Key words : BIOLOGY,HABITAT, FOOD AND FEEDING HABITS,SILVER SHARK MUSI RIVER

















AZWAR, Zafril Imran

STUDI PRODUKSI MASAL BENIH IKAN BETUTU DENGAN PERBAIKAN MUTU PAKAN INDUK = Study of mass seed production of sand goby throught quality improvement of roodstock feed / Zafril Imran Azwar; Sutrisno; Agus Priyadi; Pipik Taufik

Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2004, 195-208
ABSTRAK : Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi pengaruh dari perbedaan dosis vitamin mix terhadap penampilan reproduksi dan teknik pemeliharaan larva. Percobaan reperoduksi dilaksanakan dalam bak ukuran 6 m2, sedangkan teknik pemeliharaan larva dilakukan pada bak kayu yang berbeda ukuran (2,3,4 m2) dan dilapisi oleh plastik. Delapan induk betina dan empat jantan ditebar pada masing-masing bak percobaan. Selama percobaan ikan diberi pakan ikan teri dan vitamin mix (0%, 1%, dan 2%) sebagai perlakuan. Hasil dari percobaan menunjukan bahwa penambahan vitamin mix sangat mempengaruhi nyata perkembangan gonad dan penambahan berta ikan betutu. Tidak ada hubungan antara ukuran wadah pemeliharaan dengan derajat kelulusan hidup larva. Kelulusan hidup larva tertinggi didapat pada wadah pemeliharaan ukuran 2 m2.

ABSTRACT : The objective of these experiment was to evaluate the effect of different level of vitamin mix on the reproduction performance and larva rearing technique of sand goby. The experiment of reproduction was conducted in concrete tank of 6 m2 size, while the larva rearing experiment was done in wood tank covering by plastic with different size (2,3,4 m2). Eight female and four male broodstock were stocked in each concreate tank, and during experiment the fish were given ancovy mix vitamin mix (0%, 1% and 2%) as treatment. The result of experiment showed that there significant differente sexual maturity and body weight of broodstock. There no relation between size of culture tank on the survival rate of larva. The higest sutvival rate of larva was found at culture tank 2 m2 size.
Key words : SAND GOBY, VITAMIN MIX, REPRODUCTION, LARVA REARING


















DHARMA, Lukas

PENELITIAN TEKNIK TRANSPORTASI DAN PENANGANAN PASCA TRANSPORTASI IKAN BETUTU UNTUK MENEKAN MORTALITAS = The experiment of transport technique and post transport handling on sand goby / Lukas Dharma; Abdul Wakhid; Zafril Imran Azwar; dan Yosmaniar

Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2004, 209-216

ABSTRAK : Percobaan transportasi ikan betutu dilakukan dengan sistem terbuka dan tertutup, serta diberi perlakuan individu ikan dibungkus dengan kantong plastik berlubang-lubang dan tidak. Percobaan dilakukan dengan rancangan faktorial 2 x 2. Jumlah kematian ikan selama dan sesudah transportasi merupakan kumulatif selama 20 hari penampungan. Hasil menunjukkan bahwa tidak ada interaksi kedua faktor tersebut. Pengangkutan sistem terbuka memberi kelangsungan hidup lebih tinggi daripada sistem tertutup. Individu ikan yang dibungkus kantong plastik berlubang-lubang memberi kelangsungan hidup lebih tinggi daripada tidak dibungkus. Pada semua perlakuan terjadi peningkatan konsentrasi glukosa dan cortisol darah yang tidak berbeda nyata, ini menandakan ikan telah mengalami stres dalam transportasi. Penanganan pasca transportasi menggunakan kelompok ikan yang ditransportasi dengan perlakuan yang seragam, kemudian diberi perlakuan perendaman dalam masing-masing larutan Kalium permanganat 1 ppm, Iodin 1 ppm, Enrofloxacin 5 ppm dan kontrol selama 24 jam. Kelangsungan hidup ikan selama 20 hari penampungan tidak berbeda nyata dengan kontrol.

ABSTRACT : The experiment of transport sand goby fish were done using open and close system, the individual fish also was treated by wrapping in small plastic bag which has many holes. The experiment was done on 2 x 2 factorial design. Total numbers of survive fish were observed during 20 days of rearing period. The results indicate that there is no interaction of two factors. The number of survived fish was higher in open system, and the number of survived wrapped fish also higher than unwrapped fish. Concentration of blood glucose and cortisol were increased in all treatments and no significant different. It indicates that the fish giving stress response during transportation. Another group of fish were transported in the same procedure, after transporting the fish were dipping for 24 hours in solution of Potassium permanganate 1 ppm, Iodine 1 ppm, Enrofloxacin 5 ppm, and control, respectively. The total numbers of survive fish during 20 days of rearing period were not significant differences among treatments.

Kata kunci : IKAN BETUTU, TRANSPORTASI, PENANGANAN PASCA TRANSPORTASI

Key words : SAND GOBY, TRANSPORTATION, POST TRANSPORT HANDLING











SULHI, M.

PERUBAHAN MUSIMAN SERTA INDUKSI PEMATANGAN GONADA IKAN TOR SORO (Teleostei, Cyprinidae) MELALUI IMPLANTASI PELLET HORMON GONADOTROPIN MAMALIA (HCG) = Seasonal changes and induction of gonadal maturation of Tor soro fish by peletted implantation HCG / M. Sulhi; Jojo Subagja; Sidi Asih dan Estu Nugroho

Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2004, 217-226
ABSTRAK : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis optimal hormon Gnrh-a dalam pematangan gonad ikan Tor soro. telah dilakukan di Instalasi Riset Plasma Nutfah Perikanan Air Tawar Cijeruk-Bogor, Induk ikan dipelihara dalam kolam tembok ukuran 60m2, Hormon yang dipergunakan untuk implantasi adalah HCG (Pregnyl), dibedakan atas tiga dosis pemberian yaitu masing-masing 250 Iu.kg-1; 500 IU kg-1 dan 750 IU kg-1. Teknik pembuatan pelet implantasi mengikuti metode Lee.C.C et al., 1986.Diharapkan dengan implantasi hormon Gnrh-a dapat mensikronkan permulaan pemijahan dan meningkatkan jumlah induk betina yang ovulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat dua puncak perkembangan diameter telur selama penelitian berlangsung yaitu pada bulan Mei – Juni (menjelang kemarau), dimana diameter rataan paling besar (1.4 mm) serta kecenderungan pada awal Januari (berdasarkan hasil Sampling Bulan Desember), dimana diameter terbesar mencapai 1.35 mm. Diluar bulan bulan tersebut diameter telur ikan tor hampir stagnan (tidak berkembang) bahkan ditemukan pada beberapa individu banyak telur yang mengalami atresia. Perlakuan implan dengan dosis 500 iu.kg-1 memperlihatkan pengaruh terbaik dimana perkembangan diameter oosit terus meningkat pada 21 hari dan 63 hari dari diameter oosit awal 0.9 mm menjadi 1.4 mm.
ABSTRACT : The experiment was conducted to determine of optimal dosage of Gnrh-a hormon at gonadal maturation of Tor soro fish. The fish was reared in concrete tanks (60m2). The hormod was used for implantation is HCG (pregnyl). The different dosage of hormon is 250 Iu/Kg-1 ; 500 Iu/Kg-1 ; 750 Iu/Kg-1 .Technology of made implantation pellet is Methods of Lee C.C. et al (1986)The result of this reaserch showed that egg development is 2 top, Mei-Juni (average of egg diameter is 1,4 mm) and Januari (average of egg diameter is 1,35 mm) , Other month , egg diameter is not develop, the most egg was atresia. The treatment with 500 Iu/Kg-1 dossage showed the best effect with develop of oosit diameter was growth at 21 day and 63 day from first oosit diameter 0,9 mm to 1,4 mm.

Key words : SEASONAL CHANGES, GONADAL MATURATION, IMPLANTATION, TOR SORO FISH

ASIH, Sidi
PENGUSAAN TEKNIK PEMBENIHAN DAN PEMBESARAN IKAN BATAK PENINGKATAN KUALITAS TELUR MELALUI PERLAKUAN HORMONAL PADA PENYUNTIKAN AWAL DALAM BERBAGAI DOSIS DAN SELANG WAKTU YANG BERBEDA / Sidi Asih; Jojo Subagja; M.Sulhi; Estu Nugroho dan Ani Widiyati
Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2004, 227-235
ABSTRAK : Penelitian pengaruh perlakuan hormonal pada penyuntikan awal dalam berbagai dosis dan selang waktu yang berbeda untuk meningkatkan keseragaman telur siap ovulasi pada ikan Batak (Tor soro) Penelitian dilakukan pada kolam yang di Instalasi Riset Plasma Nutfah Cijeruk Bogor. Induk yang digunakan merupakan koleksi ikan Batak dari Kuningan dan Sumedang sebanyak 74 ekor betina dan 60 ekor jantan yang mempunyai berat 830 – 3.300 g/ekor. dimatangkan dalam kolam dengan pemberian pakan harian yang berprotein 35 % sebanyak 2 % dari berat biomas. Sebagai bahan perlakuan ikan dipilih berdasrkan tingkad kematangan gonad dengan diameter oosit berkisar 2,6-3,1 mm.Perlakuan meliputi penyuntikan awal dengan hCG dosis 0 IU, 500 IU, 750, 1.000 IU dan .63 ml Ovaprim/kg Penyuntikan kedua dimaksudkan untuk merangsang ovulasi menggunakan ovaprim dosis 0,0.48 ml/kg dengan lama selang waktu 12 jam, 24 jam, 36 jam dan 48 jam. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa kombinasi penyuntikan hormon HCG dengan dosis 500 IU/kg induk pada penyuntikan awal dan selang waktu 24 jam –36 jam dapat meningkatkan diameter oosite 13,89 % dan dapat mengahsilkan telur dengan daya tetas 82% lebih baik dengan perlakuan 36 jam yang hanya 47 %.

KUSMINI, Irin Iriana

BIO REPRODUKSI Cherax albertisii ASAL PAPUA dan Cherax quadricarinatus ASAL AUSTRALIA / Irin Iriana Kusmini; Estu N.; Wartono H.; Any W. dan Lies Emmawati H.

Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2004, 236-247

ABSTRAK : Tujuan penelitian adalah mengetahui aspek fisiologis yang berkaitan dengan bioreproduksi Cherax sp, tingkat kematangan gonad, siklus reproduksi, untuk mendukung sistem pembenihan lobster air tawar secara terkontrol. Metodologi dengan melakukan domestikasi dan pemijahan berbagai jenis Cherax dari Papua dan Australia secara massal dan secara individu 1 betina : 1 Jantan untuk siklus reproduksi. Dengan mengamati tanda-tanda luar gonad antara lain warna telur, fekunditas dan hatching rate. Analisis pertumbuhan benih dengan ANOVA. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa Fekunditas dan hatching rate serta masa inkubasi telur Cherax albertisii (asal papua) hampir sama dengan Cherax quadricarinatus (asal Australia), yang sangat ditentukan oleh ukuran induk betina, umur dan lingkungan. Yang membedakan adalah warna telur. Siklus reproduksi Cherax alberisii dan Cherax quadricarinatus sekitar 3 – 5 bulan, variasi jangka waktu tersebut dipengaruhi oleh kecocokan antar induk jantan dan betina, lingkungan dan sifat genetik yang dibawa oleh masing-masing induk. Pertumbuhan benih Cherax quadricarinatus lebih cepat jika dibandingkan dengan benih Cherax albertisii, namun umur benih yang sama dari jenis induk cherax yang samapun, pertumbuhan benihnya berbeda nyata (P<0.05).

KURNIASIH, Titin

IDENTIFIKASI DAN KARAKTERISASI GENETIK BERBAGAI JENIS LOBSTER AIR TAWAR (Cherax sp.) DARI PAPUA = Identification and Genetic characterization of Cherax Sp. Collected from Papua, / Titin Kurniasih; Estu Nugroho dan Irin Iriana Kusmini.

Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2004, 248-257

ABSTRAK : Identifikasi dan karakterisasi secara genetik beberapa populasi lobster air tawar yang dikoleksi dari dataran tinggi dan rendah Papua telah diteliti dengan menggunakan polimorfisme mitokondria DNA 16sr-RNA. Tujuh komposit haplotype terdeteksi dengan menggunakan 3 enzyme restriksi yaitu MboI, Rsa I, dan AluI pada sekuens 16sr-RNA. Diversitas haplotype berkisar antara 0 - 0.611. Terdapat perbedaan nyata secara genetik antara populasi lobster tawar dari dataran tinggi dan rendah, namun tidak nyata antara populasi dataran tinggi yang diamati Sedikitnya didapatkan 4 jenis lobster air tawar yang berasal dari spesies yang berbeda pada populasi yang dianalisa.

ABSTRACT : The aims of this research are to identify and evaluate genetic variability of Cherax sp. The Genetic variability of Cherax sp collected from Highland – and lowland- level of Papua was examined using polymorphism of the mitochondria DNA (MtDNA) 16sr-RNA markers. Seven composite haplotypes were detected following digestion of 16sr-RNA sequences with three endonucleases: MboI, Rsa I, and AluI. The average Haplotype diversity was 0.611. Significant genetic difference was observed between Cherax sp from highland and lowland level population, however no significan difference was found among populations from high land. At least 4 spesies of Cherax sp are identified in the population analyzed here.

Key words : IDENTIFICATION, GENETIC CHARACTERIZATION, CHERAX SP,. MT.DNA 16SR-RNA.


SUNARTO, Agus

IDENTIFIKASI PENYEBAB UTAMA KASUS (primary pathogen) KEMATIAN MASAL PADA IKAN MAS, DIAGNOSA CEPAT DAN PEMBUATAN KULTUR SEL PRIMER (PRIMARY CELL CULTURE) = Identification the causative agent of mass mortality in common carp, development of its rapid diagnostic and establishment of primary cell culture / Agus Sunarto; Lila Gardenia; Tuti Sumiati; Taukhid; Isti Koesharyani; Hessy Novita dan Desy Sugianti

Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2004, 258-272

ABSTRAK : Sejak bulan Maret 2002 telah terjadi wabah kematian masal pada ikan mas dan koi (Cyprinus carpio) di Indonesia. Wabah misterius ini menyebabkan kerugian ekonomi dan sosial ratusan milyar rupiah. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan identifikasi penyebab wabah, mencari metode diagnosa cepat dan membuat kultur sel (primary cell line). Langkah pertama adalah menetapkan definisi kasus yaitu kematian masal pada ikan mas atau koi dalam tempo singkat dengan gejala klinis insang rusak. Screening terhadap ikan mas yang memenuhi definisi kasus menunjukkan adanya infeksi campuran parasit (Dactylogyrus sp., Trichodina sp, Ichthyophthyrius multifiliis and Argulus sp), jamur (Saprolegnia sp) dan bakteri (Aeromonas hydrophila, Alteromonas shigelloides dan Flexibacter columnaris). Hasil histopatologi menunjukkan adanya nekrosis pada insang, kulit, ginjal, limpa, hati, usus dan jantung serta badan inklusi di dalam inti sel insang dan ginjal yang merupakan indikasi adanya infeksi virus. Konfirmasi penyebab wabah dilakukan melalui teknik polymerase chain reaction (PCR) dengan menggunakan primer spesifik terhadap Koi herpesvirus (KHV). Laporan ini juga memuat usaha pembuatan kultur sel primer dari ekor ikan mas untuk keperluan isolasi, kultur dan karakterisasi virus di masa depan.

ABSTRACT: Since March 2002, episodes of mass mortality have occurred in cultured Cyprinus carpio (koi and common carp) in Indonesia. The mysterious outbreaks caused significant economic losses and social impacts of hundreds billions rupiah. Therefore, the aims of this research were to identify the causative agents of the outbreak, development of its rapid diagnostic and establihment of primary cell culture. A case definition of the outbreak was then established, i.e. mass mortality in koi and common carp with clinical sign of gills damage. Screening of diseased fish showed multiple infection of parasites (Dactylogyrus sp., Trichodina sp, Ichthyophthyrius multifiliis, Argulus sp), fungi (Saprolegnia sp) and bacteria (Aeromonas hydrophila, Alteromonas shigelloides and Flexibacter columnaris). The histopathological studies revealed necrotic changes in the gill, fin, skin, kidney, spleen, liver, heart and intestine. Prominent eosinophilic intranuclear inclusions were observed in the gill and kidney, which is an indication of virus infection. Confirmative diagnostic was done by polymerase chain reaction (PCR) technique using specific primer against Koi herpesvirus (KHV). The establishment of primary cell culture derived from tail of common carp and its possible use for isolation, culture and characterization of virus in the future was also discussed in this report.

Key words : KOI HERPESVIRUS (KHV), DISEASE, DIAGNOSTIC, CELL CULTURE.

GARDENIA, Lila

POTENSI IMUNOGENIK DAN PROSPEK VAKSINASI BAGI UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT KOI HERPESVIRUS PADA IKAN MAS = Immunogenic potency and the prospect of vaccination for the prevention of koi herpesvirus in common carp / Lila Gardenia; Agus Sunarto; Taukhid; Isti K. dan Hessy Novita

Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2004, 273-282

ABSTRAK : Kasus kematian masal pada ikan mas dan koi (Cyprinus carpio) yang disebabkan oleh penyakit Koi herpesvirus (KHV) telah menyebabkan kerugian ekonomi lebih dari Rp. 150 milyar. Kerugian ini terus bertambah karena belum ada obat yang efektif untuk pengobatan penyakit ini. Tujuan penelitian ini adalah mencari metode pencegahan penyakit KHV melalui program vaksinasi. Ikan mas sehat dipapar dengan virus melalui kohabitasi pada suhu 27oC selama 1 hari (A), 2 hari (B), 3 hari (C), 4 hari (D) dan tidak dipapar virus sebagai kontrol (E). Setelah masa kohabitasi, ikan kemudian dipindahkan ke suhu 32-35oC dan dipelihara selama 1 bulan sebelum dilakukan uji tantang dengan virus aktif. Hasil uji tantang menunjukkan bahwa ikan mas yang divaksin mempunyai mortalitas lebih rendah yaitu (A) 51 %, (B) 19%, (C) 27%, (D) 35 % dibandingkan yang tidak divaksin (E) 86%. KHV terbukti sangat imunogenik dan mempunyai prospek untuk dikembangkan sebagai vaksin. Laporan ini juga membahas aplikasi praktis program vaksinasi untuk penanggulangn penyakit KHV pada ikan mas di tingkat farm.

ABSTRACT : Mass mortality in koi and common carp (Cyprinus carpio) due to Koi herpesvirus (KHV) has caused economic losses of more than Rp. 150 billions. Since there is no effective drug to cure the disease, it is estimated that the losses is escalating. The aim of this research was to look for preventive methods for the control of the disease through vaccination program. Groups of healthy fish were exposed to KHV by cohabitation with sick fish at 27oC for 1 day (A), 2 days (B), 3 days (C), 4 days (D) and without exposed to the virus as control group (E). The fish were then transferred to 32-35oC and reared for one month prior to challenged with active virus. The results of challenge test showed that mortality rate of vaccinated groups (A) 51 %, (B) 19%, (C) 27%, (D) 35 % were significantly lower that un-vaccinated group 86% (E). It is concluded that KHV is highly immunogenic and prospective to be developed as vaccine. The practical implementation of the vaccination program to control the disease in farm level was also being discussed in this report.

Key words : KOI HERPESVIRUS (KHV), DISEASE, VACCINATION, COMMON CARP


TAUKHID

PENGARUH SUHU AIR DAN TOTAL BAHAN ORGANIK TERLARUT TERHADAP PATOGENISITAS KOI HERPES VIRUS PADA IKAN MAS (CYPRINUS CARPIO) = Effect of temperature and total organic matter on pathogenicity of koi herpes virus (KHV) infecting common carp (Cyprinus carpio) / Taukhid; Tuti Sumiati dan Isti Koesharyani

Dalam Laporan hasil riset proyek riset perikanan budidaya air tawar Bogor, TA. 2004, 283-296
ABSTRAK : Riset yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu air dan total bahan organic terlarut terhadap patogenisitas Koi herpes virus (KHV) telah dilakukan pada skala laboratorium. Riset-1 adalah manipulasi kisaran suhu air dengan tiga perlakuan yaitu: (A). 22 -  26 oC, (B). 26 -  30 oC, dan (C). 30 -  34 oC. Lima puluh ekor ikan mas yang positif terinfeksi KHV dipelihara dalam wadah 150 L dan masing-masing perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak 4 kali. Pengamatan suhu air minimum-maksimum dilakukan setiap hari. Riset-2 adalah manipulasi kandungan total bahan organik terlarut (TBOT) dalam air yang terdiri dari empat perlakuan, yaitu: (A). 0 – 4,99 ppm, (B). 5,0 – 9,99 ppm, (C). 10,0 – 14,99 ppm, dan (D) 15,0 – 19,99 ppm. Sebanyak empat puluh ekor ikan mas yang telah diinfeksi dengan KHV dipelihara dalam wadah 80 L, dan masing-masing perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali. Pengaturan TBOT sesuai perlakuan dilakukan setiap tiga hari. Hasil riset menunjukkan bahwa kisaran suhu pemeliharaan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap patogenisitas KHV yang diindikasikan oleh tingkat kematian ikan uji. Rataan mortalitas kumulatif pada kelompok perlakuan A sebesar 94%, kelompok B sebesar 71% dan kelompok C sebesar 32%. Pada riset-2 diperoleh hasil rataan mortalitas kumulatif pada kelompok perlakuan A sebesar 63,3%, kelompok B sebesar 62,5%, kelompok C sebesar 69,17% dan kelompok D sebesar 76,67%.

ABSTRACT : A Research with the aim to know the effect of water temperature and total organic matter on pathogenicity of Koi Herpes Virus (KHV) has been conducted in laboratory level. The first research is manipulation of three different levels of temperature namely: (A). 22 -  26 oC, (B). 26 -  30 oC, and (C). 30 -  34 oC. Fifty positively KHV-infected common carp were reared in fibre tank with the volume of 150 L and, four replicate was applied for each treatment. Minimum-maximum water temperature was monitored daily. The second research is manipulation of three different concentration of total organic matter (TOM) namely: (A). 0 – 4,99 ppm, (B). 5,0 – 9,99 ppm, (C). 10,0 – 14,99 ppm, and (D) 15,0 – 19,99 ppm. Forty positively KHV-infected common carp were reared in glass tank with the volume of 80 L and, three replicate was applied for each treatment. Maintaining of TOM level was regularly monitored 3 days interval. Results of the research revealed that range of water temperature and TOM level gave significant different on cumulative mortality of fish test. Mean of cumulative mortality of each treatment at temperature experiment are: 94% in group A, 71% in group B, and only 32% in group C. Mean of cumulative mortality of each treatment at TOM experiment are: 63.3% in group A, 62.5% in group B, 69.17% in group C, and 76.67% in group D. PCR test of randomized fish sample taken from the population before the research performed shows that fish test positively infected by KHV.

Tidak ada komentar: